Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dalam waktu yang relatif singkat, makalah
yang berjudul “Majelis Taklim dan Pembangunan ”
terselesaikan dengan baik.
Adanya
makalah ini tentu saja melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah mendoakan, membimbing, dan memberikan
motivasi agar kami senantiasa rajin dalam menuntut ilmu.
2. Sjakir Lobud,
S.Ag,M.pd sebagai dosen mata kuliah Manajemen SDM yang telah memberikan tugas dan memberikan arahan.
3. Sahabat-sahabat yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca senantiasa diharapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf
jika terjadi salah penulisan pada makalah ini.
Palu, 1 April
2017
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah
2
C.
Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
A.
Pengertian majelis taklim
3
B. Peran dan fungsi majelis taklim
5
C. Tantangan dan peluang majelis taklim
8
D. Sistem pendekatan dalam majelis taklim
11
BAB III PENUTUP
13
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna dan universal, agama
yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Ia adalah sebuah sistem
kehidupan yang tidak ada sistem manapun yang dapat menandingi dan menyamainya
karena semua sistem tersebut adalah ciptaan manusia. Sedangkan Islam adalah
ciptaan Allah swt. Oleh karena itulah, manusia dibekali akal pikiran untuk
merumuskan system yang dapat dijadikan sebagai alat atau jalan untuk
menjelaskan pemahaman tentang Islam. Pada dasarnya konsep Islam tentang
pendidikan, bertujuan untuk memelihara fitrah manusia, mewariskan nilai-nilai,
dan pembentukan manusia seutuhnya insan kamil yang berdasarkan pada al-Qur’an
dan Hadits Nabi saw. Untuk itulah manusia dibekali dengan akal pikiran agar dapat
menciptakan metode pendidikan yang dinamis, efektif dan dapat mengantarkannya
pada kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Kenyataannya, dewasa ini ditemukan banyak
metode, kurikulum, dan lembaga pendidikan yang hanya membentuk menurut
keinginan dunia modern pada satu sisi dan tidak memperhatikan aspek lain yang
tidak dijangkau oleh kemodernan itu sendiri seperti aspek aspek batiniyah,
aspek-aspek rohaniyah bahkan diperparah lagi dengan konsep-konsep pendidikan
yang menjerumuskan manusia pada penyimpangan fitrah. Kondisi seperti ini
menuntut adanya penggalian kembali konsep pendidikan yang berpedoman pada
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Salah satu model pendidikan nonformal yang
diharapkan dapat berkembang bersama dengan lembaga pendidikan lainnya adalah
majelis ta’lim. Model pembinaan majelis ta’lim diharapkan dapat menawarkan
sebuah solusi dari problematika yang dihadapi umat di antaranya berupa
tantangan akibat kemajuan teknologi, masalah hubungan sosial. Masalah
pembianaan keluarga dan masalah pendidikan anak.[1]
B. Rumusan
masalah
1.
Pengertian
majelis taklim?
2.
Peran
dan fungsi majelis taklim?
3.
Tantangan
dan peluang majelis taklim?
4.
Sistem
pendekatan dan majelis taklim?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian majelis taklim
2.
Untuk
mengetahui peran dan fungsi majelis taklim
3.
Untuk
mengetahui tanntangan dan peluang majelis taklim
4. Untuk mengetahui sistem pendekatan dan majelis taklim
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Majelis Taklim
Dari
segi etimologis perkataan
Majelis Ta’lim berasal dari bahasa arab,yang terdiri dari dua kata yaitu Majelis dan Ta’lim. Majelis artinya tempat duduk,tempat
sidang,dewan, dan
Ta’lim diartikan dengan pengajaran atau pengajian. Dengan demikian Majelis Ta’lim adalah tempat untuk
melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
Secara istilah pengertian majelis ta’lim sebagaimana
dirumuskan pada musyawarah majelis ta’lim se DKI, adalah lembaga
pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan
teratur dan diikuti oleh jamaah yang relatif
banyak bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan
serasi antara manusia dengan Allah Swt. Manusia
dengan lingkungannya, dalam
rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah Swt.[2]
Sedangkan dalam kamus bahasa
indonesia pengertian majelis adalah lembaga (Organisasi)
sebagai wadah pengajian dan kata Majlis dalam kalangan ulama’ adalah lembaga
masyarakat nonpemerintah yang terdiri atas para ulama’ Islam.
Majelis ta’lim adalah termasuk
organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang bercirikan khusus agama
islam.
Dalam perkembangannya majelis ta’lim tidak lagi terbatas
sebagai tempat pengajaran saja, tetapi telah menjadi lembaga atau institusi
yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama islam. Pada majelis ta’lim
ada hal hal yang cukup membedakan dengan yang lain, yaitu:
· Majelis ta’lim adalah lembaga
pendidikan non formal Islam.
· Waktu belajarnya berkala tapi
teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya sekolah atau madrasah.
· Pengikut atau pesertanya disebut jamaah,
bukan pelajar atau santri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis
ta’lim tidak merupakan kewajiban sebagaiman dengan kewajiban murid menghadiri
sekolah atau madrasah.
· Tujuanya yaitu memasyarakatkan
ajaran islam.
Dari sejarah kelahirannya, majelis
ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam. Sebab sudah dilaksanakan sejak zaman
rasulullah SAW. Meskipun tidak disebut dengan majelis ta’lim. Namun pengajian
Nabi Muhammad SAW yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi dirumah Arqam bin Abil
Arqam RA dizaman Rasul atau periode Mekkah, dapat dianggap sebagai majelis
ta’lim dalam konteks pengertian sekarang. Kemudian setelah adanya perintah
Allah SWT untuk menyiarkan Islam secara terang terangan, penyajian seperti itu
segera berkembang ditempat tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka dan
tidak sembunyi sembunyi lagi.
Pada periode Madinah, ketika Islam
telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat, penyelenggaraan pengajian itu
lebih pesat. Rasulullah duduk di masjid Nabawi untuk memberikan pengajian
kepada para sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara tersebut Nabi SAW
telah berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus dengan itu berhasil pula
membentuk karakter dan ketaatan umat.
Sementara di Indonesia terutama
disaat disaat penyiaran Islam para wali dahulu, juga mempergunakan majelis
ta’lim untuk menyampaikan dakwanya. Itulah sebabnya majelis ta’lim juga
merupakan lembag pendidikan Islam tertua. Barulah kemudian seiring dengan
perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, disamping majeli
ta’lim yang sifatnya pendidikan nonformal, tumbuh lembaga pendidikan yang lebih
formal sifatnya seperti
madrasah, pesantern dan lain-lain.
Ditinjau dari kelompok sosial dan dasar pengikat jamaahnya
majelis ta’lim dapat dikelompokkan dalam beberapa macam yaitu:
1.
majelis taklim kaum
bapak.
2.
majelis taklim kaum
ibu.
3.
majlis taklim
remaja.
4.
majlis taklim
campuran (tua, muda, pria, dan wanita).
Metode penyajian majelis ta’lim dapat dikategorikan menjadi
3, yaitu:
1. metode ceramah
metode ceramah terdiri dari ceramah
umum, yakni pengajar/ustad/kiai bertindak aktif memberikan pengajaran sementara
jemaah pasif, danceramah khusus yaitu, pengajar dan jemaah sama-sama aktif
dalam bentuk diskusi.
2. metode halaqah
metode halaqah yaitu pengajar
membacakan kitab tertentu, sementara jamaah mendengarkan.
3. metode campuran
metode campuran yaitu melaksanakan
semua metode sesuai dengan kebutuhan.
Materi yang dipelajari dalam majelis
ta’lim mencakup pembacaan alqur’an beserta tajwidnya, tafsir bersama ‘ulum al
Qur’an, Hadits dan mustalahnya, fiqih dan ushul fiqh, akhlaq, dan ditambah lagi
dengan materi-materi yang dibutuhkan para jema’ah misalnya masalah
penanggulangan kenakalan anak, masalah undang-undang perkawinan, dan lain-lain.
B. Peran dan Fungsi Majelis Taklim
1. Peranan Majelis Ta’lim.
Peranan majelis ta’lim dalam
masyarakat sebagaimana yang dijelaskan oleh Arifin “adalah mengokohkan landasan
hidup manusia di bidang mental spritual keagamaan Islam dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyah, duniawi
dan ukhrawi yang bersamaan, sesuai dengan ajaran Islam yaitu iman dan takwa
yang melandasi kehidupan di dunia dan segala bidang kegiatannya”.
peranan majelis ta’lim adalah
sebagai berikut:
· Membina dan mengembangkan
ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT,
· Sebagai taman rekreasi
rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai,
· Sebagai ajang berlangsungnya
silaturahim massal yang dapat menghidupkan dan menyuburkan da’wah dan ukhuwah
Islamiah,
· Sebagai sarana dialog berkesinambungan
antara ulama dan umara serta umat,
· Sebagai media penyampaian
gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.[3]
2.
Fungsi Majelis Taklim
a. Fungsi keagamaan, yakni membina
dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT;
b.
Fungsi
pendidikan, yakni menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat (learning society),
keterampilan hidup, dan kewirausahaan.
c. Fungsi sosial, yakni menjadi
wahana silaturahmi, menyampaikan gagasan, dan sekaligus sarana dialog antara
ulama, umara dan umat:
d. Fungsi ekonomi, yakni sebagai
sarana tempat pembinaan dan pemberdayaan ekonomi jama’ah;
e. Fungsi seni dan budaya, yakni
sebagai tempat pengembangan seni dan budaya Islam.
f.
Fungsi
ketahanan bangsa, yakni menjadi wahana pencerahan umat da!am kehidupan
beragama, bermasyarakat, dan berbangsa. ,
Namun disini
H.M. Arifin mengatakan bahwa “ Peranan secara fungsional majelis taílim adalah
mengokohkan landasan hidup manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam upaya
meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriah dan batiniyahnya,
duniawi secara integral lahiriyah dan batiniyah, duniawi dan ukhrawiah
bersamaan (simultan) sesuai tuntunan ajaran agama
Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan
duniawi dalam segala bidang kegiatannya
Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.
Majlis dzikir sendiri memiliki banyak keutaman yang
diantaranya sabda N abi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ
الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا رِيَاضُ
الْـجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.
“Apabila
kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para
Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga
itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).”
sesungguhnya Allah memiliki para
malaikat yang tugasnya terbang untuk mencari majelis-majelis ilmu. Jika mereka
telah mendapatkanya maka mereka akan duduk untuk menaungi majelis tersebut”.
Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya.
Majelis-majelis dzikir yang dimaksud
adalah majelis-majelis halal, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa,
mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.
Ketahuilah bahwa majelis dzikir disini adalah majelis ilmu, majelis yang di
dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman
Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, muamalah, dan lainnya.
Disebutkan dalam hadist lain bahwasanya orang-orang yang
berada dalam majelis dzikir, dia akan dikelilingi para malaikat yang senantiasa
diliputi rahmat dan Allah SWT selalu menyebutnya diantara makhluk lain. Berikut
hadistnya:
عَنْ أَ بِيْ هُرَيْرَةَ وَأَبِيْ
سَعِيْدٍ يَشْهَدَانِ بِهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا
يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ اِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَا ئِكَةُ وَتَغَشَّتْهُمُ
الرَّحْمَةُ وَتَنَزَّلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ
عِنْدَهُ (رواه ابن ماجه)
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi Sa’id keduanya
menyaksikan Nabi SAW bersabda ” tidaklah suatu
kaum duduk dalam suatu majlis untuk berdzikir mengingat Allah, melainkan mereka
akan dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan Allah menyebut-nyebut
mereka dikalangan makhluk yang ada disisiNya. (HR. Ibnu Majah).”
C.
Tantangan dan
Majelis Taklim
Menilai kadar kualitas sebuah
majlis ta’lim dapat dilihat melalui analisa
SWOT. Metode analisis ini merupakan kependekan dari Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Treath (ancaman).
Dalam analisis ini, dipikirkan tentang kekuatan apa saja yang dimiliki,
kelemahan apa saja yang melekat pada lembaga, dan kemudian juga dilihat
kesempatan/peluang atau Opportunity yang terbuka dan akhirnya mampu
untuk mengetahui ancaman, ganguan serta tantangan yang menghadang.
Secara umum kekuatan yang dimiliki
oleh majlis ta’lim
di Indonesia sekarang ini adalah:
1.
Memiliki banyak jamaah dari kalangan wanita, wanita memiliki peranan utama dalam pendidikan sebuah
keluarga. Seorang ibu yang memiliki kualitas keagamaan yang tinggi tentu akan
berpengaruh besar terhadap kualitas keagamaan anak-anaknya.
2.
Memiliki pleksibilitas dalam pelaksanaannya, dalam prakteknya, proses pendidikan dan pengajaran keislaman di majelis ta’lim sangat pleksibel dan terbuka
serta tidak terikat oleh suatu kondisi tempat dan waktu.
3.
Memiliki
banyak anggota jamaah
4.
Adanya
partisipasi Pemerintah, dalam hal ini partisipasi pemerintah
baik berupa produk hukum, bantuan pendanaan, kegiatan, pembangunan mesjid
ataupun lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan pengajian majlis ta’lim.
5.
Memiliki akar
sejarah lembaga pendidikan paling pertama sejak zaman Rasulullah Saw.
6.
Pola
pengajaran materi yang menyeluruh, materi-materi yang disampaikan
biasanya dibagi pada empat wilayah pokok yaitu akidah, syari’ah, mu’amalah dan
akhlak. Kurikulum tersebut diharapkan dapat membekali anggota majlis menanamkan
nilai-nilai Islam secara utuh.
7.
Berperan
sebagai kaderisasi umat, majlis ta’lim sebagai lembaga
pengkaderan bagi umat dengan bertujuan membentuk para anggotanya berakhlak
mulia sebab akhlak adalah tolak ukur utama yang akan menentukan baik buruknya
kehidupan umat manusia.
8.
Adanya Ikatan persaudaraan yang kuat, sesama anggota satu majlis ta’lim
biasanya terbentuk ikatan ukhuwwah yang relatif erat.
Adapun kelemahan
yang
seringkali ada pada majlis ta’lim adalah:
1. Termasuk pendidikan nonformal sehingga minimnya aspek manajerial dan kedisiplinan.
2. Kurikulum yang disajikan tidak tersusun secara sistematis, di sebagian majlis ta’lim masih
terdapat kekurangsempurnaan dalam sistematika penyusunan kurikulum
pengajiannya, sehingga menyebabkan materi yang disajikan tumpangtindih dan
membuat anggota majlis bosan
mendengarnya.
3. Sebagian majlis ta’lim tidak memiliki Ustad atau nara sumber yang mumpuni
sehingga proses pengajaran dan
pengajiannya seadanya.
4. Tidak menggunakan sumber rujukan, kelemahan ke
tiga tadi bergaris lurus dengan kelemahan ini yaitu dalam proses pengajaran dan
pengajiannya, bagi ustad yang “kurang mahir” tentu sekemampuan dia dalam menyampaikan
materi, malah yang paling patal bisa terjadi kesalahan dalam memahami materi
agama yang disampaikan.
5. Materi ke-islam-an yang disampaikan terkadang didominasi oleh faham yang
dianut oleh ustadnya, merupakan hal yang biasa dalam pemahaman keislaman muncul
banyak faham yang berbeda-beda dikarenakan berbeda dari metodologi istimbath
dalam hukum Islam, hal ini tentu memiki eses negatif dalam keberagamaan intern
umat Islam itu sendiri.
6. Kendala sarana dan prasarana.
7. Metode pengajaran kurang dinamis, biasanya
metode pengajaran di majlis ta’lim bersifat monoton sehingga membuat bosan
anggota majlis.Padahal banyak metode yang bisa digunakan untuk penyampaian
materi pengajian baik itu metode ceramah, tanya jawab, dan latihan.
8. Masalah paradigma berpikir, dalam pengembangan nilai dan pengetahuan keislaman jamaah
majlis ta’lim, proses pelaksanaannya cenderung
bersifat transformasi materi ajar saja, sehingga pendidikan nilai sebagian
hanya terfokus pada pembentukan anggota majlis supaya memahami keberagamaan yang
baik, belum mencapai tahap internalisasi nilai pada diri mereka dalam
kehidupan.
Adapun peluang yang dihadapi
dan dimiliki majlis ta’lim adalah :
1.
Motivasi dan minat anggota majlis ta’lim yang tinggi, di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini
diperlukan peran serta pendidikan agama Islam yang lebih dominan.
2.
Adanya
kebutuhan rohani setiap manusia, Pada
kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis,
membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik
kian menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga-lembaga
seperti majlis ta’lim.
3.
Secara
realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan
komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat
strategis bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam termasuk
majlis ta’lim.
Adapun ancaman dan tantangan Majlis ta’lim
adalah:
1.
Arus
globalisasi yang menyebabkan pudarnya nilai moralitas, Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga
kegiatan gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
2.
Dominannya paham tertentu sehingga muncul
kefanatikan (ta’ashubiyyah), pengajian yang bersumberkan
al-Qur’an dan Hadits terkadang dicemari oleh kefanatikan ustad yang dijadikan
nara sumber sehingga berpengaruh kepada pengetahuan dan sikap anggota majlis
tersebut.
3.
Adanya
kegiatan kontraproduktif yang dilaksanakan, ada sebagian
anggota jama’ah sebuah majlis yang datang ke majelis ta’lim hanya berorientasi pada
kegiatan yang menyenangkan mereka saja seperti arisan, bertukar pikiran tentang
resep makanan dan lainnya.
D. Sistem Pendekatan dalam Majelis
Ta’lim
Bagi para pemimimpin pengajian dalam penyampaian materi
kepada para peserta majelis ta’lim perlu memegangi seperangkat pandangan yang
didasarkan atas sistem pendekatan antara lain:
1. Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis yang menuntut kepada pemahaman
terhadap kecendrungan dan tingkat kemampuan pemahaman peserta didik untuk
menyerap meteri penyajian.
2. Pendekatan
sosial-kultural
Pendekatan sosial-kultural menghendaki pemimpin majelis
untuk membawa suasana kejiwaan peserta didik kearah sikap komunikatif dan
interaktif dengan lingkungan sosial-kultural yang positif disekitarnya,
sehingga tidak menimbulkan benturan dengan realitas lingkungannya.
3. Pendekata
religius
Pendekata religius menuntut pemimpin majelis untuk mampu
menguak dan menginterpretasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan
dalam majelis serta menimbulkan jiwa yang bersih dalam bribadi tiap peserta
didik .
4. Pendekatan
saintifik
Pendekatan saintifik menuntut pemimpin majelis untuk mampu
menganalisa dan menafsirkan ayat ayat ataupun al- Hadits yang relevan dengan
tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pendekatan pembangunan
Pendekatan pembangunan menuntut pemimpin majelis untuk
menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama yang dapat memberikan gairah
dan semangat membangun.
6. Pendekatan
security dan prosperity
Pendekatan security dan prosperity mengharuskan pemimpin
majelis untuk menggelarkan ajaran agama dari sudut kemanfaatan untuk hidup
rukun, bersatu padu sebagai satu bangsa, satu tanah air yang berketahanan
mental dan nasional, berwawasan bangsa cinta kepada polahidup sederhana, produktif,
maknanya dan mandiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Majelis Ta’lim adalah tempat untuk
melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
2.
Peranan
majelis ta’lim dalam masyarakat sebagaimana yang dijelaskan oleh Arifin adalah
mengokohkan landasan hidup manusia di bidang mental spritual keagamaan Islam
dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan
batiniyah, duniawi dan ukhrawi yang bersamaan, sesuai dengan ajaran Islam yaitu
iman dan takwa yang melandasi kehidupan di dunia dan segala bidang kegiatannya. sedangkan
fungsi majelis taklim
yakni membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
3.
Menilai kadar kualitas sebuah majlis ta’lim dapat
dilihat melalui analisa SWOT. Metode
analisis ini merupakan kependekan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunity (peluang), dan Treath (ancaman). Dalam analisis
ini, dipikirkan tentang kekuatan apa saja yang dimiliki, kelemahan apa saja
yang melekat pada lembaga, dan kemudian juga dilihat kesempatan/peluang atau Opportunity
yang terbuka dan akhirnya mampu untuk mengetahui ancaman, ganguan serta
tantangan yang menghadang.
4. Sistem pendekatan dalam majelis taklim yaitu pendekatan psikologis, pendekatan sosial-kultural, pendekata religiis, pendekatan saintifik, pendekatan pembangunan, pendekatan security dan prosperity.
DAFTAR PUSTAKA
Zakiyah Darajat, Pendidikan Orang
Dewasa. (Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam,Rajawali Pers,Jakarta,1995.
Tutty
Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung:
Mizan, 1997.
Madkur, Ali Ahmad, Manhaj al-Tarbiyah fi al-Tashawwuri
al-Islamy, Kairo, Dar al-Fikr al-Araby,cetakan
pertama 2002.
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi
Gerakan Dakwah. Yogyakarta: SI Press.1996.
[3]
Tutty
Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung:
Mizan, 1997, cet. I, hal. 78
No comments:
Post a Comment