Sumberku Makalah - MAKALAH TAHAPAN DESAIN PEMBELAJARAN - Sumberku Makalah

Sumberku Makalah

Sumberku Makalah merupakan blog milik Imron Nur Huda yang merupakan salah seorang alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu tahun 2018 yang kini telah beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu. Dimana di dalamnya berisi tentang makalah-makalah yang notabenenya merupakan tugas kuliah dari sang pemilik blog beserta teman-temannya.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

 





Sumberku Makalah - MAKALAH TAHAPAN DESAIN PEMBELAJARAN

Sumberku Makalah - MAKALAH TAHAPAN DESAIN PEMBELAJARAN

Share This


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dalam waktu yang relatif singkat, makalah yang berjudul “Tahapan Desain Pembelajaran” terselesaikan dengan baik.

Adanya makalah ini tentu saja melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada:
1.      Orang tua yang telah mendoakan, membimbing, dan memberikan motivasi agar kami senantiasa rajin dalam menuntut ilmu.
2.      Sjakir Lobud, S.Ag.,M.Pd sebagai dosen mata kuliah Desain Pembelajaran yang telah memberikan tugas dan memberikan arahan.
3.      Sahabat-sahabat yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

            Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf  jika terjadi salah penulisan pada makalah ini.

Palu, 23 April 2016
Penyusun,


Kelompok IV




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang 1
B.     Rumusan Masalah  1
C.     Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.    Pengertian Desain Pembelajaran 3
B.     Tahapan Desain Pembelajaran 3
1.      Tahap Perencanaan 4
2.      Tahap Pelaksanaan 6
3.      Tahap Evaluasi 8
BAB III PENUTUP 12
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13


 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses KBM di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lain tujuannya untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta anak didik yang berkualitas serta mampu berinovasi untuk perkembangan zaman.
Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personil yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta selalu dituntut untuk terus mengikuti perkembangan atau membuat konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut.
Tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan semua proses yang ada di dalamnya termasuk pengajaran yang dilakukan guru/ pendidik atau team pendidik dalam lembaga itu, harus benar-benar membuat suatu langkah atau tahapan-tahapan dalam mendesain pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan psikologi anak didik, agar pengajaran yang dilakukan bisa efisien dan efektif. Maka, dalam makalah ini sedikit banyak akan membahas tentang tahapan-tahapan pembelajaran yang semoga dengan adanya makalah ini bisa mendatangkan banyak manfaat untuk kita semua, khususnya untuk para guru/pendidik atau calon guru/calon pendidik.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian desain pembelajaran?
2.    Bagaimana tahapan desain pembelajaran?


C.       Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran, serta untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada para pembaca tentang Tahapan Desain Pembelajaran.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Desain Pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan rancangan proses keseluruhan tentang kebutuhan, tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya[1].
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses yakni pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan[2].

B.       Tahapan Desain Pembelajaran
Efektifitas serta keefisienan proses pembelajaran tentunya harus didesain sebaik mungkin oleh guru. Pembelajaran tersebut didesain dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.        Tahap Perencanaan
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan digunakan[3].
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan desain pembelajaran:
a.         Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya
Menyusun materi pelajaran tiap mata pelajaran. Dalam menyusun materi pembelajaran hendaknya merupakan gabungan antara jenis yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, atau tanggapan). Bila perlu dalam menyusun materi pelajaran disertai dengan uraian singkat dan contoh-contohnya agar memudahkan dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa dan lebih terencana dan juga agar siswa lebih bisa memahami dengan cepat.
Menyusun Silabus. Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan pada silabus terkait dengan indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber/bahan/alat dan juga langkah-langkah pembelajaran dan kondisi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
Yang harus diperhatikan dalam hal memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt, yaitu bahwa bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tadi.
b.        Menyiapkan metode yang akan digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara guru mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses KBM secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajar, diantaranya (1) Metode ceramah/kuliah, (2) Metode diskusi, (3) Metode demonstrasi, (4) Metode eksperimen, (5) Metode pemberian tugas, dll.
c.       Menyusun jadwal.
Dalam menyusun jadwal kegiatan/program pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1)        Analisis hari efektif, hari libur, analisis program dan materi pembelajaran. Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender umum. Berdasarkan hasil analisis hari efektif dan materi pembelajaran tersebut, maka dapat disusun program pembelajaran seperti pembuatan program tahunan, semester, pemilihan metode yang sesuai dengan kondisi yang ada, penyediaan alokasi waktu, penyediaan sarana dll.
2)        Membuat program tahunan, program semester dan program tagihan. Program Tahunan adalah Penyusunan program pembelajaran selama satu tahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam dua semester tidak mengalami kendala. Program Semester adalah Penyusunan program per-semester yang didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan. Program Tagihan merupakan Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio[4].
2.        Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.         Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.
b.        Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi. Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis setiap aktivitas yang dilkukan guru-murid di kelas dapat terealisasi. Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural  dari suatu tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.
c.         Aspek Metode dan Teknik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan metode.
Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain. Setiap metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran
d.        Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran yang konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan prosedur pembelajaran[5].
3.        Tahap Evaluasi
Hamalik mengemukakan bahwa evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
a.         Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan;
b.        Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan[6].
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
a.         Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan;
b.        Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri;
c.         Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala deferensial sematik (SDS)”
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
a.         Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
b.        Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
c.         Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
d.        Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis.
Menurut E. Mulyasa evaluasi mencakup pre-tes dan post-tes. Pre-tes merupakan pemberian tes pada awal pembelajaran dengan memiliki fungsi (1) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan. Sudah sejauh mana anak didik mempunyai wawasan tentang materi itu, sehingga disini siswa dituntut aktif dengan belajar sebelum pembelajaran dimulai. (2) Untuk menyiapkan anak didik dalam proses belajar yang akan berlangsung. Dengan adanya Pre-tes maka mereka akan berkonsentrasi dan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/selesaikan diakhir pembelajaran nanti. (3) Guru dapat mengetahui harus memulai pembelajaran dari mana, dimana siswa mulai mengalami kesusahan dalam materi pelajaran tersebut.
Sedangkan post-tes adalah pemberian pertanyaan diakhir pembelajaran. Pelaksanaan post-tes ini berfungsi (1) Untuk mengevaluasi/memberikan penilaian apakah siswa sudah menguasai atau memahami konsep atau materi yang baru saja disampaikan atau belum, yang merujuk pada kompetensi dan tujuan yang harus dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran tersebut. (2) Untuk menentukan anak didik yang harus menjalani remedial atau pembelajaran ulangan dengan teknis yang diatur oleh guru agar tercapai kompetensi dan tujuan yang diharapkan/direncanakan. (3) Sebagai bahan acuan untuk evaluasi/ perbaikan dari pelaksanaan komponen dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Menurut B. Suryosubroto dalam proses evaluasi harus meliputi beberapa tahapan, yaitu:
a.         Evaluasi formatif.
Yaitu pemberian tes/ penilaian oleh guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari (Suharsimi Arikunto).
b.        Evaluasi sumatif.
Yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu. Biasanya dilaksanakan pada akhir dari sistem per-catur wulan atau per-semester. (Suharsimi Arikunto).

c.         Pelaporan hasil evaluasi.
Pelaporan hasil evaluasi ini biasanya diwujudkan dengan adanya buku lapor, dimana didalamnya merupakan akumulasi hasil dari semua penilaian/evaluasi selama beberapa kurun waktu, misalnya per-catur wulan /per-semester.
d.        Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan ini diperuntukkan bagi anak didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut petunjuk teknis No.166/133.VI/91 dijabarkan sebagai berikut:
Apabila seorang siswa dalam ulangan (tes formatif/tes sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75%, maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan.(Dikdiksar).
Bentuk dari pelaksanaan perbaikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (1) Menjelaskan kembali materi pelajaran yang sedang/telah dipelajari. (2) Memberi tugas tambahan berupa mengerjakan kembali soal/ tugas, berdiskusi dengan temannya atau membaca kembali suatu uraian. Sedangkan pengayaan diperuntukkan bagi anak didik yang telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Adapun bentuk pelaksanaan pengayaan dapat berupa membaca/mempelajari bahan pelajaran selanjutnya/ yang baru atau menyelesaikan pekerjaan ruman (PR)[7].








BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Desain pembelajaran merupakan rancangan proses keseluruhan tentang kebutuhan, tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
2.      Efektifitas serta keefisienan proses pembelajaran tentunya harus didesain sebaik mungkin oleh guru. Pembelajaran tersebut didesain dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Tahap perencanaan: Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan.
b.      Tahap pelaksanaan: Hamalik mengemukakan bahwa evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c.       Tahap evaluasi: Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Blogspot.com, 2013, (On-line), Tahapan-tahapan Pembelajaran, (http://alfallahu.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Mulyasa, E.. 2006. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya.
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2004.
Suryosubroto, B.. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1997.
Tulisanterkini.com, Tahap-tahap Proses dalam Pembelajaran, (http://tulisanterkini.com) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Ulum, Miftahul, 2013, (On-line),  Desain Pembelajaran, (https://s2staintamiftahululum.wordpress.com) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Vinda, 2010, (On-line), Desain Pembelajaran, (http://ervindasabila.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.



[1] Miftahul Ulum, 2013, (On-line),  Desain Pembelajaran, (https://s2staintamiftahululum.wordpress.com) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
[2] Vinda, 2010, (On-line), Desain Pembelajaran, (http://ervindasabila.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
[3] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2004) h. 112.
[4] Blogspot.com, 2013, (On-line), Tahapan-tahapan Pembelajaran, (http://alfallahu.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
[5] Tulisanterkini.com, Tahap-tahap Proses dalam Pembelajaran, (http://tulisanterkini.com) (On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
[6] E. Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung: Rosda Karya) h. 169
[7] B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta. 1997) h. 53-56
 



No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here