Sumberku Makalah - MODEL-MODEL PENELITIAN TENTANG MASALAH GURU - Sumberku Makalah

Sumberku Makalah

Sumberku Makalah merupakan blog milik Imron Nur Huda yang merupakan salah seorang alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu tahun 2018 yang kini telah beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu. Dimana di dalamnya berisi tentang makalah-makalah yang notabenenya merupakan tugas kuliah dari sang pemilik blog beserta teman-temannya.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

 





Sumberku Makalah - MODEL-MODEL PENELITIAN TENTANG MASALAH GURU

Sumberku Makalah - MODEL-MODEL PENELITIAN TENTANG MASALAH GURU

Share This


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
            Puji syukur saya ucapkan selaku penulis kepada Allah SWT atas rahmat-Nya Allhamdulillah saya selaku penulis dan anggota kelompok saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model-model Penelitian Tentang Masalah Guru”. penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah: KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN.
            Dalam penulisan makalah ini, penulis merasah masih terdapat banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semuah pihak baik dari Dosen pengajar maupun dari teman-teman saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini dan agar dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya dan di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi.
            Saya bersama anggota kelompok saya berharap, Semoga makalah yang kami buat ini berguna dan bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Palu, 04 April 2017
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................     ii
DAFTAR ISI...........................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................     1
A.     Latar Belakang............................................................................     1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………....     2
C.    Tujuan Penulisan..........................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................      3
A.    Pengertian Problem Guru............................................................      3
B.     Persoalan Mendidik Dan Mengajar.............................................      6
C.     Problem Guru Di Lingkungan Sekolah.......................................      9
D.    Solusi Dari Permasalahan Khusus Guru Di Indonesia................      11
BAB III PENUTUP…………………………………………………..      18
A.    Kesimpulan……………………………………………………..     18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................     19



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pembahasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya di masa depan.
Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah. Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa seorang guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pensdidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam GBHN, masalah guru mendapat prioritas dalam perencanaan sehubungan dengan persoalan-persoalan mutu dan relevansi dengan perluasan belajar.
Menurut Beeby dalam bukunya Oemar hamalik, masalah guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut mmenentukan mutu pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda, sebagai calon warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu guru sangat bergantung kepada sistem pendidikan guru. Sebagaimana halnya mutu pendidikan pada umumnya, maka mutu pendidikan guru harus ditinjau dari dua kriteria pokok, yakni kriteria produk jug kriteria proses.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian Problem Guru
2.      Apa Saja yang Menjadi Persoalan Pendidik dan Mengajar?
3.      Apa Saja Problem Guru di Lingkungan Sekolah?
4.      Bagaimana Solusi Dari Permasalahan Khusus Guru di Indonesia?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Problem Guru.
2.      Untuk Mengetahui Saja Yang Menjadi Persoalan Mendidik Dan Mengajar.
3.      Untuk Mengetahui  Problem Guru Di Lingkungan Sekolah.
4.      Untuk Mengetahui Solusi Dari Permasalahan Khusus Guru Di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Problem Guru
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah, permasalahan, situasi yang dapat didefinisi sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan.[1] Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran, baik yang datang dari individu guru (faktor eksternal) maupun dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah (faktor intern).
Pengertian problem menurut Hudojo (1990: 32) mengemukakan bahwa masalah sebagai pernyataan kepada seseorang dimana orang tersebut tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.[2]
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang  yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan sebagainya.[3] Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan yang dimaksud dengan guru agama adalah "orang dewasa yang  bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan memberikan pertolongan terhadap mereka dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat  kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba atau khalifah Allah maupun sebagai makhluk sosial serta makhluk individu yang mandiri".
Pengertian guru menurut para ahli yaitu[4]:
·         Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang dibutuhkan secara dikotomis tentang pendidikan.
Pada bab XI tentang pendidik dan tenaga kependidikan. Dijelaskan pada ayat 2 yakni pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Hasil motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

·         Husnul Chotimah (2008) 
Guru dalam pegertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.

·         Dri Atmaka (2004: 17) 
pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri.

·         E. Mulyasa (2003: 53) 
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

Jadi  permasalahan guru  adalah suatu  keadaan   yang  tidak  seimbang antara  harapan atau keinginan dengan kenyataan yang dihadapi oleh  seorang  guru.
Jadi problematika guru adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama islam.
B.     Persoalan Mendidik dan Mengajar
Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilandan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hany memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur. Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi. [5]
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus atas nama pengabdian guna pencapaian tujuan pendidikan nasional yang menyeluruh. Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatan kualitas guru, namun tidak dapat dipungkiri jika guru sebagai manusia pernah melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya tanpa disadari. Dimana kesalahan sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru dalam pembelajaran akan mempengaruhi perkembangan peserta didik. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan guru dalam proses belajar mengajar menurut E. Mulyasa dari berbagai hasil kajian, antara lain :


1.      Mengambil Jalan Pintas dalam Pembelajaran
Mendidik, mengajar serta membimbing peserta didik merupakan tugas guru dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai macam karakter agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. Dalam hal perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun tidak sedikit guru yang merasa sudah dapat mengajar dengan baik serta mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika akan melakukan pembelajaran, sehingga guru yang mengajar tanpa persiapan berakibat pembelajaran di kelas berlangsung seadanya dan tanpa arah. Mengajar tanpa pesiapan, selain merugikan guru sebagai tenaga professional juga akan sangat mengganggu perkembangan peserta didik.
2.      Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Tidak sedikit guru yang lupa memperhatikan perbedaan peserta didik dan tanpa sadar mengabaikan perbedaan peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, seperti  kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda, latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intelegensi, dan kompetensinya. Memang hal tersebut tidaklah mudah, guru sering kesulitan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan peserta didik terutama di kelas besar. Guru harus mampu mengoptimalkan bakat, minat, skill dan kemampuan peserta didik serta senantiasa membimbing peserta didik dalam mengeksplor diri mereka untuk pencapaian yang sesuai dengan karakteristik mereka.
3.      Tidak Adil (Diskriminatif)
Suatu pembelajaran yang menimbulkan hasil baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan merata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal.Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik yang menimbulkan kecemburuan sosial, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan, terutama dalam penilaian.
Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil serta objektif, dan benar-benar merupakan cermin dari kemampuan dan perilaku peserta didik.





C.     Problem Guru di Lingkungan Sekolah
Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut[6]:
1.      Rendahnya penguasaan IPTEK
Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan ancaman sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa depan.
2.      Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali orientasi kerja guru dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya dari pada tuntutan profesinya.
3.      Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.

4.      Rendahnya minat baca.
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat intelektual yang matang.
5.      Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pelaksanaan maupun dalam evaluasi pembelajaran.
6.      Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat  membimbing peserta didik secara optimal.
7.      Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya dalam berbagai alasan, banyak guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
8.      Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas yang  harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan siswa dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
9.      Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan individual yang  sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat variatif dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang  unik, memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan daya kompetensinya.

D.    Solusi Dari Permasalahan Khusus Guru Di Indonesia
Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.
a.       Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Harus selalu diingat mengajar tanpa persiapan merupakan jalan pintas dan dapat merugikan perkembangan peserta didik.
b.      Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan pujian dan perhatian, disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatif, dan meniadakan perilaku-perilaku tersebut agar agar tidak terulang kembali.
c.       Mendisiplinkan peserta didik ketika kondisi guru tenang, menggunakan disiplin waktu, menghindari menghina peserta didik, memilih hukuman yang tepat, dan menggunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.
d.      Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran.
e.       Guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat.

f.       Guru harus bertindak adil terhadap peserta didik tanpa terkecuali, selalu bertindak objektif untuk mengetahui benar kemampuan peserta didik tanpa ada kebohongan.
g.      Guru hendaknya tidak mencampur masalah pribadi dengan masalah keprofesionalan guru karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan hasil belajar peserta didik.
h.       
Solusi lain yang dapat diterapkan untuk mengatasi persoalan guru dalam pembelajaran adalah[7]:
1.      Pertama, perkembangan anak didik. Fungsi pendidikan pertama-tama adalah membantu peserta didik untuk berkembang, secara baik. Ini berarti perkembangan anak harus menjadi focus pelaksanaan pendidikan. Salah satu nilai mendasar dalam menumbuhkan perkembangan diri anak adalah rasa kepercayaan diri. Karena itu, dialog dan pengakuan diri perlu mendapat perhatian. Hanya dengan nilai-nilai inilah pemekaran diri anak akan terwujud. Anak diberi kesempatan untuk membedah dirinya sendiri. Dalam kerangka ini fungsi guru adalah membantu anak untuk mengetahui sesuatu yang ada dalam dirinya itu. Jadi guru menjadi bidan yang harus aktif untuk menolong anak, akan tetapi proses kelahirannya harus dilakukan oleh anak didik sendiri.

2.      Kedua, Kemandirian anak. Terkait dengan hal di atas yang perlu dihidupkan dalam proses belajar mengajar adalah otonomi, karena aktivitas mandiri ini merupakan jaminan satu-satunya untuk membentuk kepribadian yang sebenarnya. Artinya, upaya guru melatih peserta didik untuk mempunyaipendirian terhadap sesuatu hal perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu,kemampuan anak untuk menentuakan diri, pendapat maupun penilaian atas diridan relitas social harus dihargai.

3.      Ketiga, vitalisasi model hubungan demokratis. Konskuensi dari penghidupan sikap otonomi anak adalah pembaharuan relasi murid dengan gurudan sebaliknya. Artinya, yang diberlakukan dalam proses belajar mengajar bukan sikap otoriter, yang menempatkan murid sebagai lawan dari guru, melainkan sikap partisipatif dan kooperatif. Dalam sikap partisipatif dan kooperatif itu anak justeru diakui sebagai pelaku, bukan sebagai objek. Dengan pengakuan itu pula bagi peserta didik peristiwa sekolah menjadi sebuah peristiwa yang menghidupkan perjumpaan antarpribadi uyang saling mengasihi dan kemitraan yang saling memekarkan persaudaraan dan menggembirakan.

4.      Keempat, vitalisasi jiwa eksploratif. Perlu diakui bahwa peserta didik kaya dengan daya cipta, rasa dan karsa. Dan potensi-potensi ini harus diakui danditumbuh-kembangkan dalam proses pembelajaran. Justeru disini fungsipendidikan amat kelihatan. Dalam kerangka ini, jiwa eksploratif sangatlah penting mendapat ruang gerak. Daya kritis anak, semangat mencari, menyelidiki dan meneliti perlu ditumbuhkan. Hal inilah sebagai basis bagi lahirnya kreativitas.

5.      Kelima, kebebasan. Untuk mewujudkan semua hal di atas iklim kebebasan bagi anak sangatlah mutlak. Ada dua hal mengapa kebebasan diperlukan yaitu:
·         kebebasan itu sendiri merupakan hak azasi manusia yang mendasar. Artinya, hak untuk berbicara, berkreasi merupakan bagian dari hak azasi manusia.
·         kebebasan merupakan syarat untuk perkembangan. Anak-anak yang selalu dikekang dengan sikap otoriter tidak mungkin akan bias berkembang secara kritis, apalagi mampu berkreasi, selain memiliki ketergantungan yang mutlak.
Kebebasan yang dimaksudkan disini bukan berarti kebebasan yangsewenang-wenang, melainkan kebebasan yang menjunjung tinggi disiplin, dengan kata lain kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab. Peserta didik dilatih untuk mampu menghayati keterikatan yang memuaskan dan menggembirakan, karena memberi pengakuan atas kemampuannya untuk mengatasi hal-hal yang sulit dan berat.

6.      Keenam, menghidupkan pengalaman anak. Tak biasa disangkal bahwa salah satu esensi pendidikan adalah membuat anak agar tidak terasing daripengalamannya. Ini berarti materi pelajaran yang diberikan harus terkait dengandunia praktis serta lingkungan yang disaksikan oleh anak di sekitarnya. Dengankata lain, pengalaman anak harus mendapat perhatian. Mengapa ? Karena anakdidik akan lebih tertarik dan mengikutkan hatinya dalam kegiatan belajar kalauapa yang diterimanya terkait dengan dunia nyata yang dialaminya. Ketika sesuatu dibicarakan diluar realitas yang dialami oleh si anak, maka sangat sulit bagi anak untuk menangkapnya. Ini mempengaruhi keseriusan anak dalam menerima pelajaran.

7.      Ketujuh, Keseimbangan pengembangan aspek personal dan social. Dua nilai ini merupakan nilai mendasar kemanusiaan peserta didik. Artinya dimensi individualitas yang terungkap dalam pengembangan kemampuan anak untukmenemukan hal-hal baru melalui daya eksploratif dan kreatif serta inovatifnyaharus diimbangi dengan sikap kebersamaan dan penghargaan terhadapsesamanya. Jadi selain mengandalkan kemampuan dirinya, si anak juga harusmampu bekerja sama dengan satu atau beberapa teman dalam proses dialiktikadan dialog. Sehingga menumbuh-kembangkan semangat kepekaan anak terhadap sesamanya. Karena nilai-nilai kebersamaan dalam proses belajar perluditanamkan. Jika pendidikan hanya menekankan dimensi individualitas pesertadidik akan berkembang menjadi seorang yang cenderung egoistis. Keseimbangan individualitas dan social akan melatih peserta didik untuk mampu bekerjasama dalam masyarakat. Dan anak akan terlatih untuk mebiasakan diri hidup dalam kompetisi yang sehat dengan semangat solider dan saling menghargai.

8.      Kedelapan, Kecerdasan emosional dan Spiritual. Membentuk anak didik mejadi manusia berkualitas baik secara moral, personal maupun social tidak cukup hanya dengan mengembangkan dimensi kognitifnya (IQ), melainkan harus juga disertai dengan pengembangan efektif atau emosionalnya. Dengan kata lain, kecerdasan emosional anak perlu ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran. Pengembangan emosi ini justru sangat penting karena kecerdasan emosi memungkinkan peserta didik mampu menumbuhkan sikap empati dan kepedulian, kejujuran, tenggang rasa, pengertian dan integritas diri serta keterampilan social yang merupakan landasan bagi tumbuhnya kesadaran moral anak.
Disamping pembelajaran dengan mengaktifkan kecerdasan baik yang bersifat kognitif dan emosional, aspek yang lain yang perlu ditanamkan dalampembelajaran adalah kecerdasan spiritual (SQ). kecerdasan spiritual adalah kcerdasan jiwa, kecerdasan yang dapat menyembuh dan membangun diri secara utuh, karena ia dibagian diri yang dalam.
Bagi kita sebagai muslim, SQ ini adalah identik dengan hati nurani yaitu fitrah. Allah menciptakan manusia berdasarkan fitrah yaitu nilai ketauhidan yaitu agama yang lurus (Lihat Q.S, Ar Rum : 30). Dasar inilah yang mewajibkan kita menciptakan suatu bentuk pendidikan yang berbasis kepada ajaran Islam.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang  yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan sebagainya.
2.      Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus atas nama pengabdian guna pencapaian tujuan pendidikan nasional yang menyeluruh. Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatan kualitas guru, namun tidak dapat dipungkiri jika guru sebagai manusia pernah melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya tanpa disadari.
3.      Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai
4.      Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Hasan dan Mukti Ali:  Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003,.
Baharuddin:  Profesi Keguruan, Malang: IKIP Malang, 1995,.






[1] http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/02/makalah-problematika-yang-dihadapi-guru.html
[2] http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-masalah-menurut-para-ahli.html
[3]  M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003, hlm. 122
[4] http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html
[5] http://kumpulanskripdanmakalah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-mendidik-dan-mengajar.html
[6]  Baharuddin, Profesi Keguruan, Malang: IKIP Malang, 1995, hlm. 156
[7] http://agusthegazette.blogspot.co.id/2011/04/permasalahan-yand-dihadapi-guru.html





No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here