IMRON
NUR HUDA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dalam waktu yang
relatif singkat, makalah yang berjudul “Transfer Belajar” terselesaikan dengan
baik.
Adanya makalah ini tentu saja melibatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah mendo’akan, membimbing, dan memberikan
motivasi agar kami senantiasa rajin dalam menuntut ilmu.
2. Sjakir Lobud, S.Ag.,M.Th.I sebagai dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah
memberikan tugas dan memberikan arahan.
3. Sahabat – sahabat yang telah membantu menyelesaikan tugas
ini.
Penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca senantiasa diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Mohon maaf jika terjadi salah penulisan pada makalah ini.
Palu, 07 Oktober 2015
Penyusun,
Kelompok XIII
DAFTAR ISI



A.
Latar
Belakang
1

B.
Rumusan
Masalah 1

C.
Tujuan 1


A.
Pentingnya
Transfer Belajar 2

B.
Macam-macam
Teori Transfer Belajar 3

1)
Teori
Daya (Disiplin Formal) 3

2)
Teori
Elemen Identik 4

3)
Teori
Generalisasi 5

C.
Percobaan-percobaan
Transfer Belajar yang Berhubungan Dengan Pendidikan 6

D.
Transfer Sebagai Tujuan dalam Pendidikan 7




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut
teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang
sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan
dalam subsistem akal permanen kita. Akan tetapi kenyataan yang kita
alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari
dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak
sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat
dalam ingatan.
Maka
dengan hal itu, perlu adanya transfer belajar yang merupakan pemindahan atau
pengalihan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang
lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau
pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain.
B. Rumusan
Masalah
1.
Seberapa
penting transfer dalam belajar?
2.
Apa
macam-macam teori transfer belajar?
3.
Apa
percobaan-percobaan transfer belajar yang berhubungan dengan pendidikan?
4.
Bagaimana transfer sebagai tujuan pendidikan?
C. Tujuan
Tulisan ini
bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, serta untuk memberikan sedikit
pengetahuan kepada para pembaca tentang transfer belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Transfer dalam Belajar
Kata ‘transfer’ diambil dari bahasa Inggris yang artinya
pergantian, serah terima dan pemindahan. Sedangkan kata ‘belajar’ menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berubah tingkah laku atau tanggapan yg
disebabkan oleh pengalaman. Istilah ‘transfer belajar’ berasal dari bahasa Inggris ‘transfer of learning’ dan berarti pemindahan atau
pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang
studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Pemindahan atau pengalihan
itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang studi atau
situasi di luar lingkup pendidikan. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk
pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang
atau situasi di luar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.[1]
Dengan kata lain transfer belajar
adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu
terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Berkat pemindahan
dan pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau
mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain.
Misalnya, hasil belajar dibidang fisika,
digunakan dalam mengatur kehidupan sehari-hari seperti dalam hal timbang
menimbang berat barang.
Transfer dalam belajar ada yang
bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar disebut positif jika pengalaman-pengalaman
atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat diterapkan untuk
mempelajari situasi yang baru atau dengan kata lain, kemampuan yang lama dapat
memudahkan untuk menerima stimulus yang baru, contoh: anak TK yang sudah pandai
membaca akan dapat mudah memahami bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
ketika sudah kelas 1. Kemudian disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk
menerima pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan
kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan,
yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan
kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah satu negara Eropa Barat,
yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.
Hasil
belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut dapat
berupa pengetahuan, kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan lain-lain. Sehubungan
dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus
membekali peserta didiknya dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pengalihan belajar ini penting untuk
perkembangan ketrampilan anak.[2]
B.
Macam-macam Teori Transfer Belajar
Beberapa teori yang menjelaskan pengertian
transfer belajar adalah sebagai berikut:
1) Teori daya (disiplin formal)
Pandangan ini bertitik tolak pada anggapan
aliran Psikologi Daya, tentang psike atau kejiwaan manusia. Psike itu dipandang
sebagai kumpulan dari sejumlah bagian atau aneka daya yang berdiri sendiri,
seperti daya berfikir, daya mengingat, daya berkemauan, daya merasa dan lain
sebagainya. Masing-masing daya tersebut dapat diperkuat dan dikembangkan
sendiri-sendiri melalui program latihan yang sesuai, misalnya daya
