Dengan mengucapkan puji
dan syukur kita kepada Allah yang maha Esa, atas segala rahmat dan karunia
serta petunjuknysa sehiggah kai menyelesaikan makalah dengan judul
Dalam pembuatan makalah
ini kami menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan yang dirasakan mengingat
pengetahuaan dan pengalaman kami yang masih terbatas. Berkat bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehinggah
keterbatasan dan kekurangan tersebut dapat diatasi sehinggah penulis dapat
menyelesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah yang
kami buat , semoga makalah ini dapat bermanfaat antuk menambah wawasan bagi
kita semua. Amin.
Palu,18 April 2017
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................... 1
C.
Tujuan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama.................................................................. 2
B.
Pengertian Pendidikan Agama.... ............................................ 3
C.
Remaja dan Kehidupan Beragama........................... ............... 7
D.
Pengaruh Pendidikan Agama di Sekolah...............................8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agama adalah suatu kepercayaan yang di yakini seseorang untuk membuat
hidupnya lebih tentram dan mengantarkan seseorang itu dalam kebaikan. Hal
tersebut terbukti dengan perkembangannya zaman. Pada hakikatnya dulu manusia masih
berda pada masa jahiliyah yaitu masa kebedohan yang belum mengenal kasta dan
agama, di mana seorang tersebut masi dalam tahap pencarian jati diri. Dengan
keadaan itu manusia semakin dalam ke bodohan dan merajalela sehingga Allah
menyampaikan wahyu kepada malaiakat jibril untuk di sampaikan kepada para
rasulnya, di situlah agama mulai di sebarluaskan.
Islam adalah Agama Allah yang di wahyukan kepada rasul-rasulnya untuk di
ajarkan kepada manusia, dibawah secara berantai dari satu generasi ke genarasi
selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat,
hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman
dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di muka bumi ini memeluk agama islam,
banyak juga yang memilih mualaf setelah mengetahui semua kebenaran ajaran nabi
muhammad SAW. Ini yang tercantum dalam Al-Qur’an.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Agama Islam.?
2.
Apa itu Pendidikan Agama Islam.?
3.
Bagaimana pengaruh remaja dan kehidupan beragama.?
4.
Bagaimana pengaruh pendidikan Agama Islam di sekolah.?
C.
Tujuan
1.
Memberiakan pengetahuan tentang Agama
2.
Memahami arti dari pendidikan agama islam
3.
Mengetahui pengaruh remaja dan kehidupan beragama
4.
Mengetahui pengaruh pendidikan agama islam di sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Agama dalam kamus besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) peribadahan
kepada Tuhan yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Secara etimologi, kata “agama”
bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa
Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme
di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti
kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan
manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan
ketertiban.
Beberapa pengertian agama menurut
para ahli sebagai berikut:
1. Pengertian
agama menurut Nasution (1986) menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan
yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada
manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat di tangkap dengan panca indera,
namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
2.
Pengertian agama menurut Emile
Durkheim adalah suatu sistem yang terdiri atas kepercayaan dan pratik yang
berhubungan dengan hal yang suci dan menyatukan semua penganutnya dalam suatu
komunitas moral yang di namakan umat.
3. Pengertian
Agama menurut prof. Dr.m. Drikaya adalah
keyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam
dan isinya.
B.
Pengertian
Pendidikan Agama
Pendidikan agama adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.
C.
Remaja dan
Kehidupan Keberagamaan
Masa remaja disebut juga sebagai
masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa.
Pada masa ini terjadi perubahan perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan fungsi-fungsi rokhaniyah dan jasmaniyah. Sejalan dengan perkembangan
jasmani dan rohaninya, maka agama para remaja turut dipengaruhi perkembangan
itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak
keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengna faktor perkembangan
tersebut.
Sebenarnya masa remaja adalah masa
peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau
dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum
mencapai usia dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya. Yaitu yang belum dapat
hidup sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil. Organ-organ
belum dapat menjalankan fungsinya secara sempurna. Hidupnya masih bergantung
pada orang dewasa, dan belum dapat diberi tanggung jawab atas segala hal.
·
Perkembangan Agama Pada Masa
Remaja
Segala persoalan dan problema yang
terjadi pada remaja-remaja itu, sebenarnya bersangkut-paut dan barkait-kait
dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan
di mana mereka hidup. Dalam hal itu, suatu faktor penting yang memegang peranan
yang menentukan dalam kehidupan remaja.
a
Masa Remaja Awal (13-16)
Pada masa ini terjadi perubahan
jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi,
kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada
umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada tuhan
kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang
terlihat pada cara ibadanya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.
penghayatan rohani cenderung skeptis sehingga muncul keengganan dan kemalasan
untuk melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan
penuh kepatuhan.
Kegoncangan dalam keagamaan ini
mungkin muncul, karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal berkaitan dengan matangnya organ seks, yang mendorong remaja untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, namun di sisi lain ia tahu bahwa perbuatannya itu
dilarang oleh agama. Kondisi ini menimbulkan konflik pada diri remaja. Faktor
internal lainnya adalah bersifat psikologis, yaitu sikap independen, keinginan
untuk bebas, tidak mau terikat oleh norma-norma keluarga (orangtua). Apabila
orangtua atau guru-guru kurang memahami dan mendekatinya secara baik, bahkan
dengan sikap keras , maka sikap itu akan muncul dalam bentuk tingkah laku
negatif, seperti membandel, oposisi, menentang atau menyendiri, dan acuh tak
acuh.
b
Masa Remaja Akhir (17-21)
Masa remaja terakhir dapat dikatakan
bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati
kesempurnaan. Yang berarti bahwa tubuh dengan seluruh anggotanya telah dapat
berfungsi dengan baik, kecerdasan telah dianggap selesai pertumbuhannya,
tinggal pengembangan dan penggunaannya saja yang perlu diperhatikan.
Akibat pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, serta kecerdasan yang telah mendekati sempurna, atau dalam istilah
agama mungkin dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh-berakal, maka
remaja itu merasa bahwa dirinya telah dewasa dan dapat berpikir logis. Di
samping itu pengetahuan remaja juga telah berkembang pula, berbagai ilmu
pengetahuan yang diajarkan oleh bermacam-macam guru sesuai dengan bidang
keahlian mereka masing-masing telah memenuhi otak remaja. Remaja saat itu
sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, maka
mereka juga ingin mengembangkan agama, mengikuti perkembangan dan alur jiwanya
ynag sedang bertumbuh pesat itu.
Kendatipun kecerdasan remaja telah
sampai kepada menuntut agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal, dapat
difahami dan dijelaskan secara ilmiah dan orisinil, namun perasaan masih
memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama remaja.
Perkembangan agama pada para remaja
ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan
itu antara lain adalah:
1.
Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama
yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi
mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama merekapun
sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma
kehidupan lainnya.
2.
Perkembangna perasaan
Perekembangan telah berkembangna
pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk
menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
Kehidupan religius akan cenderung
mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya,
bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih
mudah didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupan masa kematangan seksual.
Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah
terperosok kearah tindakan seksual yang negatif.
3.
Pertimbangan sosial
Corak keagamaan para remaja juga
ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka
timbul konflik antara pertimbangna moral dan material. Remaja sangat bingung
menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan
akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap
materialis.
4.
Perkembangan moral
Perkembangna moral para remaja
bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencapai proteksi. Tipe moral
yanh juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
a. Self-directive,
taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangna pribadi.
b.
Adaptive, mengikuti situasi
lingkungan tanpa mengadakan kritik.
c.
Submissive, merasakan adanya
keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
d.
Unadjusted, belum meyakini akan
kebenaran ajaran agama dan moral.
e.
Deviant, menolak dasar dan hukum
keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
5.
Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap
masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari
kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar
kecil minatnya).
·
Ciri-ciri Kesadaran
beragama Yang Menonjol Pada Masa Remaja
1) Pengalaman
ketuhanannya semakin bersifat individual
Remaja semakin mengenal dirinya. Ia
menemukan dirinya bukan hanya sekedar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu
kehidupan psikologis rohaniah berupa pribadi. Remaja bersifat kritis terhadap
dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya. Ia menemukan
pribadinya terpisah dari pribadi-pribadi lain dan terpisah pula dari alam
sekitarnya.
Penemuan diri pribadinya sebagai
sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian dan rasa terpisah dari
pribadi lainnya. Secara formal dapat menambah kedalaman alam perasaan, akan
tetapi sekaligus menjadi bertambah labil. Keadaan labil yang menekan
menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan hidup. Penghayatan
kesepian, perasaan tidak berdaya menjadikan si remaja berpaling kepada Tuhan
sebagai satu-satunya pegangan hidup, pelindung dan penunjuk jalan dalam
goncangan psikologis yang dialaminya.
2) Keimanannya
semakin menuju realitas yang sebenarnya
Terarahnya perhatian ke dunia dalam
menimbulkan kecendrungan yang besar untuk merenungkan, mengkritik, dan menilai
diri sendiri. Intropeksi diri ini dapat menimbulkan kesibukan untuk
bertanya-tanya pada orang lain tentang dirinya mengenai keimanan dan kehidupan
agamanya.
D.
Sikap Remaja Dalam Beragama
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1. Percaya
ikut-ikutan
Percaya ikut-ikutan ini biasanya
dihasilkan oleh pendidikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga
dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja
awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih
kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2. Percaya
dengan kesadaran
Semangat keagamaan dimulai dengan
melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak
kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk
membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja.
Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
3. Percaya tetapi
agak ragu-ragu
Keraguan
kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
Ø
Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa
dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
Ø
Keraguan disebabkan adanya
kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa ynag diyakininya, atau
dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.
Pengaruh
Pendidikan Agama Di Sekolah
Pendidikan agama disekolah merupakan
mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh peserta didik sejak bangku sekolah
dasar hingga lanjutan. Kurikulum yang diberikan pada umumnya cenderung
berdasarkan kepada pemahaman Islam golongan tertentu. Hingga saat ini hal itu
belum berubah.Keluarga muslim yang memiliki kepedulian tinggi akan pendidikan
agama yang “benar” akhirnya sulit mencari sekolah yang cocok. Seringkali
terjadi apa yang diajarkan orang tua dirumah tentang tata cara ibadah tertentu
berbeda dengan apa yang diterima disekolah.
Adapun peran lembaga pendidikan
dalam pembinaan akhlak mempunyai peran yang amat penting, pendidikan agama
tidak hanya membina akhlak akan tetapi peran pendidikan agama tentang
kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama dalam kamus besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) peribadahan
kepada Tuhan yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Beberapa pengertian agama menurut
para ahli sebagai berikut:
4. Pengertian
agama menurut Nasution (1986) menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan
yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada
manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat di tangkap dengan panca indera,
namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari.
5.
Pengertian agama menurut Emile
Durkheim adalah suatu sistem yang terdiri atas kepercayaan dan pratik yang
berhubungan dengan hal yang suci dan menyatukan semua penganutnya dalam suatu
komunitas moral yang di namakan umat.
6. Pengertian
Agama menurut prof. Dr.m. Drikaya adalah
keyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam
dan isinya.
suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan
dalam kehidupan remaja.
a.
Masa Remaja Awal (13-16)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat,
sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan
kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya,
mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang
sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada
cara ibadanya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.
DAFTAR PUSTAKA
Zakiah, Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 69-70.
Zakiah,
Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 69.
Syamsu, Yusuf
LN, Psikologi Perkembangan Anak &Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 204-205.
Jalaluddin, Psikologi
Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 72-76.
Abdul Aziz,
Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 1995),
hlm. 43-48.
Raharjo, Pengantar
Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 36-37.
[1] Zakiah, Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), hlm. 69-70.
[2] Syamsu, Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak &Remaja,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 204-205.
No comments:
Post a Comment