Sumber Makalah - Bimbingan Konseling tentang Masalah Peserta Didik) - Sumberku Makalah

logo

Sumberku Makalah merupakan blog milik Imron Nur Huda yang merupakan salah seorang alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu tahun 2018 yang kini telah beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu. Dimana di dalamnya berisi tentang makalah-makalah yang notabenenya merupakan tugas kuliah dari sang pemilik blog beserta teman-temannya.

Post Top Ad

 


BANNER+WEB+2



demo-image
logobaru

Sumber Makalah - Bimbingan Konseling tentang Masalah Peserta Didik)

Share This
Responsive Ads Here


A.    Langkah-Langkah Mendiagnosis Masalah Peserta Didik
             I.      Masalah
Masalah ada yang melihatnya sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang (1) tidak disukai adanya, (2) menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, dan (3) ingin atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri di atas. Untuk mendalami hal tersebut, kita dapat melihat diri sendiri sebagai contoh. Adakah sesuatu hal, kejadian, suasana, atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan atau ingin dihilangkan? Jika ada, maka hal itu dapat dikatakan sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri sendiri.
          II.      Mendiagnosis kesulitan atau masalah peserta didik
Setelah memahami gejala-gejala adanya suatu kesulitan atau masalah yang dialami peserta, maka seorang guru atau guru terutama guru Bimbingan Konseling (guru BK) harus dapat memberikan bantuan atau bimbingan untuk mengatasi kesulitan atau masalah yang dialami oleh peserta didik tersebut. Hallen, A. (2005), bahwa untuk dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang efektif, maka seorang guru atau guru BK terlebih dahulu melakukan diagnosis kesulitan atau masalah yang dialami oleh peserta didik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Kenalilah peserta didik yang mengalami kesulitn atau masalah
Tidak semua peserta didik mengalami kesulitan atau masalah, akan tetapi hanya ada beberapa orang peserta didik atau sekelompok kecil peserta didik saja yang mengalami kesulitan atau masalah. Demikian juga dengan jenis dan sifat kesulitan atau masalah masing-masing peserta didik berbeda satu sama lain. Cara paling mudah untuk mengenali adanya kesulitan atau masalah adalah dengan memperhatikan prestasi belajar yang telah dicapai dengan nilai-nilai rata-rata kelas, atau dengan memperhatikan kedudukan seseorang dalam kelompoknya. Mereka yang menunjukkan nilai yang rendah (biasanya nilai lima kebawah) atau rangking sepuluh terakhir dapat dipandang sebagai peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah. Peserta didik yang telah diidentifikasi mengalami kesulitan atau masalah, kemudian diurutkan untuk menentukan peserta didik mana yang mendapat prioritas pertama mendapat bantuan.
2.      Memahami sifat dan jenis kesulitan atau masalahnya
Langkah kedua dari diagnosis ini adalah mencari dalam mata pelajaran apa saja peserta didik ini mengalami kesulitan. Untuk mengetahui hal ini, dapat dilihat dengan memperhatikan pada mata pelajaran apa saja peserta didik tersebut mendapat nilai nilai rendah atau sangat rendah.
Setelah itu, untuk mengetahui jenis kesulitan atau masalah yang dialaminya, apakah hafalan, pemahaman, arti, dalam pengertian mendasar, menghafal rumus-rumus, atau dalam cara mengucapkan huruf-huruf, maka mata pelajaran yang mendapat nilai rendah diklasifikasikan menjadi bidang hafalan, pemahaman, dan sebagainya (ini kalau kesulitan belajar). Tetapi jika dengan kesulitan atau masalah yang lain, maka juga dilakukan dengan pendekatan sesuai dengan masalah yang diduga dialaminya. Seperti memperhatikan sikap dan tingkah lakunya.
3.      Menetapkan latar belakang kesulitan atau masalah
Langkah ini bertujuan memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya kesulitan atau masalah baik yang terletak dalam diri peserta didik sendiri maupun dari luar dirinya (lingkungan). Untuk itu, prosedur yang harus ditempuh adalah:
1)      Menganalisis data atau catatan pribadi siswa yang bersangkutan, baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.
2)      Mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, baik dikelas/sekolah maupun di luar kelas/sekolah.
3)      Melakukan wawancara dengan siswa tersebut, dengan guru, wali kelas, orang tua, dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh keterangan yang lebih luas dan jelas.
4)      Mengadakan pendekatan sosio-metris untuk melihat kedudukan hubungan sosialnya dengan teman-temannya terutama teman sekelas.
4.      Menetapkan Usaha-usaha bantuan
Setelah diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya, maka selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan usaha-usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh. Usaha-usaha pemberian bantuan dalam mengentaskan kesulitan atau masalah ini disesuaikan dengan permasalahan yang diberikan.
5.      Pelaksanaan bantuan
Langkah ini merupakan pelaksanaan usaha pemberian bantuan. Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang telah di perkirakan. Bantuan untuk mengentaskan kesulitan atau masalah terutama ditekankan pada meningkatnya prestasi belajar dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakang penyebabnya.
6.      Tindak lanjut (follow up)
Tujuan langkah ini ialah untuk menilai sampai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai hasil yang di harapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilan usaha pemberian bantuan.
Demikian gambaran umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membantu peserta didik mengatasi kesulitan atau masalah yang dialaminya, terutama kesulitan belajar.