berfikir dapat ditingkatkan dengan cara melatih diri memecahkan berbagai
persoalan yang sukar dan daya berkemauan dapat diperkuat dengan berkali-kali
dihadapkan pada tantangan yang berat. [3]
Sebagaimana otot-otot tubuh dapat dilatih
supaya menjadi kuat dengan cara melatih diri mengangkat besi yang beratnya
semakin ditambah, sehingga orang akhirnya mampu mengangkat segala macam benda
berat, demikian pula daya-daya mental dianggap dapat dilatih dengan melalui
materi yang sukar. Sekali terlatih melalui pemecahan soal-soal ilmu pasti yang
sukar, akhirnya akan mampu memecahkan persoalan di bidang apapun yang menuntut
pemikiran tajam.
Sejalan dengan pandangan di atas, sejumlah
ahli pendidikan pada awal abad ini mengemukakan pendapat, bahwa kurikulum
sekolah harus dirancang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan daya-daya mental
siswa dikembangkan dan diperkuat. Untuk itu, perlu disajikan aneka bidang studi
tertentu yang sulit, namun cocok untuk melatih daya mental tertentu, dengan
kata lain daya mental itu didisiplinkan melalui pendidikan formal. Apakah
materi yang dipelajari dalam semua bidang studi itu banyak berguna bagi bidang
studi lainyang dipelajari kemudian atau bagi kehidupan setelah siswa
tamat sekolah, tidak sebegitu diperhatikan, yang dianggap penting ialah apakah
suatu bidang studi berguna bagi pembentukan suatu daya mental. Daya mental itu,
sekali dibentuk melalui materi tertentu, akan berperanan positif juga di bidang
atau situasi kehidupan di mana daya itu dibutuhkan.
Dewasa ini teori disiplin formal tidak
dapat diterima lagi, karena dasarnya, yaitu Psikologi Daya sudah runtuh, para
ahli psikologi sudah tidak memandang psike manusia sebagai kumpulan dari
sejumlah daya mental yang berdiri sendiri, melainkan sebagai suatu keseluruhan,
dimana semua fungsi psikis (fungsi kognitif, fungsi konatif, fungsi afektif)
tidak berpernan lepas yang satu dari yang lain.
2) Teori Elemen Identik
Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer
belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi ke
kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur yang
identik dalam kedua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dengan
kehidupan.
Oleh karena itu hakekat transfer adalah
pengalihan penguasaan suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama
di bidang studi lain. Makin banyak unsur yang sama antara beberapa bidang studi
makin besar kemungkinan terjadi transfer belajar positif. Jadi, banyak
sedikitnya transfer belajar tergantung dari adanya banyak sedikit unsur yang sama
antara kedua bidang studi atau antara bidang studi di sekolah dan kehidupan
sehari-hari. Akan ada transfer belajar positif dari bidang studi aljabar ke
bidang studi ilmu ukur, sejauh terdapat unsur-unsur yang sama dalam kedua
bidang studi itu. Akan terjadi transfer belajar positif pula dari cabang
olahraga sepak bola ke cabang olahraga bola basket, sejauh terdapat unsur-unsur
yang sama dalam kedua olahraga itu, misalnya lari cepat, melompat, berhenti
dengan tiba-tiba, dan lain sebagainya. Akan terjadi transfer belajar positif
pula antara bidang studi belajar belajar di sekolah dan kehidupan sehari-hari,
sejauh terdapat unsur yang sama dalam kedua bidang yang bersangkutan, misalnya
antara bidang studi Anthropologi dan pergaulan dengan orang-orang kulit hitam,
seperti mempraktekkan cara mereka makan sebelum bergaul ddengan mereka secara
langsung. Maka, hakekat dari transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan
suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama di bidang studi yang
lain, makin banyak unsur yang sama antara beberapa bidang studi, makin besar
kemungkinan terjadi transfer belajar positif.[4]
3) Teori Generalisasi
Charles Judd berpendapat bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip-prinsip umum. Apabila peserta didik mampu
mengembangkan dan menggeneralisasi konsep, kaidah, prinsip dan strategi untuk
memecahkan masalah suatu bidang studi, maka peserta didik akan mampu
mentransfer konsep, kaidah, prinsip dan strategi tersebut ke bidang studi lain
(Winkel, 1991:307). Siswa akan mampu mengadakan ‘generalisasi’ yaitu menangkap ciri-ciri atau suatu sifat
umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus.
Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila
seorang siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan
aneka siasat memecahkan problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif). Kesamaan antara dua bidang studi, tidak
terletak apada unsur-unsur khusus, melainkan dalam pola, struktur dasar dan
prinsipnya. Misalnya kesamaan materi atau bahan dalam konsep, kaidah atau
prinsip antara dua bidang studi.[5]
Kesamaan antara dua bidang studi mungkin
pula menyangkut prosedur yang diikuti, seperti antar bidang studi fisika dan
kimia. Misalnya, urutan langkah kerja yang ditempuh dalam mengadakan eksperimen
di laboratorium fisika dan kimia, pada garis besarnya sama, yaitu persiapan,
menimbulkan gejala dan mengadakan observasi (pengamatan) terhadap apa yang
terjadi, mencatat hasil observasi dan menarik kesimpulan.
C.
Percobaan-percobaan Transfer Belajar yang Berhubungan
Dengan Pendidikan
Kesamaan unsur-unsur tententu dalam mata pelajaran
dapat ditransfer secara timbal balik. Mata pelajaran yang harus dipelajari
bukanlah masalah-masalah yang terpisah dan tidak bermanfaat. melainkan harus
mengarah pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang merupakan sesuatu yang
fundamental bagi anak untuk kemudian digunakan secara progresif dalam berbagai
macam pengalaman kehidupan. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip
korelasi mutlak diperlukan jembatan penghubung antara materi pelajaran yang
telah dikuasai sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.
Pemberian mata pelajaran dengan penjelasan yang lebih
mendekati realitas kehidupan sehari-hari, membuat hasil belajar lebih bermakna.
Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi merupakan bagian dari
kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata pelajaran sebagai teori tanpa
guna, tetapi dianggap sebagai mata pelajaran yang hasil dari mempelajarinya
dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan di luar sekolah.
Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang
dipelajari di sekolah akan bernilai guna dalam kehidupan masyarakat. Penguasaan
mata pelajaran agama dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan iman dan takwa
kepada Allah SWT dalam menjalani jembatan kehidupan yang fana. Penjelasan
tentang nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar.
Itulah hasil belajar yang produktif, tepat guna, dan berguna bagi masyarakat
dan anak itu sendiri. Dalam penerapaannya yang juga
berhubungan dengan pendidikan yakni seperti siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara
otomatis mudah belajar bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen
(sama-sama bertulisan Arab).
D.
Transfer Sebagai Tujuan dalam Pendidikan
Pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu metode
untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap. Dengan itu
diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Transfer belajar merupakan pemindahan atau pengalihan hasil
belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain
atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.[6]
Salah satu tujuan pendidikan menurut Bloom
yakni domain psikomotor yang berarti mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.[7] Maka dengan memperoleh pendidikan
seseorang dapat mengaplikasikan apa yang didapatkan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Pengaplikasian itulah yang merupakan suatu bentuk transfer belajar
yang dilakukan. Kemudahan dan keefektifan transfer kebanyakan dipengaruhi oleh kemampuan awal seseorang atau pengetahuan yang lebih dahulu
diketahui atau dikuasai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Transfer belajar sangat penting karena hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut dapat
berupa pengetahuan, kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan lain-lain.
2.
Macam-macam teori transfer belajar:
1) Teori daya (disiplin formal) yaitu pandangan yang bertitik tolak pada anggapan aliran
Psikologi Daya, tentang psike atau kejiwaan manusia.
2) Teori transfer elemen identik. Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer
belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi ke
kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur yang
identik dalam kedua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dengan
kehidupan.
3) Teori generalisasi.
Charles Judd berpendapat bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip-prinsip umum.
3.
Percobaan-percobaan transfer belajar dalam pendidikan
misalnya siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara
otomatis mudah belajar bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen
(sama-sama bertulisan Arab).
4.
Salah satu tujuan pendidikan menurut Bloom yakni
domain psikomotor yang berarti mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Maka dengan memperoleh pendidikan
seseorang dapat mengaplikasikan apa yang didapatkan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Pengaplikasian itulah yang merupakan suatu bentuk transfer belajar
yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Mihwanuddin, Makalah Transfer Belajar, (On-line) https://mihwanuddin.wordpress.com diakses
pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
Puji Lestari, Sri Suko, Makalah Transfer
Belajar, (On-line) http://srisukopujilestari.blogspot.co.id diakses pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
Riski, Pengantar Pendidikan dan Pendidikan Sebagai Suatu Sistem, (On-line) http://blog.unsri.ac.id/riski02 diakses pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
Seputarkampusorange.blogspot.co.id, Makalah
Transfer Belajar, (On-line) http://seputarkampusorange.blogspot.co.id diakses pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
[1] Seputarkampusorange.blogspot.co.id, Makalah
Transfer Belajar, (On-line) (http://seputarkampusorange.blogspot.co.id) diakses pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
[2] Sri Suko Puji Lestari, Makalah Transfer
Belajar, (On-line) (http://srisukopujilestari.blogspot.co.id) diakses pada Sabtu, 03 Oktober 2015.
[3] Mihwanuddin, Makalah
Transfer Belajar, (On-line) (https://mihwanuddin.wordpress.com) diakses pada Sabtu, 03 Oktober
2015.
[7] Riski, Pengantar Pendidikan dan Pendidikan Sebagai
Suatu Sistem, (On-line) (http://blog.unsri.ac.id/riski02) diakses pada Sabtu,
03 Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment