A.
Langkah-Langkah Mendiagnosis Masalah Peserta Didik
I.
Masalah
Masalah ada yang melihatnya sebagai ketidaksesuaian antara harapan
dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang (1)
tidak disukai adanya, (2) menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain, dan (3) ingin atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau
lebih ciri di atas. Untuk mendalami hal tersebut, kita dapat melihat diri
sendiri sebagai contoh. Adakah sesuatu hal, kejadian, suasana, atau gejala yang
tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian baik bagi
diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan atau ingin dihilangkan? Jika ada,
maka hal itu dapat dikatakan sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri
sendiri.
II.
Mendiagnosis kesulitan atau masalah peserta didik
Setelah memahami gejala-gejala adanya suatu kesulitan atau masalah
yang dialami peserta, maka seorang guru atau guru terutama guru Bimbingan
Konseling (guru BK) harus dapat memberikan bantuan atau bimbingan untuk
mengatasi kesulitan atau masalah yang dialami oleh peserta didik tersebut. Hallen,
A. (2005), bahwa untuk dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang efektif,
maka seorang guru atau guru BK terlebih dahulu melakukan diagnosis kesulitan
atau masalah yang dialami oleh peserta didik, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Kenalilah peserta didik yang mengalami kesulitn atau masalah
Tidak
semua peserta didik mengalami kesulitan atau masalah, akan tetapi hanya ada
beberapa orang peserta didik atau sekelompok kecil peserta didik saja yang
mengalami kesulitan atau masalah. Demikian juga dengan jenis dan sifat
kesulitan atau masalah masing-masing peserta didik berbeda satu sama lain. Cara
paling mudah untuk mengenali adanya kesulitan atau masalah adalah dengan
memperhatikan prestasi belajar yang telah dicapai dengan nilai-nilai rata-rata
kelas, atau dengan memperhatikan kedudukan seseorang dalam kelompoknya. Mereka
yang menunjukkan nilai yang rendah (biasanya nilai lima kebawah) atau rangking
sepuluh terakhir dapat dipandang sebagai peserta didik yang mengalami kesulitan
atau masalah. Peserta didik yang telah diidentifikasi mengalami kesulitan atau
masalah, kemudian diurutkan untuk menentukan peserta didik mana yang mendapat
prioritas pertama mendapat bantuan.
2.
Memahami sifat dan jenis kesulitan atau masalahnya
Langkah
kedua dari diagnosis ini adalah mencari dalam mata pelajaran apa saja peserta
didik ini mengalami kesulitan. Untuk mengetahui hal ini, dapat dilihat dengan
memperhatikan pada mata pelajaran apa saja peserta didik tersebut mendapat
nilai nilai rendah atau sangat rendah.
Setelah
itu, untuk mengetahui jenis kesulitan atau masalah yang dialaminya, apakah
hafalan, pemahaman, arti, dalam pengertian mendasar, menghafal rumus-rumus,
atau dalam cara mengucapkan huruf-huruf, maka mata pelajaran yang mendapat
nilai rendah diklasifikasikan menjadi bidang hafalan, pemahaman, dan sebagainya
(ini kalau kesulitan belajar). Tetapi jika dengan kesulitan atau masalah yang
lain, maka juga dilakukan dengan pendekatan sesuai dengan masalah yang diduga
dialaminya. Seperti memperhatikan sikap dan tingkah lakunya.
3.
Menetapkan latar belakang kesulitan atau masalah
Langkah
ini bertujuan memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab
timbulnya kesulitan atau masalah baik yang terletak dalam diri peserta didik
sendiri maupun dari luar dirinya (lingkungan). Untuk itu, prosedur yang harus
ditempuh adalah:
1)
Menganalisis
data atau catatan pribadi siswa yang bersangkutan, baik yang ada di sekolah
maupun di luar sekolah.
2)
Mengamati
tingkah laku siswa yang bersangkutan, baik dikelas/sekolah maupun di luar
kelas/sekolah.
3)
Melakukan
wawancara dengan siswa tersebut, dengan guru, wali kelas, orang tua, dan
pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh keterangan
yang lebih luas dan jelas.
4)
Mengadakan
pendekatan sosio-metris untuk melihat kedudukan hubungan sosialnya dengan
teman-temannya terutama teman sekelas.
4.
Menetapkan Usaha-usaha bantuan
Setelah
diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya, maka selanjutnya
ialah menetapkan beberapa kemungkinan usaha-usaha bantuan yang akan diberikan,
berdasarkan data yang diperoleh. Usaha-usaha pemberian bantuan dalam
mengentaskan kesulitan atau masalah ini disesuaikan dengan permasalahan yang
diberikan.
5.
Pelaksanaan bantuan
Langkah
ini merupakan pelaksanaan usaha pemberian bantuan. Pemberian bantuan
dilaksanakan secara terus menerus dan terarah disertai penilaian yang tepat
sampai pada saat yang telah di perkirakan. Bantuan untuk mengentaskan kesulitan
atau masalah terutama ditekankan pada meningkatnya prestasi belajar dengan
mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakang penyebabnya.
6.
Tindak lanjut (follow up)
Tujuan
langkah ini ialah untuk menilai sampai sejauh manakah tindakan pemberian
bantuan telah mencapai hasil yang di harapkan. Tindak lanjut dilakukan secara
terus menerus baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini
dapat diketahui keberhasilan usaha pemberian bantuan.
Demikian
gambaran umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membantu peserta didik
mengatasi kesulitan atau masalah yang dialaminya, terutama kesulitan belajar.
Tugas Mahasiswa:
·
Jumlah
siswa dibawah ini sebanyak 17 orang dilakukan diagnosis dengan menggunakan 6
langkah di atas.
·
Perolehan
nilai siswa yang ditebalkan (Bold).
·
Tentukan
mata pelajaran apa?
No.
|
Nama
|
Kehadiran
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
|
ABDILLAH
NUR AINI
WUGAJE
NUR INTAN
UBAIDILLAH
UMAR
AMIR
ANISAH
SITTIHA
SIDUHA
AMBO DALLE
INTAN
SARCE
ABDULLAH
AULIA
BACO ABU
AMBOTANG
|
ALPA 5x
ALPA 2x
100% HADIR
ALPA 10x
50% HADIR
ALPA 1x
ALPA 4x
ALPA 3x
100% HADIR
50% HADIR
ALPA 10x
ALPA 2x
ALPA 1x
ALPA 3x
100% HADIR
50% HADIR
ALPA 5x
|
A B C D
A B C
D
A B C
D
A B C D
A B C
D
A B C D
A B C
D
A B C
D
A B C
D
A B C D
A B C D
A B C
D
A B C
D
A B C
D
A B C D
A B C D
A B C
D
|
12 KALI
PERTEMUAN
|
Jawaban
1)
Mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
Dari
table di atas kami mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Peserta didik tersebut diantaranya:
No.
|
Nama
|
Kehadiran
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
|
ABDILLAH
NUR INTAN
SIDUHA
AMBO DALLE
BACO ABU
|
ALPA 5x
ALPA 10x
50% HADIR/ALPA
6x
ALPA 10x
50% HADIR/ALPA
6x
|
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
|
12 KALI
PERTEMUAN
|
2)
Memahami jenis masalahnya
Untuk pengklasifikasian jenis masalah, peserta didik tersebut
termasuk masalah dalam bidang pemahaman dengan didukung hubungan sosial dalam
kelas yang kurang harmonis sehingga nilai yang diperoleh rendah.
3)
Menetapkan latar belakang masalah
Untuk menetapkan latar belakang masalah perlu dilakukannya terlebih
dahulu wawancara terhadap guru, wali kelas, dan siswa yang bersangkutan. Serta
melakukan pendekatan sosio-metris terhadap kelas tersebut untuk mengetahui
bagaimana hubungan sosial antar individu yang bermasalah tadi dengan
teman-temannya dalam kelas. Salah satu tes dengan metode sosio-metris yakni tes
yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelas tersebut untuk
melakukan kegiatan tertentu yang sama-sama disukai atau tes dengan menggunakan
angket sosio-metris dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan
sosial diantara teman satu kelas. Dalam tes sosio-metris akan diperoleh
gambaran siswa yang tidak disenangi oleh temannya.
Setelah mengetahui hasil tes sosio-metris, apabila diantara mereka
hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi antar satu dengan yang
lainnya, dalam teori sosio-metris apa yang mereka rasakan disebut repulsion
yaitu penolakan. Hal itu disebabkan karena diantara mereka tidak memunculkan
asumsi ketertarikan antara satu dengan yang lainnya. Hingga akhirnya muncul
hasrat untuk bolos atau alpa dari mata pelajaran karena hubungan sosial dalam
kelas kurang harmonis.
4)
Menetapkan usaha-usaha bantuan
Usaha-usaha bantuan yang dapat dilakukan apabila hubungan sosial
dalam kelas kurang harmonis adalah membentuk kelompok belajar/kelompok kerja,
mempersatukan kelompok minoritas yang ada dalam kelas tersebut, menciptakan hubungan
baik dan harmonis, dan hendaknya ditanamkan rasa bahwa kalau kompak akan
berhasil baik.
5)
Pelaksanaan bantuan
Pelaksanaan usaha-usaha bantuan yang telah disebutkan sebelumnya,
bisa dilakukan dengan penyusunan jadwal rutin tiap minggu misalnya untuk
pertemuan kelompok belajar sesuai dengan persetujuan dengan siswa yang telah
dibuat kelompok belajarnya.
6)
Tindak lanjut (Follow Up)
Dalam tindak lanjut yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan
evaluasi program bantuan tiap bulannya untuk menilai sampai sejauh manakah
hasil dari pemberian bantuan tersebut.
B.
Bimbingan Pengertian
Bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan. Di sekolah, bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara
konselor dan siswa. Dalam siuasi hubungan itu pihak satu memerlukan bantuan
dari pihak lain memberikan bantuan. Hubungan ini istimewa sifatnya, berbeda
dengan, umpamanya, hubungan pegawai kantor dengan kepala kantornya, atau antara
penjual dan pembeli. Dalam bimbingan, hubungan itu sendiri merupakan alat atau
dijadikan alat, yaitu alat untuk bantuan yang memungkinkan orang yang dibantu
lebih mampu bertindak demi tercapainya perkembangan yang lebih maju.
Jadi, hubungan yang di maksud dalam bimbingan adalah hubungan
anatara yang memerlukan
bantuan (klien) dan memberikan bantuan (konselor atau guru BP). Konselor
bahkan memandang hubungan yang tercipta itu merupakan bantuan itu sendiri.
Bimbingan merupakan suatu proses. Pemberian bantuan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengatasi
kebingungan mengenai pemilihan jurusan atau pemilihan karier. Untuk mengatasi
kebingungan siswa itu, seorang konselor menyelenggarakan kegiatan kelas
(kelompok) berupa pemberian informasi mengenai jurusan dan penjurusan siswa dan
kegiatan siswa berupa wawancara dengan tujuan membantunya mengatasi
kebingungan.
Kegiatan-kegiatan itu dilakukan untuk membantu siswa mengatasi
kebingungan dalam mengambil keputusan tentang jurusan. Pada kegiatan kelas yang
diorganisir oleh konselor, tujuannya adalah agar siswa menguasai keterampilan
yang berguna untuk melaksanakan keputusan karier yang diambilnya kelak.
Berlangsungnya kegiatan-kegiatan itu menggambarkan adanya proses, dan tujuan
itupun tercapai melalui proses . dalam bimbingan, tujuan pemberian bantuan
adalah agar siswa/klien pada akhirnya mampu mengambil keputusan karier.
Keputusan yang dimaksud bukanlah keputusan yang acak, atau asal ambil,
melainkan yang arif, yang penuh pemikiran dan pertimbangan. Keputusan yang
sedemikian penting karena menyangkut “nasib” dan jalan hidup yang tidak bisa
diambil secara tergesa-gesa. Untuk keputusan yang arif perlu identifikasi
kemungkinan-kemungkinan itu,perlu pertimbangan atas kemungkinan-kemungkinan
itu, apa untung ruginya, apa baik buruknya, apa kekuatan dan kelemahanya. Dan
kalau ada akhirnya keputusan berhasil dicapai,
keputusan itupun harus diperlukan bersifat sementara. Keputusan itu perlu diuji
dengan pemikiran dan perenungan kembali.
Bimbingan merupakan suatu bentuk pendidikan. Bimbingan yang menjadi tugas konselor adalah usaha dalam mana
terjadi perlibatan kedua belah pihak, yaitu pihak pencari bantuan dan pihak
pemberi bantuan. Gambaran yang mengenai hubungan keduanya tidak seperti lalu
lintas satu arah tetapi dua arah. Antara keduanya terjadi perlibatan. Di dalam
hubungan itu terjadi pemikiran, penalaran, pertimbangan, dan kajian bersama.
Dalam proses bantuan itu pencari bantuan bertindak sebagai pihak yang efektif. Untuk
itu, konselor mencari segala upaya, bagaimana membantu siswa selaku pencari
bantuan terlibat atau melibatkan diri secara aktif. Apa yang dilakukan konselor
pada hakikatnya adalah memperlancar jalannya proses, yaitu memudahkan klien,
untuk pada akhinya menemukan sendiri penyelesaian dan mengatasi kebingungannya.
Apa yang dilakukan konselor bukan pekerjaan sambil lalu, atau sepontan melainkan
kegiatan yang sadar dan disengaja. Apa yang di kerjakan oleh konselor itu ada
ada penerapan asas, ada teknik, ada wawasan bimbingan atau pendidikan. Konselor
pun sadar akan apa yng dilakukannya. dan yang dilakukanya itu bernilai atau
bersifat pendidikan.
Layanan bimbingan,
yaitu layanan bantuan yang diberikan kepada seorang individu adalah proses
belajar. Bantuan yang di maksud bukan sembarang bantuan, melainkan bantuan yang
ada tujuanya, yaitu mengaftifkan orang yang di bantu, yang menghasilkan
perubahan tingkah laku dan kemajuan pribadi, yang memberdayakan. Klien dibantu
belajar mengenai dan memahami dirinya termaksud memahami kebingungan,
kerisauan, dan masalahnya.
Di sekolah, siswa merupakan sasaran bantuan dengan tujuan ia mampu
belajar mengenal, memahami, dan menerima dirinya, kemampuan dan bakatnya,
prestasi belajarnya, minatnya, ciri-ciri pribadi lainnya, termaksud kekuatan
dan kelemahanya. Klien/siswa juga belajar mengenal dan memahami dunia
sekitarnya dengan segala prikeadaan dan peraturan serta tuntutannya. Prihal
pengenalan dan pemahaman serta penerimaan diri, belajar mengenal, memahami dan
menerima diri tidak lah mudah melakukanya. Tidak sedikit orang yang tidak paham
akan dirinya, dan yang tidak bisa menerima dirinya, kekuatan dan kelemahanya,
seperti apa adanya. Ia tidak bisa melihat, mengakui, dan menerima kekuranganya
sementara ia bisa melihat dengan jelas kelemahan orang lain. Kekuatan atau
kelebihan seseorang itu berupa kecerdasan, bakat, kelebihan fisik atau wajah,
atau kekuatan berupa keberhasilan: di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat,
melalui bimbingan ia tidak saja di bantu belajar mengenali kelebihanya tetapi
juga belajar memperoleh kepuasan batin serta rasa syukur sebagai anugrah Tuhan.
Kepuasan atau syukur itu akan berdampak ganda kalau ia menggunakan kelebihanya
itu untuk kebaikan: kebaikan diri sendiri, kebikan sesama, dan kebaikan
lingkungan,. Sebaliknya, ia di bantu belajar menerima kekurangannya, ia
bersabar, ia istiqamah, dan percaya diri bahwa di balik kegagalan terkandung
juga kekuatan dan kebaikan dan hikmah baginya.
Siswa, sebagaimana halnya setiap orang, mempunyai kekurangan,
misalnya berupa kekurangsempurnaan wajah atau fisik, dan mengalami kegagalan
belajar, dan dengan bimbingan, membantunya belajar mengakui dan menerima
keadaanya. Ia di bantu belajar menerima kekurangan diri itu dengan pemahaman
dan penerimaan yang seimbang seperti ia menyikapi kelebihanya. Siswa dibantu
belajar mengembangkan sikap positif dan berfikir positif, bahwa setiap orang
lahir dengan potensi sukses, bahwa ia pun bisa sukses. Ia dibantu belajar
bermanfaat kegagalanya untuk mencapai keberhasilan. Kegagalan bukan aib, tetapi
rahmat terselubung atau keberhasilan yang tertunda.
Dari uraian dia atas, dapat diperoleh gambaran gambaran mengenai
apa tugas konselor sekolah. Hakikat bimbingan sebagai pengalaman belajar, dan
kehadiran bimbingan di sekolah sebagai bagian kurikulum, menekankan sifat
bimbingan sebagai usaha pendidikan inti kegiatan pendidikan adalah terjadinya
belajar. Adanya layanan khusus di sekolah, yaitu bimbingan, dengan titik pusat
perhatiannya adalah murid perseorangan sebagai pribadi khas diharapkan akan
sangat menunjang usuha pendidikan di sekolah. Layanan-layanannya terutama dimaksudkan
untuk menangani segi-segi emosional siswa yang sedang belajar, yang tidak bisa
ditangani oleh guru. Dengan begitu bimbingan menunjang tercapainya sasaran
pembentukan sosok manusia utuh sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan.
Dikatakan bahwa bimbingan itu bentuk individualisasi dan personalisasi
pendidikan.
C.
Masalah-masalah Siswa dan Bimbingan Konseling
Seorang
umum dan ringkas, bimbingan dan konseling adalah proses membantu orang yang
sedang mengalami masalah. Jika diterapkan di latar sekolah, pengertian umum ini
menjadi proses membantu siswa yang sedang menghadapi masalah, yang bisa membawa
pengaruh pada belajarnya, dan dia ingin menyelesaikan itu.
Dari
sudut tinjauan konselor, siswa atau klien yang sedang dihadapi bukan objek atau
benda mati yang pasif, melainkan subjek yang bereaksi ketika menerima
informasi. Siswa adalah individu yang aktif, yang kalau menerima informasi ia
mengolahnya, menafsirkannya, memberinya makna, dan merefleksikannya. Ia juga
memainkan peranan dalam jalannya proses informasi. Tinjauan mengenai hakikat
anak (siswa atau klien) seperti itu, yaitu bahwa siswa atau klien itu tidak
pasif tetapi aktif. Bagi konselor lebih dari itu, sisa sebagaai klien adalah
rekan dalam proses bantuan, kedudukannya sederajat dan duduk dalam kesetaraan.
Konselor berusaha menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sesuatu.
Dari sudut konselor, buah dari belajar itu adalah terselesaikannya masalah
siswa atau klien.
a.
Jenis-jenis
masalah siswa atau individu
Pada
umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh sisiwa atau idividu, dapat
digolngan menjadi beberapa jenis masalah, antara lain:
1)
Masalah
pengajaran atau belajar
Dalam
hubungan ini siswa merasakan kesulitan dalaam menghadapi kegiatan pengajaran,
misalnya: dalam membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, menggunakan
buku, mempersiapkan ujian, belajar mandiri, belajar kelompok, menerima
pelajaran disekolah, mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dan
kelambatan dalam belajar.
2)
Masalah
pendidikan
Dalam
hal ini siswa menghadapi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikkan pada umumnya. Pada akhir masa studi, siswa akan menghadapi masalah
seperti: memilih studi lanjutan, memilih jenis latihan tertentu, merencanakan
pendidikkan lanjutan, dan menggunakan keterampilan tertentu untuk kegiatan
tertentu.
3) Masalah Pekerjaan
Masalah
ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, misalnya: memilih jenis pekerjaan
yang sesuai dengan dirinya, penempatan dalam pekerjaan tertentu, memilih
latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, dan mendapatkan penjelasan tentang
pekerjaan.
4) Penggunaan Waktu Senggang
Yang
menjadi masalah ialah bagaimana cara mengisi waktu-waktu luang tersebut dengan
kegiatan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Masalah penggunaan waktu senggang misalnya: bagaimana membuat pembagian waktu,
mengisi waktu, merencanakan kegiatan dalam waktu luang, memilih kegiatan yang
sesuai. Siswa pada umunya, banyak menghadapi masalah ini misalnya: pada jam-jam
bebas, pada waktu libur, dan diluar jam pelajaran. Ketidak mampuan dalam
menggunakan waktu senggang kadang-kadang akan meimbulkan masalah-masalah yang
lebih besar, seperti: gejala kenakalan siswa, mengganggu ketertiban,
pelanggaran yang displin melamun dan sebagainya.
5) Masalah-Masalah Sosial
Masalah
itu dapat timbul karena kekurangmampuan siswa atau individu untuk berhubungan
dengan lingkungan sosialnya, misalnya:
kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa terasing dalam
pekerjaan-pekerjan kelompok, dan sebagainya. Kita sering mendapaykan siswa yang
sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan
teman-temannya.Ia kurang disenangi dalam pergaulan,bahkan diasingkan.Masalah
tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan salah satu masalah
yang sering dihadapi oleh siswa.
6) Masalah-Masalah Pribadi
Masalah
pribadi ini banyak dialami oleh para siswa atau pemuda pada waktu menjelang
masa pubertas yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat,baik fisik
maupun mental. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya masalah pribadi ini timbul
karena siswa atau individu kurang berhasil dalam menyesuaikan atau
mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan
dipihak lain.
D.
Jenis-Jenis Bimbingan dan Konseling
Telah dijelaskan mengenai jenis-jenis masalah
yang dihadapi siswa atau idividu, dan kenyataanya masalah siswa atau individu
yang saling bertalian satu sama lain, misalnya seorang murid yang mengalami
kesulitan atau masalah dalam pelajaran tentu akan berpengaruh pula pada
masalah-masalah lain seperti masalah sosial, pendidikan, pribadi atau
pekerjaan. Namun demikian salah satu akan lebih menonjol dari masalah lainya.
Setiap jenis masalah membutuhkan cara tertentu pula. Jenis-jenis bimbingan
dapat dikelompokan bedasarkan jenis masalah yang dihadapi siswa atau individu.
Berdasar pada jenis-jenis masalah siswa atau individu yang diuraikan di atas,
maka jenis-jenis bimbingan disekolah dapat dikelompokan, Seperti Berikut :
1.
Bimbingan Pengajaran/Belajar (Instruktional
Guidance)
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada siswa atau individu
yang berhubungan dengan masalah pengajaran atau belajar di sekolah maupun di luar
sekolah, misalnya dalam hal:
1)
Mendapatkan
cara belajar yang efisien, baik sendiri maupun kelompok.
2)
Menentukan
cara mempelajari atau menggunakan buku-buku pelajaran.
3)
Membuat
tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan/ujian.
4)
Memilih
mata-mata peklajaran yang cocok dengan minat, bakat, kecakapan, cita-cita dan
kondisi fisik.
5)
Menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam mata-mata pelajaran tertentu.
6)
Menentukan
pembagian waktru dan perencanaan belajar
7)
Memilih
pelajaran-pelajaran tambahan.
Tujuan
bimbingan belajar ialah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang
baik dalam situasi belajar. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap murid dapaat
belajar dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
2.
Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan pada
khususnya. Sehubungan dengan kegiatan pendidikan, maka akan timbul berbagai
persoalan terutama bagi murid sendiri sebagai anak didik. Sesuai dengan itu
maka bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada murid-murid dalam hal :
1)
Pengenalan
terhadap situasi pendidikan yang dihadapi.
Dalam situasi pendidikan yang dihadapi oleh murid-murid baik
situasi baru maupun lam, murid perlu memperoleh bantuan dan mendapat
penyesuaian diri. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membantu pengenalan
mengenai hal-hal seperti : system pendidikan, kurikulum, buku-buku, metode
belajar, alat-alat pelajaran, situasi lingkungan sekolah, dan sebagainya.
Program orientasi merupakan salah satu cara untuk mencapai hal-hal tersebut.
2)
Pengenalan
terhadap studi lanjutan.
Bantuan ini terutama diberikan kepada murid-murid kelas terakhir
yang akan meninggalkan sekolah dan akan melanjutkan studinya. Pengenalan yang
diberikan antara lain mengenai jenis-jenis sekolah yang dapat dimasuki,
syarat-syarat masuk ke sekolah lanjutan, kurikulumnya, sistim pendidikannya,
cara-cara pemilihan jurusan yang sesuai dan sebagainya.
3)
Perencanaan
pendidikan.
Untuk
mencapai sukses di dalam pendidikan, maka haruslah dibuat suatu rencana yang
jelas dan nyata mengenai kemungkinan-kemungkinan pendidikan yang akan
ditempuhnya. Murid perlu mendapat bantuan dalam membuat rencana pendidikan yang
akan datang, sesuai dengan cita-citanya, bakatnya, minatnya, kemampuannya,
biaya dan sebagainya. Dengan demikian murid-murid dapat menempuh suatu
pendidikan yang didasari oleh suatu rencana yang nyata, sehingga lebih menjamin
tercapainya tujuan.
4)
Pemilihan
spesialisasi.
Pada
saat-saat tertentu murid-murid dihadapkan kepada pemilihan suatu spesialisasi
(kekhususan), misalnya : pemilihan jurusan pada kelas-kelas terakhir di SMA,
pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi, dan pemilihan mata-mata pelajaran
tambahan (minor). Dalam sekolah komprehensip atau sekolah pembangunan, masalah
pemilihan spesialisasi ini memegang peranan yang penting, terutama pada
kelas-kelas tinggi. Pemilihan ini akan menentukan bagi suksesnya individu di
masa datang. Oleh karena itu murid-murid harus benar-benar mendapat bantuan
yang nyata.
3.
Bimbingan Pekerjaan/Jabatan (Vocational
Guidance)
Bimbingan pekerjaan/jabatan (vocational
guidance) terutama bertujuan untuk membantu siswa atau individu dalam mengatasi
masalah-masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan/jabatan.
Kegiatan dalam vocational guidance adalah
antara lain :
1)
Mengenal berbagai jenis pekerjaan yang mungkin
dapat dimasuki oleh tamatan pendidikan tertentu.
2)
Mengenal berbagai jenis pendidikan atau
latihan tertentu untuk jenis pekerjaan tertentu.
3)
Mengenal berbagai jenis pekerjaaan dengan
segala syarat-syarat dan kondisinya (job information)
4)
Menyelenggarakan latihan-latihan tertentu bagi
jenis-jenis pekerjaan tertentu.
5)
Membantu memperoleh suatu pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan dirinya.
6)
Membantu memperoleh penyesuain diri yang
sebaik-baiknya dalam lapangan pekerjaan tertentu.
7)
Membantu dalam mendapatkan pekerjaan sambilan
bagi yang membutuhkanya.
4.
Bimbingan Sosial (Sosial Guidance)
Bimbingan sosial merupakan jenis bimbingan
yang bertujuan untuk membantu siswa atau individu dalam memecahkan dan
mengatasi kesulitan dalam masalah sosial, sehingga siswa atau individu mendapat
penyesuaian yang sebaik-baiknya dalam
lingkungan sosialnya.
Kegiatan-kegaiatan dalam lingkungan sosial ini
antara lain :
1)
Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang
sesuai.
2)
Membantu dalam memperoleh cara-cara bekerja
dan berperanan dalam kehidupan berkelompok.
3)
Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
4)
Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk
memecahkan masalah-masalah tertentu.
5)
Membantu memperoleh penyesuain dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat.
5.
Bimbingan Menggunakan Waktu Senggang (Leisure
Time Guidance)
Tujuan jenis bimbingan ini ialah untuk
membantu siswa dalam menggunakan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang
memberikan hasil bagi dirinya maupun bagi lingkunganya. Dengan bimbingan jenis
ini diharapkan agar siswa-siswa mampu memanfaatkan waktu senggang dengan
kegiatan-kegiatan belajar, bekerja atau rekreasi yang benar-benar bermanfaat.
Kegiatan bimbingan mengunakan waktu senggang antara lain membantu siswa-siswa
dalam hal :
1)
Mengunakan waktu-waktu senggang untuk
kegiatan-kegiatan produktif
2)
Menyusun dan membagi waktu belajar dengan
sebaik-baiknya
3)
Mengisi dan mengunakan waktu pada jam-jam
bebas, hari-hari libur, dan sebagainya.
4)
merencanakan suatu kegiatan.
6.
Bimbingan Dalam Masalah-Masalah Pribadi (Personal Guidance)
Jenis bimbingan ini adalah membantu individu untuk mengatasi
masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangan mampuan siswa
dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek :
1)
Perkembangan
2)
Keluarga
3)
Persahabatan
4)
Belajar
5)
Cita-cita
6)
Konflik
pribadi
7)
Seks
8)
Sosial
9)
Financial
(keuangan)
10)
Pekerjaan
Pada umunya
personal guidance dilaksanakn dengan teknik konseling individu.
No comments:
Post a Comment