Tugas Mahasiswa:
·         Jumlah siswa dibawah ini sebanyak 17 orang dilakukan diagnosis dengan menggunakan 6 langkah di atas.
·         Perolehan nilai siswa yang ditebalkan (Bold).
·         Tentukan mata pelajaran apa?
No.
Nama
Kehadiran
Nilai
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
ABDILLAH
NUR AINI
WUGAJE
NUR INTAN
UBAIDILLAH
UMAR
AMIR
ANISAH
SITTIHA
SIDUHA
AMBO DALLE
INTAN
SARCE
ABDULLAH
AULIA
BACO ABU
AMBOTANG
ALPA 5x
ALPA 2x
100% HADIR
ALPA 10x
50% HADIR
ALPA 1x
ALPA 4x
ALPA 3x
100% HADIR
50% HADIR
ALPA 10x
ALPA 2x
ALPA 1x
ALPA 3x
100% HADIR
50% HADIR
ALPA 5x
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
12 KALI PERTEMUAN

Jawaban
1)      Mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
Dari table di atas kami mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Peserta didik tersebut diantaranya:
No.
Nama
Kehadiran
Nilai
Keterangan
1
2
3
4
5
ABDILLAH
NUR INTAN
SIDUHA
AMBO DALLE
BACO ABU
ALPA 5x
ALPA 10x
50% HADIR/ALPA 6x
ALPA 10x
50% HADIR/ALPA 6x
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
12 KALI
PERTEMUAN

2)      Memahami jenis masalahnya
Untuk pengklasifikasian jenis masalah, peserta didik tersebut termasuk masalah dalam bidang pemahaman dengan didukung hubungan sosial dalam kelas yang kurang harmonis sehingga nilai yang diperoleh rendah.
3)      Menetapkan latar belakang masalah
Untuk menetapkan latar belakang masalah perlu dilakukannya terlebih dahulu wawancara terhadap guru, wali kelas, dan siswa yang bersangkutan. Serta melakukan pendekatan sosio-metris terhadap kelas tersebut untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial antar individu yang bermasalah tadi dengan teman-temannya dalam kelas. Salah satu tes dengan metode sosio-metris yakni tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelas tersebut untuk melakukan kegiatan tertentu yang sama-sama disukai atau tes dengan menggunakan angket sosio-metris dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan sosial diantara teman satu kelas. Dalam tes sosio-metris akan diperoleh gambaran siswa yang tidak disenangi oleh temannya.
Setelah mengetahui hasil tes sosio-metris, apabila diantara mereka hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi antar satu dengan yang lainnya, dalam teori sosio-metris apa yang mereka rasakan disebut repulsion yaitu penolakan. Hal itu disebabkan karena diantara mereka tidak memunculkan asumsi ketertarikan antara satu dengan yang lainnya. Hingga akhirnya muncul hasrat untuk bolos atau alpa dari mata pelajaran karena hubungan sosial dalam kelas kurang harmonis.
4)      Menetapkan usaha-usaha bantuan
Usaha-usaha bantuan yang dapat dilakukan apabila hubungan sosial dalam kelas kurang harmonis adalah membentuk kelompok belajar/kelompok kerja, mempersatukan kelompok minoritas yang ada dalam kelas tersebut, menciptakan hubungan baik dan harmonis, dan hendaknya ditanamkan rasa bahwa kalau kompak akan berhasil baik.
5)      Pelaksanaan bantuan
Pelaksanaan usaha-usaha bantuan yang telah disebutkan sebelumnya, bisa dilakukan dengan penyusunan jadwal rutin tiap minggu misalnya untuk pertemuan kelompok belajar sesuai dengan persetujuan dengan siswa yang telah dibuat kelompok belajarnya.
6)      Tindak lanjut (Follow Up)
Dalam tindak lanjut yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan evaluasi program bantuan tiap bulannya untuk menilai sampai sejauh manakah hasil dari pemberian bantuan tersebut.

B.       Bimbingan Pengertian
Bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan. Di sekolah, bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara konselor dan siswa. Dalam siuasi hubungan itu pihak satu memerlukan bantuan dari pihak lain memberikan bantuan. Hubungan ini istimewa sifatnya, berbeda dengan, umpamanya, hubungan pegawai kantor dengan kepala kantornya, atau antara penjual dan pembeli. Dalam bimbingan, hubungan itu sendiri merupakan alat atau dijadikan alat, yaitu alat untuk bantuan yang memungkinkan orang yang dibantu lebih mampu bertindak demi tercapainya perkembangan yang lebih maju.
Jadi, hubungan yang di maksud dalam bimbingan adalah hubungan anatara  yang  memerlukan  bantuan (klien) dan memberikan bantuan (konselor atau guru BP). Konselor bahkan memandang hubungan yang tercipta itu merupakan bantuan itu sendiri.
Bimbingan merupakan suatu proses. Pemberian bantuan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengatasi kebingungan mengenai pemilihan jurusan atau pemilihan karier. Untuk mengatasi kebingungan siswa itu, seorang konselor menyelenggarakan kegiatan kelas (kelompok) berupa pemberian informasi mengenai jurusan dan penjurusan siswa dan kegiatan siswa berupa wawancara dengan tujuan membantunya mengatasi kebingungan.
Kegiatan-kegiatan itu dilakukan untuk membantu siswa mengatasi kebingungan dalam mengambil keputusan tentang jurusan. Pada kegiatan kelas yang diorganisir oleh konselor, tujuannya adalah agar siswa menguasai keterampilan yang berguna untuk melaksanakan keputusan karier yang diambilnya kelak. Berlangsungnya kegiatan-kegiatan itu menggambarkan adanya proses, dan tujuan itupun tercapai melalui proses . dalam bimbingan, tujuan pemberian bantuan adalah agar siswa/klien pada akhirnya mampu mengambil keputusan karier. Keputusan yang dimaksud bukanlah keputusan yang acak, atau asal ambil, melainkan yang arif, yang penuh pemikiran dan pertimbangan. Keputusan yang sedemikian penting karena menyangkut “nasib” dan jalan hidup yang tidak bisa diambil secara tergesa-gesa. Untuk keputusan yang arif perlu identifikasi kemungkinan-kemungkinan itu,perlu pertimbangan atas kemungkinan-kemungkinan itu, apa untung ruginya, apa baik buruknya, apa kekuatan dan kelemahanya. Dan kalau ada akhirnya keputusan  berhasil dicapai, keputusan itupun harus diperlukan bersifat sementara. Keputusan itu perlu diuji dengan pemikiran dan perenungan kembali.
Bimbingan merupakan suatu bentuk pendidikan. Bimbingan yang menjadi tugas konselor adalah usaha dalam mana terjadi perlibatan kedua belah pihak, yaitu pihak pencari bantuan dan pihak pemberi bantuan. Gambaran yang mengenai hubungan keduanya tidak seperti lalu lintas satu arah tetapi dua arah. Antara keduanya terjadi perlibatan. Di dalam hubungan itu terjadi pemikiran, penalaran, pertimbangan, dan kajian bersama. Dalam proses bantuan itu pencari bantuan bertindak sebagai pihak yang efektif. Untuk itu, konselor mencari segala upaya, bagaimana membantu siswa selaku pencari bantuan terlibat atau melibatkan diri secara aktif. Apa yang dilakukan konselor pada hakikatnya adalah memperlancar jalannya proses, yaitu memudahkan klien, untuk pada akhinya menemukan sendiri penyelesaian dan mengatasi kebingungannya. Apa yang dilakukan konselor bukan pekerjaan sambil lalu, atau sepontan melainkan kegiatan yang sadar dan disengaja. Apa yang di kerjakan oleh konselor itu ada ada penerapan asas, ada teknik, ada wawasan bimbingan atau pendidikan. Konselor pun sadar akan apa yng dilakukannya. dan yang dilakukanya itu bernilai atau bersifat pendidikan.
Layanan bimbingan, yaitu layanan bantuan yang diberikan kepada seorang individu adalah proses belajar. Bantuan yang di maksud bukan sembarang bantuan, melainkan bantuan yang ada tujuanya, yaitu mengaftifkan orang yang di bantu, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan kemajuan pribadi, yang memberdayakan. Klien dibantu belajar mengenai dan memahami dirinya termaksud memahami kebingungan, kerisauan, dan masalahnya.
Di sekolah, siswa merupakan sasaran bantuan dengan tujuan ia mampu belajar mengenal, memahami, dan menerima dirinya, kemampuan dan bakatnya, prestasi belajarnya, minatnya, ciri-ciri pribadi lainnya, termaksud kekuatan dan kelemahanya. Klien/siswa juga belajar mengenal dan memahami dunia sekitarnya dengan segala prikeadaan dan peraturan serta tuntutannya. Prihal pengenalan dan pemahaman serta penerimaan diri, belajar mengenal, memahami dan menerima diri tidak lah mudah melakukanya. Tidak sedikit orang yang tidak paham akan dirinya, dan yang tidak bisa menerima dirinya, kekuatan dan kelemahanya, seperti apa adanya. Ia tidak bisa melihat, mengakui, dan menerima kekuranganya sementara ia bisa melihat dengan jelas kelemahan orang lain. Kekuatan atau kelebihan seseorang itu berupa kecerdasan, bakat, kelebihan fisik atau wajah, atau kekuatan berupa keberhasilan: di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, melalui bimbingan ia tidak saja di bantu belajar mengenali kelebihanya tetapi juga belajar memperoleh kepuasan batin serta rasa syukur sebagai anugrah Tuhan. Kepuasan atau syukur itu akan berdampak ganda kalau ia menggunakan kelebihanya itu untuk kebaikan: kebaikan diri sendiri, kebikan sesama, dan kebaikan lingkungan,. Sebaliknya, ia di bantu belajar menerima kekurangannya, ia bersabar, ia istiqamah, dan percaya diri bahwa di balik kegagalan terkandung juga kekuatan dan kebaikan dan hikmah baginya.
Siswa, sebagaimana halnya setiap orang, mempunyai kekurangan, misalnya berupa kekurangsempurnaan wajah atau fisik, dan mengalami kegagalan belajar, dan dengan bimbingan, membantunya belajar mengakui dan menerima keadaanya. Ia di bantu belajar menerima kekurangan diri itu dengan pemahaman dan penerimaan yang seimbang seperti ia menyikapi kelebihanya. Siswa dibantu belajar mengembangkan sikap positif dan berfikir positif, bahwa setiap orang lahir dengan potensi sukses, bahwa ia pun bisa sukses. Ia dibantu belajar bermanfaat kegagalanya untuk mencapai keberhasilan. Kegagalan bukan aib, tetapi rahmat terselubung atau keberhasilan yang tertunda.
Dari uraian dia atas, dapat diperoleh gambaran gambaran mengenai apa tugas konselor sekolah. Hakikat bimbingan sebagai pengalaman belajar, dan kehadiran bimbingan di sekolah sebagai bagian kurikulum, menekankan sifat bimbingan sebagai usaha pendidikan inti kegiatan pendidikan adalah terjadinya belajar. Adanya layanan khusus di sekolah, yaitu bimbingan, dengan titik pusat perhatiannya adalah murid perseorangan sebagai pribadi khas diharapkan akan sangat menunjang usuha pendidikan di sekolah. Layanan-layanannya terutama dimaksudkan untuk menangani segi-segi emosional siswa yang sedang belajar, yang tidak bisa ditangani oleh guru. Dengan begitu bimbingan menunjang tercapainya sasaran pembentukan sosok manusia utuh sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan. Dikatakan bahwa bimbingan itu bentuk individualisasi dan personalisasi pendidikan.

C.       Masalah-masalah Siswa dan Bimbingan Konseling
Seorang umum dan ringkas, bimbingan dan konseling adalah proses membantu orang yang sedang mengalami masalah. Jika diterapkan di latar sekolah, pengertian umum ini menjadi proses membantu siswa yang sedang menghadapi masalah, yang bisa membawa pengaruh pada belajarnya, dan dia ingin menyelesaikan itu.
Dari sudut tinjauan konselor, siswa atau klien yang sedang dihadapi bukan objek atau benda mati yang pasif, melainkan subjek yang bereaksi ketika menerima informasi. Siswa adalah individu yang aktif, yang kalau menerima informasi ia mengolahnya, menafsirkannya, memberinya makna, dan merefleksikannya. Ia juga memainkan peranan dalam jalannya proses informasi. Tinjauan mengenai hakikat anak (siswa atau klien) seperti itu, yaitu bahwa siswa atau klien itu tidak pasif tetapi aktif. Bagi konselor lebih dari itu, sisa sebagaai klien adalah rekan dalam proses bantuan, kedudukannya sederajat dan duduk dalam kesetaraan. Konselor berusaha menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sesuatu. Dari sudut konselor, buah dari belajar itu adalah terselesaikannya masalah siswa atau klien.
a.         Jenis-jenis masalah siswa atau individu
Pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh sisiwa atau idividu, dapat digolngan menjadi beberapa jenis masalah, antara lain:
1)      Masalah pengajaran atau belajar
Dalam hubungan ini siswa merasakan kesulitan dalaam menghadapi kegiatan pengajaran, misalnya: dalam membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, menggunakan buku, mempersiapkan ujian, belajar mandiri, belajar kelompok, menerima pelajaran disekolah, mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dan kelambatan dalam belajar.
2)      Masalah pendidikan
Dalam hal ini siswa menghadapi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikkan pada umumnya. Pada akhir masa studi, siswa akan menghadapi masalah seperti: memilih studi lanjutan, memilih jenis latihan tertentu, merencanakan pendidikkan lanjutan, dan menggunakan keterampilan tertentu untuk kegiatan tertentu.
3)      Masalah Pekerjaan
Masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, misalnya: memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, penempatan dalam pekerjaan tertentu, memilih latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, dan mendapatkan penjelasan tentang pekerjaan.
4)      Penggunaan Waktu Senggang
Yang menjadi masalah ialah bagaimana cara mengisi waktu-waktu luang tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Masalah penggunaan waktu senggang misalnya: bagaimana membuat pembagian waktu, mengisi waktu, merencanakan kegiatan dalam waktu luang, memilih kegiatan yang sesuai. Siswa pada umunya, banyak menghadapi masalah ini misalnya: pada jam-jam bebas, pada waktu libur, dan diluar jam pelajaran. Ketidak mampuan dalam menggunakan waktu senggang kadang-kadang akan meimbulkan masalah-masalah yang lebih besar, seperti: gejala kenakalan siswa, mengganggu ketertiban, pelanggaran yang displin melamun dan sebagainya.
5)      Masalah-Masalah Sosial
Masalah itu dapat timbul karena kekurangmampuan siswa atau individu untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya,  misalnya: kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjan kelompok, dan sebagainya. Kita sering mendapaykan siswa yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya.Ia kurang disenangi dalam pergaulan,bahkan diasingkan.Masalah tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh siswa.
6)      Masalah-Masalah Pribadi
Masalah pribadi ini banyak dialami oleh para siswa atau pemuda pada waktu menjelang masa pubertas yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat,baik fisik maupun mental. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya masalah pribadi ini timbul karena siswa atau individu kurang berhasil dalam menyesuaikan atau mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan dipihak lain.

D.       Jenis-Jenis Bimbingan dan Konseling
Telah dijelaskan mengenai jenis-jenis masalah yang dihadapi siswa atau idividu, dan kenyataanya masalah siswa atau individu yang saling bertalian satu sama lain, misalnya seorang murid yang mengalami kesulitan atau masalah dalam pelajaran tentu akan berpengaruh pula pada masalah-masalah lain seperti masalah sosial, pendidikan, pribadi atau pekerjaan. Namun demikian salah satu akan lebih menonjol dari masalah lainya. Setiap jenis masalah membutuhkan cara tertentu pula. Jenis-jenis bimbingan dapat dikelompokan bedasarkan jenis masalah yang dihadapi siswa atau individu. Berdasar pada jenis-jenis masalah siswa atau individu yang diuraikan di atas, maka jenis-jenis bimbingan disekolah dapat dikelompokan, Seperti Berikut :
1.        Bimbingan Pengajaran/Belajar (Instruktional Guidance)
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada siswa atau individu yang berhubungan dengan masalah pengajaran atau belajar di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya dalam hal:
1)        Mendapatkan cara belajar yang efisien, baik sendiri maupun kelompok.
2)        Menentukan cara mempelajari atau menggunakan buku-buku pelajaran.
3)        Membuat tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan/ujian.
4)        Memilih mata-mata peklajaran yang cocok dengan minat, bakat, kecakapan, cita-cita dan kondisi fisik.
5)        Menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mata-mata pelajaran tertentu.
6)        Menentukan pembagian waktru dan perencanaan belajar
7)        Memilih pelajaran-pelajaran tambahan.
Tujuan bimbingan belajar ialah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap murid dapaat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
2.        Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan pada khususnya. Sehubungan dengan kegiatan pendidikan, maka akan timbul berbagai persoalan terutama bagi murid sendiri sebagai anak didik. Sesuai dengan itu maka bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada murid-murid dalam hal :
1)        Pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi.
Dalam situasi pendidikan yang dihadapi oleh murid-murid baik situasi baru maupun lam, murid perlu memperoleh bantuan dan mendapat penyesuaian diri. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membantu pengenalan mengenai hal-hal seperti : system pendidikan, kurikulum, buku-buku, metode belajar, alat-alat pelajaran, situasi lingkungan sekolah, dan sebagainya. Program orientasi merupakan salah satu cara untuk mencapai hal-hal tersebut.
2)        Pengenalan terhadap studi lanjutan.
Bantuan ini terutama diberikan kepada murid-murid kelas terakhir yang akan meninggalkan sekolah dan akan melanjutkan studinya. Pengenalan yang diberikan antara lain mengenai jenis-jenis sekolah yang dapat dimasuki, syarat-syarat masuk ke sekolah lanjutan, kurikulumnya, sistim pendidikannya, cara-cara pemilihan jurusan yang sesuai dan sebagainya.
3)        Perencanaan pendidikan.
Untuk mencapai sukses di dalam pendidikan, maka haruslah dibuat suatu rencana yang jelas dan nyata mengenai kemungkinan-kemungkinan pendidikan yang akan ditempuhnya. Murid perlu mendapat bantuan dalam membuat rencana pendidikan yang akan datang, sesuai dengan cita-citanya, bakatnya, minatnya, kemampuannya, biaya dan sebagainya. Dengan demikian murid-murid dapat menempuh suatu pendidikan yang didasari oleh suatu rencana yang nyata, sehingga lebih menjamin tercapainya tujuan.
4)        Pemilihan spesialisasi.
Pada saat-saat tertentu murid-murid dihadapkan kepada pemilihan suatu spesialisasi (kekhususan), misalnya : pemilihan jurusan pada kelas-kelas terakhir di SMA, pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi, dan pemilihan mata-mata pelajaran tambahan (minor). Dalam sekolah komprehensip atau sekolah pembangunan, masalah pemilihan spesialisasi ini memegang peranan yang penting, terutama pada kelas-kelas tinggi. Pemilihan ini akan menentukan bagi suksesnya individu di masa datang. Oleh karena itu murid-murid harus benar-benar mendapat bantuan yang nyata.
3.        Bimbingan Pekerjaan/Jabatan (Vocational Guidance)
Bimbingan pekerjaan/jabatan (vocational guidance) terutama bertujuan untuk membantu siswa atau individu dalam mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan/jabatan.
Kegiatan dalam vocational guidance adalah antara lain :
1)        Mengenal berbagai jenis pekerjaan yang mungkin dapat dimasuki oleh tamatan pendidikan tertentu.
2)        Mengenal berbagai jenis pendidikan atau latihan tertentu untuk jenis pekerjaan tertentu.
3)        Mengenal berbagai jenis pekerjaaan dengan segala syarat-syarat dan kondisinya (job information)
4)        Menyelenggarakan latihan-latihan tertentu bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu.
5)        Membantu memperoleh suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dirinya.
6)        Membantu memperoleh penyesuain diri yang sebaik-baiknya dalam lapangan pekerjaan tertentu.
7)        Membantu dalam mendapatkan pekerjaan sambilan bagi yang membutuhkanya.
4.        Bimbingan Sosial (Sosial Guidance)
Bimbingan sosial merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa atau individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan dalam masalah sosial, sehingga siswa atau individu mendapat penyesuaian  yang sebaik-baiknya dalam lingkungan sosialnya.
Kegiatan-kegaiatan dalam lingkungan sosial ini antara lain :
1)        Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
2)        Membantu dalam memperoleh cara-cara bekerja dan berperanan dalam kehidupan berkelompok.
3)        Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
4)        Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.
5)        Membantu memperoleh penyesuain dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
5.        Bimbingan Menggunakan Waktu Senggang (Leisure Time Guidance)
Tujuan jenis bimbingan ini ialah untuk membantu siswa dalam menggunakan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang memberikan hasil bagi dirinya maupun bagi lingkunganya. Dengan bimbingan jenis ini diharapkan agar siswa-siswa mampu memanfaatkan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan belajar, bekerja atau rekreasi yang benar-benar bermanfaat. Kegiatan bimbingan mengunakan waktu senggang antara lain membantu siswa-siswa dalam hal :
1)        Mengunakan waktu-waktu senggang untuk kegiatan-kegiatan produktif
2)        Menyusun dan membagi waktu belajar dengan sebaik-baiknya
3)        Mengisi dan mengunakan waktu pada jam-jam bebas, hari-hari libur, dan sebagainya.
4)        merencanakan suatu kegiatan.
6.        Bimbingan Dalam Masalah-Masalah Pribadi (Personal Guidance)
Jenis bimbingan ini adalah membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangan mampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek :
1)        Perkembangan
2)        Keluarga
3)        Persahabatan
4)        Belajar
5)        Cita-cita
6)        Konflik pribadi
7)        Seks
8)        Sosial
9)        Financial (keuangan)
10)    Pekerjaan
Pada umunya personal guidance dilaksanakn dengan teknik konseling individu.



Comment Using!!

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages