KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dalam waktu yang relatif singkat, makalah
yang berjudul “Tahapan Desain Pembelajaran” terselesaikan
dengan baik.
Adanya
makalah ini tentu saja melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah mendoakan, membimbing, dan memberikan
motivasi agar kami senantiasa rajin dalam menuntut ilmu.
2. Sjakir Lobud, S.Ag.,M.Pd sebagai dosen mata kuliah Desain Pembelajaran
yang telah memberikan tugas dan memberikan arahan.
3. Sahabat-sahabat yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca senantiasa diharapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf
jika terjadi salah penulisan pada makalah ini.
Palu, 23 April 2016
Penyusun,
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan
Masalah
1
C.
Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
A.
Pengertian Desain Pembelajaran
3
B.
Tahapan Desain Pembelajaran
3
1. Tahap Perencanaan
4
2. Tahap Pelaksanaan
6
3. Tahap Evaluasi
8
BAB III PENUTUP
12
Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan pada proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM). Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses KBM di
sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tidak lain tujuannya untuk memenuhi tuntutan zaman
yang menuntut agar tercipta anak didik yang berkualitas serta mampu berinovasi
untuk perkembangan zaman.
Dalam kaitannya dengan tuntutan
pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas,
Guru adalah personil yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta selalu dituntut untuk terus
mengikuti perkembangan atau membuat konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran
tersebut.
Tentunya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan semua proses yang ada di dalamnya termasuk pengajaran yang
dilakukan guru/ pendidik atau team pendidik dalam lembaga itu, harus
benar-benar membuat suatu langkah atau tahapan-tahapan dalam mendesain
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan psikologi anak didik, agar
pengajaran yang dilakukan bisa efisien dan efektif. Maka, dalam makalah ini sedikit
banyak akan membahas tentang tahapan-tahapan pembelajaran yang semoga dengan
adanya makalah ini bisa mendatangkan banyak manfaat untuk kita semua, khususnya
untuk para guru/pendidik atau calon guru/calon pendidik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian desain pembelajaran?
2. Bagaimana tahapan desain pembelajaran?
C. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran, serta
untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada para pembaca tentang Tahapan Desain Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan rancangan
proses keseluruhan tentang kebutuhan, tujuan belajar serta sistem
penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan
pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya[1].
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai
sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan
sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran
dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk
menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan
situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran
dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan
mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses yakni pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut
dalam kurikulum yang digunakan[2].
B.
Tahapan Desain
Pembelajaran
Efektifitas serta
keefisienan proses pembelajaran tentunya harus didesain sebaik mungkin oleh
guru. Pembelajaran tersebut didesain dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Tahap Perencanaan
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa
berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan
hasil yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan
sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam
jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih
utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan
tepat sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan
harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat
perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran
sesuai pendekatan dan metode yang akan digunakan[3].
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan
dalam perencanaan desain pembelajaran:
a.
Merumuskan
materi pelajaran beserta komponennya
Menyusun materi pelajaran tiap mata
pelajaran. Dalam menyusun materi pembelajaran hendaknya merupakan gabungan
antara jenis yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci),
keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu),
dan sikap (berisi pendapat, ide, atau tanggapan). Bila perlu dalam menyusun
materi pelajaran disertai dengan uraian singkat dan contoh-contohnya agar
memudahkan dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa dan lebih terencana
dan juga agar siswa lebih bisa memahami dengan cepat.
Menyusun Silabus. Silabus diartikan
sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran.
Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap
sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena
itu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan pada
silabus terkait dengan indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, sumber/bahan/alat dan juga langkah-langkah pembelajaran dan kondisi
pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
Yang harus diperhatikan dalam hal
memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt, yaitu bahwa
bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari
secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil
tadi.
b.
Menyiapkan
metode yang akan digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara guru
mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses KBM
secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam mengajar, diantaranya (1) Metode ceramah/kuliah, (2) Metode
diskusi, (3) Metode demonstrasi, (4) Metode eksperimen, (5) Metode pemberian
tugas, dll.
c. Menyusun jadwal.
Dalam menyusun jadwal kegiatan/program
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1)
Analisis
hari efektif, hari libur, analisis program dan materi pembelajaran. Untuk
mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis
hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan
diketahui jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan
sehingga memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester.
Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender
umum. Berdasarkan hasil analisis hari efektif dan materi pembelajaran tersebut,
maka dapat disusun program pembelajaran seperti pembuatan program tahunan,
semester, pemilihan metode yang sesuai dengan kondisi yang ada, penyediaan
alokasi waktu, penyediaan sarana dll.
2)
Membuat
program tahunan, program semester dan program tagihan. Program Tahunan adalah
Penyusunan program pembelajaran selama satu tahun pelajaran dimaksudkan agar
keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam dua semester tidak mengalami kendala. Program Semester
adalah Penyusunan program per-semester yang didasarkan pada hasil anlisis hari
efektif dan program pembelajaran tahunan. Program Tagihan merupakan Sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang harus
dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan,
tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas
kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio[4].
2.
Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi
atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat
dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri.
Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan
berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan
seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek
yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.
Aspek
pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi,
wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat
pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari
masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan
tercakup penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu,
pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi
pendekatan.
b.
Aspek
Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses,
aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan
perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud
sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk
mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi
adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan dengan tindakan
teknis untuk menjalankan strategi. Untuk melaksanakan strategi diperlukan
kiat-kiat teknis, agar nilai strategis setiap aktivitas yang dilkukan
guru-murid di kelas dapat terealisasi. Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk
dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural dari setiap aktivitas
guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan
lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural dari suatu tindakan guru dan siswa dalam
pembelajaran aktual di kelas.
c.
Aspek
Metode dan Teknik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk
serangkaian interaksi dinamis antara guru-murid atau murid dengan lingkungan
belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya
tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau
murid dengan lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan metode.
Metode merupakan bagian dari sejumlah
tindakan strategis yang menyangkut tentang cara bagaimana interaksi
pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya merupakan seperangkat
cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa cara dalam melakukan
aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah, berdiskusi, bekerja
kelompok, bersimulasi dan lain-lain. Setiap metode memiliki aspek teknis dalam
penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap
pelaksanaan metode pembelajaran
d.
Prosedur
Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses
keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan
secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap
selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran yang
konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan
prosedur pembelajaran[5].
3.
Tahap Evaluasi
Hamalik mengemukakan bahwa evaluasi
adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya
hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
a.
Peserta
akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang
diinginkan;
b.
Mereka
mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan[6].
Pada tahap ini kegiatan guru adalah
melakukan penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi
adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur
kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena
evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan
pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran,
Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
a.
Evaluasi
belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar
isian pertanyaan;
b.
Evaluasi
belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis
keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri;
c.
Evaluasi
belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri,
daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala
deferensial sematik (SDS)”
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada
peserta didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu
harus:
a.
Memiliki
validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama
menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
b.
Mempunyai
reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta
didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
c.
Menunjukkan
objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah
pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang
tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
d.
Pelaksanaan
evaluasi harus efisien dan praktis.
Menurut E. Mulyasa evaluasi mencakup pre-tes dan
post-tes. Pre-tes merupakan pemberian tes pada awal pembelajaran dengan
memiliki fungsi (1) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi
yang akan diajarkan. Sudah sejauh mana anak didik mempunyai wawasan tentang
materi itu, sehingga disini siswa dituntut aktif dengan belajar sebelum
pembelajaran dimulai. (2) Untuk menyiapkan anak didik dalam proses belajar yang
akan berlangsung. Dengan adanya Pre-tes maka mereka akan berkonsentrasi dan
terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/selesaikan diakhir pembelajaran
nanti. (3) Guru dapat mengetahui harus memulai pembelajaran dari mana, dimana
siswa mulai mengalami kesusahan dalam materi pelajaran tersebut.
Sedangkan post-tes adalah pemberian pertanyaan diakhir
pembelajaran. Pelaksanaan post-tes ini berfungsi (1) Untuk mengevaluasi/memberikan
penilaian apakah siswa sudah menguasai atau memahami konsep atau materi yang
baru saja disampaikan atau belum, yang merujuk pada kompetensi dan tujuan yang
harus dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran tersebut. (2) Untuk menentukan
anak didik yang harus menjalani remedial atau pembelajaran ulangan dengan
teknis yang diatur oleh guru agar tercapai kompetensi dan tujuan yang diharapkan/direncanakan.
(3) Sebagai bahan acuan untuk evaluasi/ perbaikan dari pelaksanaan komponen
dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Menurut B. Suryosubroto dalam proses evaluasi harus
meliputi beberapa tahapan, yaitu:
a.
Evaluasi
formatif.
Yaitu pemberian tes/ penilaian oleh guru setelah satu
pokok bahasan selesai dipelajari (Suharsimi Arikunto).
b.
Evaluasi
sumatif.
Yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah
jangka waktu tertentu. Biasanya dilaksanakan pada akhir dari sistem per-catur
wulan atau per-semester. (Suharsimi Arikunto).
c.
Pelaporan
hasil evaluasi.
Pelaporan hasil evaluasi ini biasanya diwujudkan
dengan adanya buku lapor, dimana didalamnya merupakan akumulasi hasil dari
semua penilaian/evaluasi selama beberapa kurun waktu, misalnya per-catur wulan
/per-semester.
d.
Pelaksanaan
program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan ini diperuntukkan bagi anak didik
yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut petunjuk teknis
No.166/133.VI/91 dijabarkan sebagai berikut:
Apabila seorang siswa dalam
ulangan (tes formatif/tes sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya
serapnya kurang dari 75%, maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan.(Dikdiksar).
Bentuk dari pelaksanaan perbaikan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut (1) Menjelaskan kembali materi pelajaran yang
sedang/telah dipelajari. (2) Memberi tugas tambahan berupa mengerjakan kembali
soal/ tugas, berdiskusi dengan temannya atau membaca kembali suatu uraian. Sedangkan
pengayaan diperuntukkan bagi anak didik yang telah mencapai kompetensi yang
diharapkan. Adapun bentuk pelaksanaan pengayaan dapat berupa membaca/mempelajari
bahan pelajaran selanjutnya/ yang baru atau menyelesaikan pekerjaan ruman (PR)[7].
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Desain
pembelajaran merupakan rancangan proses keseluruhan tentang kebutuhan, tujuan
belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan
bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
2. Efektifitas serta keefisienan proses
pembelajaran tentunya harus didesain sebaik mungkin oleh guru. Pembelajaran
tersebut didesain dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan: Perencanaan merupakan
proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan.
b. Tahap pelaksanaan: Hamalik mengemukakan
bahwa evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan
tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c. Tahap evaluasi: Evaluasi adalah alat
untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan
kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi
sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan
pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Blogspot.com, 2013,
(On-line), Tahapan-tahapan Pembelajaran, (http://alfallahu.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Mulyasa, E.. 2006. Implementasi
Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya.
Rosyada, Dede, Paradigma
Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2004.
Suryosubroto, B..
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1997.
Tulisanterkini.com, Tahap-tahap Proses dalam Pembelajaran, (http://tulisanterkini.com)
(On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Ulum, Miftahul, 2013,
(On-line), Desain Pembelajaran, (https://s2staintamiftahululum.wordpress.com)
(On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
Vinda, 2010, (On-line),
Desain Pembelajaran, (http://ervindasabila.blogspot.co.id)
(On-line), diakses pada Sabtu, 23 April 2016.
[1] Miftahul Ulum, 2013,
(On-line), Desain Pembelajaran, (https://s2staintamiftahululum.wordpress.com) (On-line), diakses pada
Sabtu, 23 April 2016.
[2] Vinda, 2010, (On-line), Desain Pembelajaran, (http://ervindasabila.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
23 April 2016.
[3] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2004) h. 112.
[4] Blogspot.com, 2013,
(On-line), Tahapan-tahapan Pembelajaran, (http://alfallahu.blogspot.co.id) (On-line), diakses pada Sabtu,
23 April 2016.
[5] Tulisanterkini.com, Tahap-tahap Proses dalam Pembelajaran, (http://tulisanterkini.com) (On-line), diakses pada
Sabtu, 23 April 2016.
[6] E. Mulyasa. 2006. Implementasi
Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung: Rosda Karya) h. 169
[7] B. Suryosubroto.
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta. 1997) h. 53-56
No comments:
Post a Comment