Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dalam waktu yang
relatif singkat, makalah yang berjudul “Manajemen
Berbasis Sekolah” terselesaikan
dengan baik.
Adanya makalah ini tentu saja melibatkan bantuan dari
berbagai pihak.Untuk itu,kami ucapkan terimakasih kepada:
1.
Orang tua yang
telah mendo’akan, membimbing, dan memberikan motivasi agar kami senantiasa
rajin dalam menuntut ilmu.
2.
Prof. Dr. H. Sagaf S. Pettalongi, M.Pd sebagai dosen Manajemen Sekolah Efektif
yang telah memberikan tugas dan memberikan arahan.
3.
Sahabat-sahabat
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca senantiasa diharapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf
jika terjadi salah penulisan pada makalah ini.
Palu, 08 Mei 2017
Penyusun,
KELOMPOK III
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
BAB
I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A.
Dasar dan Tujuan Manajemen
Berbasis Sekolah....................................... 3
B.
Prinsip-prinsip dan
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah............... 5
C.
Faktor Pendukung
Keberhasilan Manajemen Bebasis Sekolah..................... 9
D.
Strategi Peningkatan
Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS............ 10
BAB
III PENUTUP 12
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta
yang sekarang ini menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah
jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Hal ini mempunyai dampak
yang sangat besar bagi majunya kehidupan masyarakat dalam segala aspek
bidang kehidupan.
Untuk
menciptakan masyarakat yang maju, maka yang perlu diperhatikan terlebih dahulu
adalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang bermutu yang pada akhirnya mencapai
tujuan. Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas.
Salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. Hal ini didasarkan pada suatu
asumsi bahwa MBS merupakan pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang
memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai
kebijakan secara luas. Dengan demikian, mahasiswa calon guru Sekolah Dasar
semestinya dapat memahami penerapan MBS sebagai bekal ketika berada di sekolah
nantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
dasar dan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
2. Apa
prinsip-prinsip dan karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3. Apa faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis
Sekolah?
4. Bagaimana
Strategi Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Penerapan (MBS)
?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui dasar dan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2.
Untuk mengetahui
prinsip-prinsip dan karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah MBS.
3. Untuk
mengetahui faktor pendukung keberhasilan
Manajemen Berbasis Sekolah.
4. Untuk
mengetahui strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Dasar
dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Secara
leksikal manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata yaitu manajemen,
berbasis, dan sekolah. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris “Management” yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, dalam Ensiklopedi Nasional
Indonesia, kata ini diartikan sebagai proses merencanakan dan mengambil
keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia,
keuangan, fisik dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara yang
efisien dan efektif atau
proses dengan mana pelaksanaan dari pada suatu tujuan tertentu diselenggarakan
dan diawasi. Manajemen juga berarti keterampilan dan kemampuan untuk memperoleh
hasil melalui kegiatan bersama orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.[1]
Kata
berbasis adalah akar kata dari kata basis yang berarti dasar, pokok dasar atau
pangkalan.[2]
Sedang sekolah adalah salah satu institusi manusia terpenting tempat proses
belajar mengajar berlangsung. Lembaga ini mengajar anak didik membaca, menulis,
dan keterampilan dasar lainnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.[3]
MBS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pengelolaan sekolah
dalam rangka desentralisasi pendidikan yang memberikan kewenangan lebih luas
kepada sekolah untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan sumber daya
pendidikan sekolah (manusia, keuangan, material, metode, teknologi, wewenang
dan waktu) yang didukung dengan partisipasi yang tinggi dari warga
sekolah, orang tua, dan masyarakat, serta sesuai dengan kerangka kebijakan
pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam penjelasan pasal 51, ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah
bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan yang dalam hal ini
kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola
kegiatan pendidikan. Sedangkan otonomi yang dimaksud merupakan bentuk dari
desentralisasi yang bersifat relatif dan mengacu kepada perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku, baik di tingkat nasional maupun di daerah.[4]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa MBS adalah
manajemen sekolah yang memberikan kewenangan lebih luas kepada pengelola
sekolah secara otonom dan partisipatif untuk mengambil kebijakan dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan stakeholder sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan pemberlakuan MBS diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa
keuntungan antara lain, yaitu[5]:
1.
Mendorong kreativitas kepala
sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik.
2.
Dapat lebih mengaktifkan atau
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap
kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
3.
Dapat mengembangkan tugas
pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi tanggung jawab sekolah dan
masyarakat.
Pada umumnya, dalam pelaksanaaan MBS harus menentukan salah satu fokus arah
dan tujuan secara jelas, yaitu bagian mana kinerja sekolah yang akan
ditingkatkan. Sulit untuk meningkatkan kinerja sekolah secara umum tanpa adanya
arah yang jelas. Apakah akan terfokus pada mutu belajar siswa, mutu manajemen
sekolah, mutu kurikulum, mutu personel, mutu pengelolaan keuangan, dan
lain-lain. Ketika MBS diaplikasikan secara umum, seperti uji coba pada beberapa
Negara maju maka yang berhasil adalah sasaran sekunder dan tersier, sedangkan
sasaran primernya, yaitu peningkatan mutu belajar mengajar gagal untuk
ditingkatkan[6].
Adapun tujuan manajemen berbasis
sekolah yakni[7]:
1.
Meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia.
2.
Meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama.
3.
Meningkatkan tanggung jawab
sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya.
4.
Meningkatkan kompetisi yang sehat
antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
B. Prinsip-Prinsip dan Karakteristik Manajemen
Berbasis Sekolah
MBS memberikan kekuasaan yang luas hingga tingkat sekolah secara
langsung. Dengan adanya kekuasaan pada tingkat lokas sekolah maka keputusan
manajemen terletak pada stakeholder
lokal, dengan demikian mereka diberdayakan untuk melakukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kinerja sekolah[8].
Walaupun MBS memberikan kekuasaan penuh kepada sekolah secara
individual, dalam proses pengambilan keputusan sekolah tidak boleh berada di
satu tangan saja. Ketika MBS belum diterapkan, proses pengambilan keputusan
sekolah sering kali dilakukan sendiri oleh pihak sekolah secara internal yang
dipimpin langsung oleh kepala sekolah. Namun dalam kerangka MBS proses
pengambilan keputusan mengikutkan partisipasi dari berbagai pihak baik
internal, eksternal, maupun jajaran birokrasi sebagai pendukung. Dalam
pengambilan keputusan harus dilaksanakan secara kolektif di antara stakeholder
sekolah[9].
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus
dipahami, yaitu[10]:
1.
Kekuasaan
Kepala
sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan
dengan kebijakan pengelolaan sekolah. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk
memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang
dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari
berbagai pihak, terutama guru dan orang tua siswa.
Kekuasaan
yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan
perlu dilaksanakan dengan demokratis, antara lain dengan:
a.
Melibatkan semua pihak, khususnya
guru dan orang tua siswa.
b.
Membentuk tim-tim kecil di level
sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan
tugasnya.
c.
Menjalin kerjasama dengan
organisasi di luar sekolah.
2.
Pengetahuan
Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus
menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus
memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui berbagai
pelatihan atau worksop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pengetahuan penting yang harus dimiliki oleh
seluruh staf adalah:
a.
Pengetahuan untuk meningkatkan
kinerja sekolah.
b.
Memahami dan dapat melaksanakan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan quality assurance (jaminan mutu), quality control (pengendalian mutu, supervise: pengawasan), self assessment (Evaluasi Diri Sekolah
atau EDS), school review (meneliti
kembali program-program sekolah), bencmarking,
SWOT, dan lain-lain.
3.
Sistem
Informasi
Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi
yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar
semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh
gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut, warga sekolah dapat
mengambil peran dan partisipasi. Di samping itu ketersediaan informasi sekolah
akan memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah.
Informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan
dengan kemampuan guru dan prestasi siswa.
4.
Sistem
Penghargaan
Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem
penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi.
Sistem penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu
guru, karyawan dan siswa.
Manajemen
Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam
menerapkan MBS, maka sejumlah karakteristik MBS berikut perlu dimiliki.
Berbicara karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah
efektif. Jika MBS merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan
isinya. Oleh karena itu, karakteristik MBS berikut memuat secara inklusif
elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan
output.
Dalam
menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu input-proses-output
digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan sistem sehingga penguraian karakteristik MBS (yang juga karakteristik
sekolah efektif) mendasarkan pada input, proses, dan output.
Selanjutnya,
uraian berikut dimulai dari output dan diakhiri dengan input, mengingat output
memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki tingkat
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki tingkat
kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.
1.
Output
yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output
sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa
prestasi non-akademik (non-academic achievement). Output prestasi akademik
misalnya lomba karya ilmiah remaja, lomba (bahasa inggris, matematika, fisika),
cara-cara berpikir (kritis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif,
deduktif, dan ilmiah). Output prestasi non-akademik misalnya keingintahuan yang
tinggi, harga diri, akhlak/budi pekerti, perilaku sosial yang baik seperti
misalnya bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang
tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan,
kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
2.
Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik proses sebagai berikut:
1)
Proses belajar mengajar yang efektivitasnya
tinggi
2)
Kepemimpinan sekolah yang kuat
3)
Lingkungan sekolah yang aman dan
tertib
4)
Pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif
5)
Sekolah memiliki budaya mutu
6)
Sekolah memiliki “teamwork” yang
kompak, cerdas, dan dinamis
7)
Sekolah memiliki kewenangan
8)
Partisipasi yang tinggi dari
warga sekolah dan masyarakat
9)
Sekolah memiliki keterbukaan
(transparansi) manajemen
10)
Sekolah memiliki kemauan untuk
berubah (psikologis dan fisik)
11)
Sekolah melakukan evaluasi dan
perbaikan secara berkelanjutan
12)
Sekolah responsif dan antisipatif
terhadap kebutuhan
13)
Memiliki komunikasi yang baik
14)
Sekolah memiliki akuntabilitas
15)
Manajemen lingkungan hidup
sekolah bagus
16)
Sekolah memiliki kemampuan
menjaga sustainabilitas
3.
Input
Pendidikan
1)
Memiliki kebijakan, tujuan, dan
sasaran mutu yang jelas.
2)
Sumber daya tersedia dan siap.
3)
Staf yang kompeten dan
berdedikasi tinggi.
4)
Memiliki harapan prestasi yang
tinggi.
5)
Fokus pada pelanggan (khususnya
siswa).
6)
Input manajemen.
C. Faktor
Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
1.
Kepemimpinan
dan Manajemen Sekolah yang Baik
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan
profesional kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif
dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk
proses belajar mengajar.
2.
Kondisi
Sosial, Ekonomi, dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Faktor eksternal yang akan turut menentukan
keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orangbtua siswa dan
masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam
mendorong anak untuk terus belajar.
3.
Dukungan
Pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi
MBS terutama bagi sekolah yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif belum
siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana
pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah menjadi penentu
keberhasilan.
4.
Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan
mutu dan kinerja sekolah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah, guru, dan
pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi
siswa.[12]
D. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Melalui Penerapan MBS
Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang
sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang
diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat
menerapkan MBS, yakni : Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga
sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran
kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS.
”An essential point is that schools and
teachers will need capacity building if school-based management is to work”.
Demikian De grouwe menegaskan.
1.
Membangun
budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel.
Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada
masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan
oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif.
Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster
tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan
ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.
2.
Pemerintah
pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam
rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan
block grant yang diterima sekolah.
3.
Mengembangkan
model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan
MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah.
Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih
memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa
penataran MBS.
Kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut[13]:
1. Mampu
memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik,
lancar, dan produktif.
2.
Dapat menyelesaikan tugas dan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
3.
Mampu menjalin hubungan yang harmonis
dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4.
Berhasil menerapkan prinsip
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain
disekolah.
5.
Bekerja dengan tim manajemen
6. Berhasil
mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1. MBS
adalah manajemen sekolah yang memberikan kewenangan lebih luas kepada pengelola
sekolah secara otonom dan partisipatif untuk mengambil kebijakan dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan pelibatan stakeholder sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yaitu:
1)
Meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia.
2)
Meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama.
3)
Meningkatkan tanggung jawab
sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya.
4)
Meningkatkan kompetisi yang sehat
antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
2.
Prinsip-prinsip
MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus dipahami, yaitu (1) Kekuasaan, (2) Pengetahuan, (3) Sistem
Informasi, dan (4) Sistem Penghargaan. Penguraian karakteristik MBS
(yang juga karakteristik sekolah efektif) mendasarkan pada input, proses, dan
output.
3.
Faktor
pendukung keberhasilan manajemen berbasis sekolah yaitu:
1)
Kepemimpinan
dan manajemen sekolah yang baik
2) Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat
terhadap pendidikan
3) Dukungan pemerintah
4)
Profesionalisme
4.
Strategi peningkatan mutu pendidikan melalui
penerapan MBS, salah satunya yaitu: peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh
warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa.
[1] Mohammad
Syaifuddin, dkk. Manajemen Berbasis Sekolah, Bahan Ajar Cetak, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, h. 1.
[2] W.J.S
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. VII; jakarta: PN
Balai Pustaka, 1984), h. 94.
[5] Abdul Muiz, Manajemen
Berbasis Sekolah, blog Abdul Muiz,
https://amcreative.wordpress.com/manajemen-berbasis-sekolah, (7 Mei 2017)
[7] Departemen Agama
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan
Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, h. 6
[9] Ibid, h. 6
[10] Aina
Mulyana, Manajemen Berbasis Sekolah, blog Aina Mulyana, http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/03/manajemen-berbasis-sekolah-mbs.html, (2 Mei
2017)
[11]
Ellin Handayani, Manajemen Berbasis Sekolah, blog Rumah Makalah http://
rumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-manajemen-berbasis-sekolah.html, (2
Mei 2017)
[12] M-Edukasi.web.id,
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah, http://www.m-edukasi.web.id/2013/02/pengertian-manajemen-berbasis-sekolah.html, (2 Mei
2017)
[13] Mulyasa E, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi.( Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002,) h. 17-18
No comments:
Post a Comment