A.
Pengertian
Ontologi
Menurut bahasa ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ta onta
yang berarti ‘yang berada’, dan logi berarti ilmu penegtahuan, ajaran. Dengan
demikian ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmaniah maupun
rohaniah/ abstrak. Tokoh yang membuat istilah ontologi popular adalah Christian
Wolff (1679-1714).
Ontology berupaya mengetahui tentang hakikat sesuatu. Antara
lain ingin mengetahui, bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja,
apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita
berbentuk satu unsure, dua unsure, ataukah terdiri dari unsure yang banyak.
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang
ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang
dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori
hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realiltas ialah
kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan
yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau
keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.
Ontology sering diidentikkan dengan metafisika yang juga
disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang
bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita,
atau Tuhan dengan segala sifatnya.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontology adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu
yang ada.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu
sendiri, diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontology ialah interpretasi
tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja,
pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika
ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah
yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang
kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita
hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata atau real.
Adapun mengenai objek kajian ontology ialah yang ada, yaitu
ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada
mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun
sumber segala yang ada. Objek formal ontology adalah hakikat seluruh realitas,
bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah,
telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.
B.
Hubungan Ontologi Dengan Filsafat Pendidikan
Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontology
ialah suatu kajian keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat.
Ketika ontology dikaitkan dengan filsafat pendidikan, maka akan munculah suatu
hubungan mengenai ontology filsafat pendidikan.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar
akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk mencapai
tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting dalam penyelengaraan
pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat membawa anak
menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani. Dengan
mengetahui makna pendidikan maka makna Ontologi dalam pendidikan itu sendiri
merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai
hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin
diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan
adalah objek materi pendidikan dimana sisi yang mengatur seluruh kegiatan
kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi
landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang
dasarnya dunia ilmu.
Di atas telah disebutkan bahwa
Pendidikan ditinjau dari sisi ontology berarti persoalan tentang hakikat
keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam
hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, manusia
tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan,
pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi
kodrat (bawaan) yang ada dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa ontology pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan
asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan
tak pernah ada.
C. Penerapan Ontologi Filsafat
Pendidikan Menurut Beberapa Aliran
1. Pandangan
Ontologi Progressivisme
Asal hereby
atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas,
sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atau segala sesuatu,pengalaman
manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan lain-lain
adalah realita manusia hidup sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber
evolusi maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos kepada
yang sulit-sulit (Proses perkembangan yang lama). Pengalaman adalah perjuangan
sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup
berkembang jika ia mampu mengatasi perjuangan , perubahan dan berani bertindak.
Aplikasi
pandangan ini terhadap pendidikan adalah pada saat proses pembelajaran agar
anak dapat memahami apa yang dipelajari, mereka harus mengalami secara
langsung. Untuk mendapatkan pengalaman secara langsung anak dapat diajak untuk
melakukan berbagai kegiatan misalnya, eksperimen, pengamatan, diskusi kelompok,
observasi, wawancara, bermain peran dan lain-lain.
2. Pandangan
Ontologi Essensialisme
Essensialisme
adalah pendiddikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban manusia. Essensialisme memandang bahwa pendidikan berpijak
pada nilai-nilai yang memilikki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kesetabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Sifat yang
menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini
dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula.
Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita
manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran
esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi
pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan
keagungan.
Aplikasinya
dalam setiap kegiatan belajar mengajar guru diselipkan nilai-nilai keagamaan
antara lain saat sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung dilakukan berdo’a
bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Pandangan
Ontologi Perennialisme
Perennialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun
praktek bagi kebudayaan dan pendidikan jaman sekarang.
Di zaman
kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis
ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya
kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Ontologi
perennialisme menyatakan segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan
bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan
dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang didalam hidupnya
tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan tidak jarang pula
dimilikkinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan
suasana ini manusia dapat bergerak menuju tujuan (teologis) dalam hal ini untuk
mendekatkan diri pada supernatural (tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu
sendiri dan merupakan tujuan akhir.
4. Pandangan
Ontologi Rekontruksionisme
Dengan
ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran
rekonstruksionalisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana
realita itu ada dimana dan sama di setiap tempat. Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia
atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang
sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang,
sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Kaitan aliran
ini dengan pendidikan adalah pendidikan itu tidak diselenggrakan secara
terpusat melainkan secara universal. Mengingat situasi dan kondisi disetiap
tempat berbeda-beda. Di sini setiap sekolah berhak menentukan indicator sesuai
dengan situasi, lingkungan, serta kebutuhan peserta didik
Kewajiban pendidik
melalui latar belakang ontologis ialah membina daya pikir yang tinggi dan
kritis. Implikasi pandangn ontologi di dalam pendiddikan ialah bahwa pengalaman
manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya
dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari, melainkan sesuatu yang tak terbatas.




No comments:
Post a Comment