A.
Pengertian Pendidikan
Dari segi
etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani”Paedagogike”. Ini
adalah kata majemuk yang terdiri dari kata”Pais” yang berarti
“anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike
berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan
maksud membawany ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut “Paedagogos”.
Dari segi esensial, mendidik dirumuskan antara
lain sebagai berikut:
- M.Y. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam usahanya membimbing anak, agar menjadi dewasa.
- Y.H.E.Y.Hoogveld: Mendidik ialah membantu anak, supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri.
- Sis Heyster: Mendidik ialah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar ia kelak mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain (Dalmanto, 1959 : 8-2)
- S. Brajonagoro: Mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhandan perkembangan, sampai dengan tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani (Soedomo, 1995 :2)
Dari keempat rumusan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah: pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh
orang yang bertanggung jawab kepada nanak didik.
B.
Proses Pendidikan
Manusia bukan
hanya makhluk biologis, melainkan seorang pribadi, seorang person, seorang
subyek, artinya: ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam
situasinya, ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di
tangan sendiri (Driyarkara, 1980 :82)
Mendidik
disebut suatu perbuatan fundamental, karena mendidik itu adalah memanusiakan
manusia muda, mendidik itu adalah hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan
yang menyebabkanmanusia menjadi manusi (Driyarkar, 1980 : 87). Berdasarkan
pandangan di atas, Driyarkara mengemukakan rumusan pendidikan yang intinya (Bdk
Bab I E) :
a)
Pendidikan
adalah pemanusiaan anak. (Driyarkara, 1980 ; 129).
Pemanusiaan di sini mempunyai dua arti:
pendidik memanusiakan anak didik, dan anak didik memanusiakan dirinya.
b)
Pendidikan
adalah pembudayaan anak (driyarkara. 1980 :130)
Pembudayaan di sini menunjukkan aktivitas baik
baik dari pendidik maupun dari anak didik. Pendidik membudayajan anak, dan anak
karena di budayakan maka membudayakan diri.
c)
Pendidikan
adalah pelaksanaan nilai-nilai (Driyarkara. 1980 :131)\
Pelaksanaan di sini adalah perjumpaan antara
aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik. Jika ibu mengenakan pakaian kepada
anak, maka di situ ibu melaksanakn nilai-nilai berpakaian kepada anak.
C.
Konsekuensi Pendidikan
Mengingat bahwa
pendidikan itu hanya untuk manusia dan dapat dipandang dari berbagai aspek,
maka konsekuensi pendidikan seharusnya dapat mengembangkan aspek-aspek itu
sebagai unsure keseluruhan.
Adapun
pandidikan yang dapat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan
aspek-aspek itu dapat diformulasikan ke dalam “limaH” sebagai berikut (Sayid.
1982 :4-5):
1)
Head
: Pengembangan piker akal.
2)
Heart : Pengembangan rasa, karsa
3)
Hand : Pengembangan keterampilan, jasmani.
4)
Healt : Pengembangan kesehatan, kebersihan.
5)
Heaven : Pengembangan rasa Ketuhanan, moral.
Dengan pengembangan aspek-aspek tersebut anak
didik diharapkan mampu menghadapi perubahan dan permasalahan
D.
Dasar Pembelajaran Anak Didik
Salah satu
bentuk pelaksanaan pendidikan adalah pengajaran. Di dalam pengajaran mempunyai
proporsi yang paling besar, terutama di dalam pendidikan formal.
E.
Proses Belajar Sepanjang Hayat
Proses belajar
berarti bagaimana seseorang melakukan suatu kegiatan jasmani rohani dalam
rangka memperoleh pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu selalu mengalami
perkembangan zaman. Oleh karena itu, seseorang yang selalu ingin memperoleh
pengetahuan baru, seharusnya ia belajar terus sepanjang hidupnya.
Menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah
ia meninggal dunia. Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Dalam GBHN
(Tap MPR No. IV/MPR/1973) dirumuskan bahwa “Pendidikan pada hakikatnya adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.
Menurut S.
Brojonagoro, pendidikan dapat dimuali lebih awal lagi, bahkan ketika calon
suami istri masih berpacaran. Menurut Notonagoro, pendidikan dapat dimulai
sejak anak itu masih dalam kenangan. Muda-mudi dapat mempersiapkan diri dengan
jalan mendidik dirinya sendiri, sehingga mereka dapat menjadi bibit persemaian
yang lebih baik, dan pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat (Soedomo H.
1995 :7)
F.
Unsur-unsur Pendidikan
1.
Pendidik
a)
Pengertian
Pendidik
Pendidik adalah
setiap orang dewasa yang bertanggung jawab dan dengan sengaja mempengaruhi
orang lain (anak didik), memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam
pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai kedewasaan.
Orang dewasa
yang bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah:
1)
Orang tua (ayah
dan ibi), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua
sebagai pendidik adalah kodrati. Orang tua sering pula disebut sebagai pendidik
kodrat atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal
atau keluarga.
2)
Pengajar atau
guru di sekolah, disebut pendidik karena jabatannya, atau karena keahliannya,
maka dinamakan pendidik professional. Guru sering disebut pendidik pembantu,
karena guru menerima limpahan sebagian tanggung jawab orang tua untuk menolong
dan membimbing anaknya.
3)
Pemimpin/Pemuka
masyarakat. Adalah pendidik dalam lembaga pendidikan non formal, dalam
bermacam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada di masyarakat.
b)
Tugas Pendidik
Tugas-tugas pendidik dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1)
Tugas Educational
(Pendidikan): Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang
lebih banyak diarahkan pada pembentukan “kepribadian” anak didik.
2)
Tugas Itruksional:
Dalam hal ini pendidik dititikberatkan pada perkembangan dan kecerdasan daya
intelektual anak didik, dengan tekanan perkembangan pada kemampuan kognitif,
kemampuan efektif dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi manusia
yang cerdas, bermoral baik dan sekaligus juga terampil.
3)
Tugas Managerial(Pengelolaan)
Dalam hal ini pendidik berkewajiban mengelola
kehidupan Lembaga (klas atau sekolah yang diasuh oleh guru). Pengelolaan itu
meliputi:
Ø Personal atau anak didik, yang lebih erat
berkaitan dengan pembentukan kepribadian anak.
Ø Material atau sarana, yang meliputi alat-alat,
perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan.
Ø Operasional atau tindakan yang dilakukan, yang
menyangkut metoda mengajar, pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta
kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses mengajar dan dapat
membrikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.
c)
Syarat Pendidik
Adapun syarat-syarat sebagai pendidik meliputi:
1)
Umur
2)
Kesehatan
3)
Keahlian atau
Skill
4)
Kesusilaan dan
Dedikasi
d)
Sifat-sifat
Pendidik
Adapun sifat
khusus yang sangat penting dan wajib dimiliki oleh setiap pendidik adalah:
1)
Sifat positif,
yang dapat diperinci lagi dalam
2)
Rasa tanggung
jawab dan dedikasi
3)
Kecintaan,
kebijaksaan, dan kesabaran
Sifat negatif,
yang seyogyanya dijauhi pendidik:
1)
Lekas marah
atau lekas menaruh syak wasangka
2)
Suka menyendiri
3)
Haus
penghormatan dan pujian orang lain
4)
Penggugup,
bimbang, ragu, takut
5)
Mudah kecewa
2.
Anak Didik
a)
Pengertian Anak
Didik
Anak didik
adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang
lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat,
dan sebagai suatu pribadi atau individu.
b)
Pendidikan Anak
Didik
Menurut sifat
dan bakat dari orang tua ke anaknya, sudah dapat diketahui bibit, bebet, bobot,
pada waktu memilih teman hidup sebagai suami istri.
John Locke dari
Inggris (1632-1704), berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini sebagai kertas
kosong, atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasny
(Tabula rasa). John Locke berkeyakinan, bahwa anak dilahirkan tidak dengan
pembawaan.
J.J. Rousseau
dari Prancis (1712-1778), berpendapat bahwa semuanya adalah baik waktu baru
datang dari Sang Pencipta (Tuhan) tetapi semua menjadi buruk setelah ditangani
manusia.
Dari pendapat
ini dapat disimpulkan bahwa anak pada waktu dilahirkan membawa pembawaan dan
semua pembawaan itu adalah baik tidak ada pembawaan yang buruk.
Arthur Schopenhuuer dari Jerman (1871-1860)
berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik/buruk. William Stern
dari Jerman (1871-1938), berkeyakinan bahwa anak berpembawaan baik dan buruk
waktu dilahirkan.
G.
Interaksi Edukasi antara Pendidikan dan Anak
Didik
Perkembangan
anak dalam arti sempit dapat dikatakan suatu pertumbuhan yang “di bawah”
dibatasi oleh proses mengikat dan “di atas” dibatasi oleh proses melepas.
Mengikat itu bagi anak merupakan suatu syarat bagi perkembangannya, maka proses
melepas itu merupakan tuntutan baginya untuk menyiapkan diri menuju hidup
berdiri sendiri sebagai orang dewasa di dalam masyarakat kelak. Bila kita
rangkaikan dengan kecenderungan anak maka kita temukan suatu pertalian yaitu:
proses mengikat, yang mencerminkan adanya sifat bergantung, dan proses melepas
itu pencerminan azas bentuk.
H.
Pendidikan sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah
suatu kesatuan fungsional dari komponen-komponen yang terdapat di dalamnya,
yang saling bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
apabila salah satu komponen tidak berfungsi, maka yang lainnya tidak berfungsi.
Pendidikan sebagai
suatu sistem, juga memiliki komponen-komponen yang saling berinteraksi, saling
tergantung dalam kesatuan fungsional. Komponen-komponen itu antara lain:
pendidik, anak didik, materi pendidikan, metode-metode pendidikan, tujuan
pendidikan dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment