BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar
kelas, diperlukan persiapan yang matang oleh pendidik semua mata pelajaran.
Persiapan yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
merupakan skenario dalam pembelajaran atau strategi pendidik dalam melaksanakan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam penyusunan RPP, seorang pendidik perlu
memperhatikan pendekatan dan metode jenis apa yang akan dipilih dan dipakai
dalam KBM. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi pembelajaran. Pada
hakikatnya tidak pernah terjadi satu materi pelajaran disajikan dengan
menggunakan hanya satu metode. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode
akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Hal ini
dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai dengan
baik.
Metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam suatu
proses pembelajaran? Hal itu jelas harus dikuasai oleh guru. Lebih jelasnya
adalah bahwa dalam KBM, guru harus mampu menguasai berbagai metode yang paling
tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Bukan hanya metode pembelajaran, Pemanfaatan
media seharusnya juga merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru/fasilitator
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru/fasilitator perlu
mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru/fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru/fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran.
Penguasaan terhadap metode, alat/media dan teknik
pembelajaran ini harus diterapkan dan tercermin dalam program pembelajaran.
Jadi pada intinya proses pembelajaran harus bervariatif, metode yang digunakan
tidak monoton, sehingga potensi yang ada pada masing-masing anak dapat
dikembangkan secara optimal.
Berbagai tuntutan di atas akan dapat terlaksana dengan baik
apabila guru yang bersangkutan memiliki kemampuan professional, artinya baik
dalam motivasi untuk mengajar maupun kemampuan secara teknis instruksional,
guru tersebut benar-benar dapat diandalkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
strategi, metode, dan media dalam pembelajaran?
2.
Bagaimana
strategi belajar mengajar dengan pendekatan metode?
3.
Bagaimana strategi
belajar mengajar dengan pendekatan media?
C.
Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran, serta untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada para pembaca
tentang Strategi Belajar Mengajar Melalui Pendekatan Metode dan Media.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi,
Metode, dan Media dalam Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particulareducational
goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu[1].
Menurut
Wina Sanjaya, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai
pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum
menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi[2].
Sementara
itu, Darmansyah dalam bukunya mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara pengorganisasian isi pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan
menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung
terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran[3].
2. Pengertian Metode Pelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik
penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan
bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui
berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode,
maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai de ngan
situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran[4].
Metode
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upaya mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
optimal. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan
untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melakukan strategi[5].
3. Pengertian Media Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Menurut Gagne
dan Briggs (1975) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar), foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer[6].
Namun
demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal
lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Menurut Gerlach
secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat
perantara seperti TV, radio, slide,
bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau
juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain
sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah
sikap siswa, atau menambah keterampilan[7].
Maka dari
dua pengertian di atas, maka tampak pengertian Gerlach lebih luas dibandingkan
dengan pengertian pertama.
B.
Penggunaan Metode Pembelajaran
Seperti yang telah dikemukakan di awal tadi, metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini
berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu
strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah (preaching
method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau peserta didik, yang pada
umumnya mengikuti secara
pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan buku dan alat bantu peraga. Metode ini bersifat terpusat, sehingga
menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari
pengajar kepada peserta didik, sementara proses belajar yang baik adalah adanya
interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga terjadi proses belajar yang
efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan
baik[8].
Adapun
kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah menurut Wina Sanjaya yakni:
a. Kelebihan
1) Ceramah merupakan metode yang
‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan.
2) Dapat menyajikan materi pelajaran
yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru kepaada siswa.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan atau materi yang perlu ditekankan kepada siswa.
4) Guru dapat mengontrol keadaan kelas.
5) Pengaturan kelas tidak memerlukan
pengaturan yang beragam. Cukup siswa dapat menempati tempat duduk dan
mendengarkan guru, maka metodi ini sudah dapat digunakan.
b. Kelemahan
1) Materi yang dapat dikuasai siswa
sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2) Ceramah sering dianggap sebagai
metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa berada di
dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya
proses pembelajaran. Pikirannya melayang kemana-mana, atau siswa mengantuk. Hal
tersebut karena gaya guru bertutur kata kurang menarik.
3) Melalui ceramah, sangat sulit
mengetahui apakah siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum[9].
2. Metode Demonstrasi/Eksperimen
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsungmaupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Contoh metode demonstrasi adalah
seorang guru yang sedang mempraktekan nyala logam natrium dan beberapa logam
alkali lainnya di depan kelas dan siswa memperhatikannya dengan seksama[10].
Adapun
kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi yakni:
a. Kelebihan
1) Proses pembelajaran akan lebih
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.
2) Dengan cara mengamati secara
langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan.
b. Kelemahan
1) Memerlukan persiapan yang lebih
matang. Sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Serta beberapa kali guru harus
mencobanya terlebih dahulu, sehingga memakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai. Yang berarti metode ini memerlukan biaya
yang tidak sedikit dibanding metode ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional[11].
3. Metode Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya baik secara
lisan atau tertulis. Melalui Tanya jawab akan memperluas dan memperdalam
pelajaran tersebut.
a. Kelebihan
1) Peserta didik dapat mengembangkan
keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
2) Pertanyaan yang dilontarkan dapat
menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, sekalipun ketika itu peserta
didik sedang ribut.
3) Merangsang peserta didik untuk
berlatih mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
4) Situasi kelas menjadi hidup/dinamis,
karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan.
b. Kekurangan
1) apabila peserta didik tidak siap,
maka peserta didik merasa takut, dan apalagi bila guru kurang dapat mendorong
peserta didik, maka peserta didik juga menjadi tidak berani untuk bertanya.
2) Bila terjadi perbedaan pendapat,
akan banyak menyita waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan perbedaan pendapat
antar guru dan siswa dapat menjurus kepada negatif, dimana siswa menyalahkan
guru, dan ini besar risikonya.
3) Tanya jawab dapat menimbulkan
penyimpangan dari pokok persoalan/materi pelaharan, hal ini terjadi jika guru
tidak dapat mengendalikan jawaban atas segala pertanyaan siswanya[12].
4. Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama[13].
Terdapat
bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,
antara lain:
a. Diskusi kelas
Diskusi
kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi
kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah
anggota kelompok antara 3-5 orang.
c. Simposium
Simposium
adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai
sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan
wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya
tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan
kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi panel
Diskusi
panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang
panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens[14].
Metode
diskusi juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, diantaranya:
a. Kelebihan
1) Metode diskusi dapat merangsang
siswa untuk lebih kreatif khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2) Dapat melatih untuk membiasakan diri
bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa untuk dapat
mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga
bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
b. Kelemahan
1) Sering terjadi pembicaraan dalam
diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan
berbicara.
2) Kadang-kadang dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan waktu cukup panjang, yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4) Dalam diskusi sering terjadi
perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran[15].
5. Metode Simulasi
Metode
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu. Simulasi terdiri dari berbagai jenis, diantaranya:
a. Sosiodrama
Sosiodrama
adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dn
lain sebagainya.
b. Psikodrama
Psikodrama
adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunaakan untuk
terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep dirinya,
menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
c. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa mendatang[16].
Terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam metode simulasi, diantaranya:
a. Kelebihan
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai
bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan
kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk
memainkan peran-peran sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian
dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi social yang
problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah
siswa dalam proses pembelajaran.
b. Kelemahan
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi
tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering
simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu
dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi[17].
C.
Penggunaan Media Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi
pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai
media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media
komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran
lebih menarik[18].
Selain itu, media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi
terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi[19].
Secara umum manfaat media pembelajaran ialah dapat dikatakan
untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar
mengajar lebih optimal, efektif, dan efisien baik dari segi teroritis maupun
praktikum yang pada akhirnya teraplikasi dalam tindakan. Sedangkan secara lebih
spesifikasi manfaat media pembelajaran yang telah terakumulasi dari beberapa
pendapat pakar adalah:
a.
Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Dengan
bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari
dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi di antara siswa dimanapun
berada.
b.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
Media
dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan
suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Dengan
media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media
guru cenderung bicara satu arah.
d.
Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
Dengan
media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan
tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara
berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih
mudah memahami pelajaran.
e.
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Media
pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan
utuh.
f.
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja.
Media
pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung
seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan
waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi
dan proses belajar.
Proses
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai
ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h.
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Guru dapat
berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi
perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar
siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain sebagainya[20].
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a.
Dilihat dari
sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya
dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media
ini adalah film slide, foto,
transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis dan lain sebagainya.
3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara,
dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik,
sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b.
Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi
ke dalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang
luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa
harus menggunakan ruangan khusus.
2) Media yang mempunyai daya liput yang
terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide,
film, video, dan lain sebagainya.
c.
Dilihat dari cara
atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam:
1) Media yang diproyeksikan seperti
film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat
proyeksi khusus seperti film projector
untuk memproyeksikan film, slide
projector untuk memproyeksikan film slide,
operhead projector (OHP) untuk
memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka
media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2) Media yang tidak diproyeksikan
seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya[21].
Anderson
(1976) menggolongkan menjadi 10 media:
No
|
Golongan Media
|
Contoh dalam Pembelajaran
|
1
|
Audio
|
Kaset
audio, siaran radio, CD, telepon
|
2
|
Cetak
|
Buku
pelajaran, modul, leaflet, gambar
|
3
|
Audio-cetak
|
Kaset
audio yang dilengkapi bahan tertulis
|
4
|
Proyeksi
visual diam
|
Over
Head Transparasi (OHT), film bingkai
|
5
|
Proyeksi
audio visual diam
|
Film
bingkai bersuara
|
6
|
Visual
gerak
|
Film
bisu
|
7
|
Audio
visual gerak
|
Film
gerak bersuara, video/VCD, televisi
|
8
|
Obyek
fisik
|
Benda
nyata, model, specimen
|
9
|
Manusia
dan lingkungan
|
Guru,
pustakawan, dan laboran
|
10
|
Komputer
|
CAI
(Computer Assisted Instructional =
Pembelajaran berbantuan komputer),
CMI
(Computer Managed Instructional)
|
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,
diantaranya:
a.
Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi
pembelajaran.
c.
Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
kondisi siswa.
d.
Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas
dan efisien.
e.
Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru
dalam mengoperasikannya[22].
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran adalah
cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru
pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara
kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang
guru harus mengetahui berbagai metode. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran.
2.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yakni:
a. Metode ceramah (preaching
method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau peserta didik, yang pada
umumnya mengikuti secara
pasif.
b. Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsungmaupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
c. Metode Tanya jawab adalah suatu cara
untuk menyajikan bahan pelajarandalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus
dijawab oleh siswa atau sebaliknya baik secara lisan atau tertulis.
d. Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998).
e. Metode simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
3.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke
dalam:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya
dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media
ini adalah film slide, foto,
transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis dan lain sebagainya.
3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara,
dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik,
sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya,
media dapat pula dibagi ke dalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang
luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa
harus menggunakan ruangan khusus.
2) Media yang mempunyai daya liput yang
terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide,
film, video, dan lain sebagainya.
c.
Dilihat dari cara
atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam:
1) Media yang diproyeksikan seperti
film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat
proyeksi khusus seperti film projector
untuk memproyeksikan film, slide
projector untuk memproyeksikan film slide,
operhead projector (OHP) untuk
memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka
media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2) Media yang tidak diproyeksikan
seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, 2015, (On-line), Media Pembelajaran, (http://ansarbinbarani.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 April 2016
Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. III, 2012) h. 17
Fajerin, Puspita, dkk, 2011, (On-line), Makalah Strategi Pembelajaran, (http://puspitafajerin.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 April 2016.
Nata, Sunadi, 2014, (On-line), Contoh Makalah Metode-metode, (http://sunadinata.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 April 2016.
Oktarina, Renny, 2013, (On-line), Pengertian Media Pembelajaran, (http://rennyoktarina.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 April 2016.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, Cet. IV, 2008), h. 126
Syairiko, 2015, (On-line), Makalah Media Pembelajaran, (On-line) (http://syairiko.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 April 2016.
Yusri, 2011, (On-line), Makalah Metode Pembelajaran, (http://yusrikeren85.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 Maret 2016.
[1] Puspita Fajerin, dkk, 2011,
(On-line), Makalah Strategi Pembelajaran,
(http://puspita-fajerin.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
02 April 2016.
[2] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Cet. IV, 2008), h. 126
[3] Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. III, 2012) h. 17
[4]
Yusri, 2011, (On-line), Makalah Metode
Pembelajaran, (http://yusrikeren85.blogspot.-co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 02 Maret 2016.
[5] Wina Sanjaya, op. cit, h. 125
[6] Ansari, 2015,
(On-line), Media Pembelajaran, (http://ansarbinbarani.blogspot.co.id) (On-line),
diakses pada Sabtu, 02 April 2016
[7] Wina Sanjaya, op. cit, h. 163
[8] Sunadi Nata, 2014, (On-line), Contoh Makalah Metode-metode, (http://sunadinata.-blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
02 April 2016.
[9] Wina Sanjaya, op. cit. h. 148-149
[10] Sunadi Nata, 2014, (On-line), loc. cit.
[11] Wina Sanjaya, op. cit. h. 152-153
[12] Sunadi Nata, 2014, (On-line), loc. cit,
[13] Wina Sanjaya, op. cit, h. 154-155
[14] Ibid, h. 157-158
[15] Ibid, h. 156
[16] Ibid, h. 160-161
[17] Ibid, h. 160
[18] Wina Sanjaya, op. cit, h. 162
[19] Syairiko, 2015, (On-line), Makalah Media Pembelajaran, (On-line) (http://syairiko.-blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
02 April 2016.
[20] Renny Oktarina, 2013, (On-line), Pengertian Media Pembelajaran, (http://rennyokta-rina.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
02 April 2016.
[21] Wina Sanjaya, op. cit, h. 172-173
[22] Wina Sanjaya, op. cit, h. 173-174
No comments:
Post a Comment