Sumberku Makalah - SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PADA PONDOK PESANTREN - Sumberku Makalah

Sumberku Makalah

Sumberku Makalah merupakan blog milik Imron Nur Huda yang merupakan salah seorang alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu tahun 2018 yang kini telah beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu. Dimana di dalamnya berisi tentang makalah-makalah yang notabenenya merupakan tugas kuliah dari sang pemilik blog beserta teman-temannya.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

 





Sumberku Makalah - SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PADA PONDOK PESANTREN

Sumberku Makalah - SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PADA PONDOK PESANTREN

Share This


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’alah, yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem dan Metode Pendidikan Pada Pondok Pesantren.
            Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan harapan walaupun di dalam pembuatanya kami menghadapi kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki.
            Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang  sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakan di masa yang akan datang.  Semoga apa yang di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Palu, 23 Maret 2017
                                                                                   


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar Belakang.................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C.     Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A.    Pengertian Pondok Pesantren........................................................... 3
B.     Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren....................... 3
C.     Model-model Pembelajaran di Pondok Pesantren............................ 4
D.    Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren.................... 9
E.     Prinsip-prinsip dalam Metode Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren......................................................................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 12
A.    Kesimpulan..................................................................................... 12
B.     Saran............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak ada kelompok manusia tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitsnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidupnya dan budaya masyarakat masing-masing. Dikalangan masyarakat yang berbudaya modren, sistem dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorentasikan kepada efektifitas dan efisiensi. 
          Metode penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional menurut kebisaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu. Lembaga pendidika dewasa ini juga sangat muthlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat muthlak keberadaanya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam. 
         Pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang muthlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga pendidikan islam tersebut.     



B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian Pondok Pesantren?
2.      Bagaimana Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren?
3.      Bagaimana Metode-metode Pembelajaran di Pondok Pesantren?
4.      Bagaimana Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren?
5.      Bagaimana Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran di Pondok Pesantren?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Pondok Pesantren?
2.      Untuk Mengetahui Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren?
3.      Untuk Mengetahui Metode-metode Pembelajaran di Pondok Pesantren?
4.      Untuk Mengetahui Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren?
5.      Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran di Pondok Pesantren?







BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pondok Pesantren
Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasi, antara lain:Secara etimologis, pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Pondok, berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti hotel, yang dalam pesantren Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan padepokan yang dipetak-petak dalam bentuk kamar sebagai asrama bagi para santri. Sedangkan pesantren merupakan gabungan dari kata pe-santri-an yang berarti tempat santri.[1] Sehingga dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh.
Sedang dari pendapat para ilmuan, antara lain:
a.       Ridlwan Nasir dalam bukunya mengatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
b.      Nurcholish Madjid menegaskan bahwa pondok pesantren adalah artefak peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional, unik, dan indigenous (asli).[2]
c.       Zamakhsyari Dhofier, bahwa pesantren berasal dari kata santri dengan awalan-pe di depan dan akhiran-an yang berarti tempat tinggal para santri.[3]

B.     Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren
Pengertian “sistem” bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat.
Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian “metode”, sedangkan “metode” mula-mula berasal dari kata “meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi methode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.Bila kita mempergunakan istilah “sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren.[4]
C.    Metode-metode Pembelajaran di Pondok Pesantren
Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan  “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan secara terminologi, metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berikut  ini  beberapa  metode  pembelajaran  yang menjadi ciri utama pembelajaran di pondok pesantren.
1.      Metode Sorogan
Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya (badal, asisten Kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru,  dan terjadi interaksi  saling  mengenal  antara keduanya.
Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk Kyai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Setelah Kyai atau ustadz membacakan teks dalam kitab kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-sanri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh Kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara face to face antara Kyai dan santri. Keunggulan metode ini adalah Kyai secara pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang Kyai. Kelemahannya adalah metode ini membutuhkan waktu yang sangat banyak.
Meskipun sorogan ini dianggap statis, tetapi bukan berarti tidak menerima inovasi. Malah menurut Suyoto, metode ini sebenarnya konsekuensi daripada layanan yang ingin diberikan kepada santri. Berbagai usaha dewasa ini dalam berinovasi dilakukan justru mengarah kepada layanan secara indivual kepada anak didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian serta kecakapan seseorang.
Mastuhu memandang bahwa sorogan adalah metode mengajar secara indivividual langsung dan intensif. Dari segi ilmu pendidikan, metode ini adalah metode yang modern karena antara Kyai dan santri saling mengenal secara erat. Kyai menguasai benar materi yang seharusnya diajarkan, begitu pula santri juga belajar dan membuat persiapan sebelumnya. Metode sorogan dilakukan secara bebas (tidak ada paksaan), dan bebas dari hambatan formalitas.
2.      Metode Wetona/Bandongan
Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan. Pelaksanaan metode ini yaitu: Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul).[5]
Santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhabitan harakat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks.Metode bandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di pesantren. Disebut weton karena berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya. Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari Kyai dalam pengajian itu disebut halaqoh. Prosesnya adalah Kyai membaca kitab dan santri mendengarkan, menyimak bacaan Kyai, mencatat terjemahan serta keterangan Kyai pada kitab atau biasa disebut ngesahi atau njenggoti.
H. Abdullah Syukri Zarkasyi, memberikan definisi tentang metode bandongan, yaitu: “Di mana Kyai membaca kitab dalam waktu tertentu, santri membawa kitab yang sama, mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai”. Sedangkan Nurcholis Madjid memberikan definisi tentang metode weton. Menurutnya, “weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu maupun lebih-lebih lagi kitabnya”.Senada dengan hal di atas,
Hasbullah mendefinisikan tentang metode wetonan, menurutnya: Metode wetonan adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang Kyai yang membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif.
Zamakhsyari Dhofier juga memberikan definisi tentang metode bandongan, menurutnya: Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit.Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran bandongan sama dengan metode wetonan maupun halaqah.
Dalam model pembelajaran ini, santri secara kolektif mendengarkan dan mencatat uraian yang disampaikan oleh Kyai, dengan menggunakan bahasa daerah setempat, dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, materi (kitab) dan tempat sepenuhnya ditentukan oleh Kyai.Keunggulan metode ini adalah lebih cepat dan praktis sedangkan kelemahannya metode ini dianggap tradisional. Biasanya metode ini masih digunakan pada pondok-pondok pesantren salaf.
3.      Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa'il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh Kyai atau ustadz, atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.
Kegiatan penilaian oleh Kyai atau ustadz dilakukan selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang menjadi perhatiannya adalah kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta yang meliputi kelogisan jawaban, ketepatan dan kevalidan referensi yang disebutkan, serta bahasa yang disampaikan dapat mudah difahami oleh santri yang lain. Hal lain yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks bacaan, juga kebenaran dan ketepatan peserta dalam membaca dan menyimpulkan isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang menjadi rujukan.
4.      Metode Pengajian Pasaran
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang Kyai/ ustadz yang  dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang dikaji.[6]

Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, tetapi pada metode ini target utamanya adalah selesainya kitab yang dipelajari. Jadi, dalam metode ini yang menjadi titik beratnya terletak pada pembacaan bukan pada pemahaman sebagaimana pada metode bandongan.
5.      Metode Hapalan (Muhafazhah)
Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan yang dimiliki santri ini kemudian dihapalkan di hadapan Kyai/ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan. Materi pelajaran dengan metode hapalan umumnya berkenaan dengan Al Qur’an, nazham-nazham nahwu, sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.
6.      Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan meperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan Kyai/ustadz. dengan kegiatan sebagai berikut:[7] 
·         Para santri mendapatkan penjelasan/ teori tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang akan dipraktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya.
·         Para santri berdasarkan bimbingan para Kyai/ustadz mempersiapkan  segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek.
·         Setelah menentukan waktu dan tempat, para santri berkumpul untuk menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang akan dilakukan serta pemberian tugas kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan praktek.
·         Para santri secara bergiliran/ bergantian memperagakan pelaksanaan praktek ibadah tertentu dengan dibimbing dan diarahkan oleh Kyai/ ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya).
·         Setelah selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.
7.      Metode Muhawarah
Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok. Beberapa pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu yang digabungkan dengan latihan   muhadhoroh atau khitobah, yang tujuannya melatih keterampilan anak didik berpidato.
8.      Metode Mudzakarah
Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya. Dalam mudzakarah tersebut dapat dibedakan atas dua tingkat kegiatan:
a.       Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan tujuan melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorang santri ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang didiskusikan.
b.      Mudzakarah yang dipimpin oleh Kyai, dimana hasil mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab.[8]

D.    Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi.
a.       Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini tekanannya diuatamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif, dan afektif.
b.      Pendekatan Sosio-Kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
c.       Pendekatan Religi
            Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (Aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
d.      Pendekatan Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
e.       Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
f.       Pendekatan Filosofis
            Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akan atau resiko.
E.     Prinsip-prinsip dalam Metode Pendidikan Islam di Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip umum yang ditetapkan dalam pondok pesantren, yaitu?
a.       Prinsip kebermaknaan
Prinsip ini menghendaki bahwa anak didik akan terdorong untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.[9]
b.      Prinsip Prasyarat
Prinsip ini menuntut pendidik untuk menyadari bahwa anak didik akan tergerak untuk mempelajari hal-hal baru bila ia memiliki semua prasyarat yaitu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan yang dimiliki oleh pendidik.
c.       Prinsip-prinsip Model
Prinsip ini menghendaki agar pendidik memberikan dalam proses belajar model/contoh yang dapat diamati atau ditiru oleh anak didik. Dengan demikian, ia akan berusaha memiliki tingkah laku yang baru sebagai yang diterapkan  oleh pendidik dalam model/contoh tersebut.
d.      Prinsip Komunikasi Terbuka
            Prinsip tersebut menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih banyak mempelajari sesuatu dengan cara penyajian yang disusun sedemikian rupa sehingga pesan-pesan pendidik terbuka bagi anak didik.
e.       Prinsip Kebaruan
Anak didik akan lebih banyak belajar bilamana minart/perhatiannya tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif baru.
f.       Prinsip Praktek Aktif
Prinsip praktek aktif yaitu anak akan dapat belajar lebih baik bilamana ia diikutsertakan dalam praktek.
g.      Prinsip Praktek Terbuka
Anak didik akan belajar lebih baik dan giat bilamana pelajaran praktek tersebut disusun dalam periode yang singkat yang distribusikan dalam jangka waktu tertentu.
h.      Prinsip Mengurangi Petunjuk
Seorang anak didik akan lebih baik dalam belajarnya bilamana intruksi (perintah) atau petunjuk semakin dikurangi dan dihapuskan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pondok pesantren adalah tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh.
Sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren.
Model-model pembelajaran di pondok pesantren sebagai berikut:
1.      Metode Sorogan
2.      Metode Wetona/Bandongan
3.      Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa'il
4.      Metode Pengajian Pasaran
5.      Metode Hapalan (Muhafazhah)
6.      Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah
7.      Metode Muhawarah
8.      Metode Mudzakarah
Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren sebagai berikut:
a.       Pendekatan Psikologis
b.      Pendekatan Sosio-Kultur
c.       Pendidikan Religi
d.      Pendekatan Historis
e.       Pendekatan Komparatif
f.       Pendekatan Filosofis
Prinsip-prinsip dalam Metode Pendidikan Islam di Pondok Pesantren sebagai berikut:
1.      Prinsip kebermaknaan
2.      Prinsip Prasyarat
3.      Prinsip-prinsip Model


4.      Prinsip Komunikasi Terbuka
5.      Prinsip Kebaruan
6.      Prinsip Praktek Aktif
7.      Prinsip Praktek Terbuka
8.      Prinsip Mengurangi Petunjuk

B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita Amin.



[1]Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 80
[2]Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 10
[3]Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 82
[4]Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[5]Rahardjo, M. Dawam (ed),Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah,(Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren, 1985), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[6]Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran Di Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[7]Munawaroh, Djunaidatul, “Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren”, dalam Abuddin Nata (ed),Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Bekerja Sama dengan IAIN Jakarta, 2001), di akses pada tanggal 27 Maret 2016.
[8]Muhammad rofik, (On-line), (Jawa Timur: www.blogspot.co.id), diakses pada tanggal 27 Maret 2017.
[9]Muhammad rofik,


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here