Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah
puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’alah, yang
telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Sistem dan Metode Pendidikan Pada Pondok Pesantren.
Dalam
penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami
telah berusaha untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan harapan walaupun di dalam
pembuatanya kami menghadapi kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kami miliki.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sangat
kami butuhkan agar dapat menyempurnakan di masa yang akan datang. Semoga apa yang di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Palu, 23 Maret
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar
Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A.
Pengertian Pondok Pesantren........................................................... 3
B.
Sistem
Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren....................... 3
C.
Model-model Pembelajaran di Pondok
Pesantren............................ 4
D.
Sistem Pendekatan Metodologis di
Pondok Pesantren.................... 9
E.
Prinsip-prinsip dalam Metode
Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren......................................................................................... 10
BAB III
PENUTUP........................................................................................ 12
A. Kesimpulan..................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas
hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini
hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak ada kelompok manusia tidak
menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitsnya,
sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya sistem dan metodenya
yang berbeda-beda sesuai taraf hidupnya dan budaya masyarakat masing-masing.
Dikalangan masyarakat yang berbudaya modren, sistem dan metode pendidikan yang
dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan
metode tersebut diorentasikan kepada efektifitas dan efisiensi.
Metode penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional
menurut kebisaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu. Lembaga
pendidika dewasa ini juga sangat muthlak keberadaannya bagi kelancaran proses
pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat muthlak keberadaanya bagi kelancaran
proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep
islam. Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam
ruang lingkup keislaman melaksakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat
islam.
Pondok pesantren dan
madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang muthlak diperlukan di
suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga
itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat
berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga
pendidikan islam tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
Pengertian Pondok Pesantren?
2.
Bagaimana
Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren?
3.
Bagaimana
Metode-metode Pembelajaran di Pondok Pesantren?
4.
Bagaimana
Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren?
5.
Bagaimana
Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran di Pondok Pesantren?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Pondok Pesantren?
2.
Untuk
Mengetahui Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren?
3.
Untuk
Mengetahui Metode-metode Pembelajaran di Pondok Pesantren?
4.
Untuk
Mengetahui Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren?
5.
Untuk
Mengetahui Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran di Pondok Pesantren?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pondok Pesantren
Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasi, antara lain:Secara
etimologis, pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Pondok,
berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti hotel, yang dalam pesantren
Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan padepokan yang dipetak-petak dalam
bentuk kamar sebagai asrama bagi para santri. Sedangkan pesantren merupakan
gabungan dari kata pe-santri-an yang berarti tempat santri.[1] Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah tempat atau asrama bagi santri
yang mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh.
Sedang dari pendapat para ilmuan, antara lain:
a. Ridlwan Nasir dalam bukunya mengatakan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan
dan menyebarkan ilmu agama Islam.
b. Nurcholish Madjid menegaskan bahwa pondok pesantren adalah artefak
peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan
bercorak tradisional, unik, dan indigenous (asli).[2]
c. Zamakhsyari Dhofier, bahwa pesantren berasal dari kata santri dengan awalan-pe
di depan dan akhiran-an yang berarti tempat tinggal para santri.[3]
B. Sistem Pendekatan Pengajaran di Pondok Pesantren
Pengertian “sistem” bisa diberikan
terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana
satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat.
Dengan
demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian “metode”,
sedangkan “metode” mula-mula berasal dari kata “meta” berarti melalui
dan “hodos” berarti jalan. Jadi methode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai satu tujuan.Bila kita mempergunakan istilah “sistem pendidikan
dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang
berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren.[4]
C.
Metode-metode Pembelajaran di Pondok
Pesantren
Secara
etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti
melalui. Sedangkan secara terminologi, metode adalah jalan yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode
pembelajaran adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berikut
ini beberapa metode pembelajaran yang menjadi ciri
utama pembelajaran di pondok pesantren.
1. Metode Sorogan
Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan,
sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya
(badal, asisten Kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara
individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan
terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.
Pembelajaran dengan
sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat
duduk Kyai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi
santri yang menghadap. Setelah Kyai atau ustadz membacakan teks dalam kitab
kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-sanri lain, baik yang mengaji
kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang
diajarkan oleh Kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran
dipanggil.Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar
mengajar secara face to face antara Kyai dan santri. Keunggulan metode
ini adalah Kyai secara pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri
yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan
yang pasti dari seorang Kyai. Kelemahannya adalah metode ini membutuhkan waktu
yang sangat banyak.
Meskipun sorogan ini dianggap statis,
tetapi bukan berarti tidak menerima inovasi. Malah menurut Suyoto, metode ini
sebenarnya konsekuensi daripada layanan yang ingin diberikan kepada santri.
Berbagai usaha dewasa ini dalam berinovasi dilakukan justru mengarah kepada layanan
secara indivual kepada anak didik. Metode sorogan justru mengutamakan
kematangan dan perhatian serta kecakapan seseorang.
Mastuhu memandang bahwa sorogan adalah
metode mengajar secara indivividual langsung dan intensif. Dari segi ilmu
pendidikan, metode ini adalah metode yang modern karena antara Kyai dan santri
saling mengenal secara erat. Kyai menguasai benar materi yang seharusnya
diajarkan, begitu pula santri juga belajar dan membuat persiapan sebelumnya.
Metode sorogan dilakukan secara bebas (tidak ada paksaan), dan bebas
dari hambatan formalitas.
2. Metode Wetona/Bandongan
Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti
waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu
sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini
merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di
sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab
masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa
Barat disebut dengan bandongan. Pelaksanaan metode ini yaitu: Kyai
membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab
berbahasa Arab tanpa harakat (gundul).[5]
Santri dengan memegang
kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhabitan harakat kata
langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks.Metode bandongan
atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di
pesantren. Disebut weton karena berlangsungnya pengajian itu merupakan
inisiatif Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya.
Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang
diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari Kyai dalam
pengajian itu disebut halaqoh. Prosesnya adalah Kyai membaca kitab dan
santri mendengarkan, menyimak bacaan Kyai, mencatat terjemahan serta keterangan
Kyai pada kitab atau biasa disebut ngesahi atau njenggoti.
H. Abdullah Syukri
Zarkasyi, memberikan definisi tentang metode bandongan, yaitu: “Di mana
Kyai membaca kitab dalam waktu tertentu, santri membawa kitab yang sama,
mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai”. Sedangkan Nurcholis Madjid memberikan
definisi tentang metode weton. Menurutnya, “weton adalah
pengajian yang inisiatifnya berasal dari Kyai sendiri, baik dalam menentukan
tempat, waktu maupun lebih-lebih lagi kitabnya”.Senada dengan hal di atas,
Hasbullah
mendefinisikan tentang metode wetonan, menurutnya: Metode wetonan
adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang Kyai yang membaca kitab dalam
waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
proses belajar mengaji secara kolektif.
Zamakhsyari Dhofier
juga memberikan definisi tentang metode bandongan, menurutnya: Dalam
sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru
yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat
catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah
pikiran yang sulit.Dari
beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran bandongan
sama dengan metode wetonan maupun halaqah.
Dalam model pembelajaran
ini, santri secara kolektif mendengarkan dan mencatat uraian yang disampaikan
oleh Kyai, dengan menggunakan bahasa daerah setempat, dilaksanakan pada
waktu-waktu tertentu, materi (kitab) dan tempat sepenuhnya ditentukan oleh
Kyai.Keunggulan metode ini adalah lebih cepat dan praktis sedangkan
kelemahannya metode ini dianggap tradisional. Biasanya metode ini masih
digunakan pada pondok-pondok pesantren salaf.
3. Metode Musyawarah/ Bahtsul
Masa'il
Metode musyawarah atau
dalam istilah lain bahtsul masa'il merupakan metode pembelajaran yang
lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan
jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh Kyai atau ustadz,
atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.
Kegiatan penilaian oleh Kyai atau ustadz
dilakukan selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang menjadi
perhatiannya adalah kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta yang meliputi
kelogisan jawaban, ketepatan dan kevalidan referensi yang disebutkan, serta
bahasa yang disampaikan dapat mudah difahami oleh santri yang lain. Hal lain
yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks bacaan, juga kebenaran dan
ketepatan peserta dalam membaca dan menyimpulkan isi teks yang menjadi
persoalan atau teks yang menjadi rujukan.
4. Metode Pengajian Pasaran
Metode pengajian
pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab)
tertentu pada seorang Kyai/ ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri
dalam kegiatan yang terus menerus selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya
dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau terkadang
satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang dikaji.[6]
Metode ini lebih mirip
dengan metode bandongan, tetapi pada metode ini target utamanya adalah
selesainya kitab yang dipelajari. Jadi, dalam metode ini yang menjadi titik
beratnya terletak pada pembacaan bukan pada pemahaman sebagaimana pada metode bandongan.
5. Metode Hapalan (Muhafazhah)
Metode hapalan ialah
kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu teks tertentu di bawah
bimbingan dan pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghapal
bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan yang dimiliki santri ini
kemudian dihapalkan di hadapan Kyai/ustadz secara periodik atau insidental
tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan. Materi pelajaran
dengan metode hapalan umumnya berkenaan dengan Al Qur’an, nazham-nazham nahwu,
sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.
6. Metode Demonstrasi/ Praktek
Ibadah
Metode ini adalah cara
pembelajaran yang dilakukan dengan meperagakan (mendemonstrasikan) suatu
keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan perorangan
maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan Kyai/ustadz. dengan kegiatan
sebagai berikut:[7]
·
Para
santri mendapatkan penjelasan/ teori tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang
akan dipraktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya.
·
Para
santri berdasarkan bimbingan para Kyai/ustadz mempersiapkan segala
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek.
·
Setelah
menentukan waktu dan tempat, para santri berkumpul untuk menerima penjelasan
singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang akan dilakukan serta pemberian
tugas kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan praktek.
·
Para
santri secara bergiliran/ bergantian memperagakan pelaksanaan praktek ibadah
tertentu dengan dibimbing dan diarahkan oleh Kyai/ ustadz sampai benar-benar
sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya).
·
Setelah
selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan menanyakan
hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.
7. Metode Muhawarah
Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih dengan bahasa
Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di
pondok. Beberapa pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah
tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam
seminggu yang digabungkan dengan latihan muhadhoroh atau khitobah,
yang tujuannya melatih keterampilan anak didik berpidato.
8. Metode Mudzakarah
Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah
diniyah seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya. Dalam mudzakarah
tersebut dapat dibedakan atas dua tingkat kegiatan:
a.
Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk
membahas suatu masalah dengan tujuan melatih para santri agar terlatih dalam
memecahkan persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah
seorang santri ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari
masalah yang didiskusikan.
b.
Mudzakarah yang dipimpin oleh Kyai, dimana hasil mudzakarah
para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar.
Biasanya lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan
dalam bahasa Arab.[8]
D.
Sistem Pendekatan Metodologis di
Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang
perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah
bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi.
a. Pendekatan
Psikologis
Pendekatan ini tekanannya
diuatamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu
dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif, dan afektif.
b. Pendekatan
Sosio-Kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada
usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan
berperadapan.
c. Pendekatan
Religi
Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (Aqidah) dan keimanan
dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan
ekstensif (mendalam dan meluas).
d. Pendekatan
Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan
pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
e. Pendekatan
Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan
membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang yang
ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
f. Pendekatan
Filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan
tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai
kebenaran dengan memakai akan atau resiko.
E.
Prinsip-prinsip dalam Metode
Pendidikan Islam di Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip umum yang ditetapkan dalam pondok
pesantren, yaitu?
a. Prinsip
kebermaknaan
Prinsip ini menghendaki bahwa anak
didik akan terdorong untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.[9]
b. Prinsip
Prasyarat
Prinsip ini menuntut pendidik untuk
menyadari bahwa anak didik akan tergerak untuk mempelajari hal-hal baru bila ia
memiliki semua prasyarat yaitu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki anak didik
dengan yang dimiliki oleh pendidik.
c. Prinsip-prinsip
Model
Prinsip ini menghendaki agar
pendidik memberikan dalam proses belajar model/contoh yang dapat diamati atau
ditiru oleh anak didik. Dengan demikian, ia akan berusaha memiliki tingkah laku
yang baru sebagai yang diterapkan oleh
pendidik dalam model/contoh tersebut.
d. Prinsip
Komunikasi Terbuka
Prinsip tersebut menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih
banyak mempelajari sesuatu dengan cara penyajian yang disusun sedemikian rupa
sehingga pesan-pesan pendidik terbuka bagi anak didik.
e. Prinsip
Kebaruan
Anak didik akan lebih banyak belajar
bilamana minart/perhatiannya tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif
baru.
f. Prinsip
Praktek Aktif
Prinsip praktek aktif yaitu anak
akan dapat belajar lebih baik bilamana ia diikutsertakan dalam praktek.
g. Prinsip
Praktek Terbuka
Anak didik akan belajar lebih baik
dan giat bilamana pelajaran praktek tersebut disusun dalam periode yang singkat
yang distribusikan dalam jangka waktu tertentu.
h. Prinsip
Mengurangi Petunjuk
Seorang anak didik akan lebih baik
dalam belajarnya bilamana intruksi (perintah) atau petunjuk semakin dikurangi
dan dihapuskan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pondok pesantren adalah
tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seorang Kyai atau
Syaikh.
Sistem pendidikan dan pengajaran
pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa
perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren.
Model-model pembelajaran di pondok
pesantren sebagai berikut:
1.
Metode
Sorogan
2.
Metode
Wetona/Bandongan
3.
Metode
Musyawarah/ Bahtsul Masa'il
4.
Metode
Pengajian Pasaran
5.
Metode
Hapalan (Muhafazhah)
6.
Metode
Demonstrasi/ Praktek Ibadah
7.
Metode
Muhawarah
8.
Metode
Mudzakarah
Sistem
Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren sebagai berikut:
a.
Pendekatan Psikologis
b.
Pendekatan Sosio-Kultur
c.
Pendidikan Religi
d.
Pendekatan Historis
e.
Pendekatan Komparatif
f. Pendekatan
Filosofis
Prinsip-prinsip dalam Metode
Pendidikan Islam di Pondok Pesantren sebagai berikut:
1.
Prinsip kebermaknaan
2.
Prinsip Prasyarat
3.
Prinsip-prinsip Model
4.
Prinsip Komunikasi Terbuka
5.
Prinsip Kebaruan
6.
Prinsip Praktek Aktif
7.
Prinsip Praktek Terbuka
8.
Prinsip Mengurangi Petunjuk
B.
Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan Masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja
maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi kita Amin.
[1]Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok
Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.
80
[2]Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret
Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 10
[3]Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 82
[4]Tim Didaktik
Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM,(Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1993), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[5]Rahardjo, M. Dawam (ed),Pergulatan
Dunia Pesantren Membangun dari Bawah,(Jakarta: Perhimpunan Pengembangan
Pesantren, 1985), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[6]Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran Di Pesantren, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2001), di akses pada tanggal 27 Maret 2017.
[7]Munawaroh, Djunaidatul, “Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren”,
dalam Abuddin Nata (ed),Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia Bekerja Sama dengan IAIN Jakarta, 2001), di akses pada tanggal 27
Maret 2016.
[9]Muhammad rofik,
No comments:
Post a Comment