5.4 MATRIKS TRANSFORMASI LINEAR
Pada bagian ini kita
memperhatikan bahwa jika V dan W adalah ruang vektor berdimensi
berhingga (tidak perlu Rn
dan Rm) maka dengan
sedikit kelihaian sebarang transformasi linear T:V
W dapat ditinjau sebagai transformasi
matriks. Gagasan dasarnya adalah memilih basis untuk V dan W yang bekerja
dengan matriks koordinat vektor terhadap basis ini dan bukan bekerja dengan
vektor itu sendiri.
Misalkan bahwa V adalah ruang vektor berdimensi n dan W adalah ruang vektor berdimensi m. Jika kita memilih basis B
untuk V dan basis B’ untuk W, maka untuk masing-masing x di V,matriks koordinat [x]B
akan merupakan vektor di Rn sedangkan
matriks koordinat [T(x)]B’ akan merupakan vektor di Rm. Jadi, proses pemetaan x
ke dalam T(x), transformasi linear T “menghasilkan” sebuah pemetaan dari Rn ke Rm dengan menempatkan [x]B ke [T(x)]B’. Kita dapat memperlihatkan
bahwa pemetaan yang dihasilkan ini selalu merupan transformasi linear. Dengan
demikian pemetaan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan matriks A baku untuk transformasi tersebut,
yakni:
A[x]B = [T(x)]B’ (5.16)
Untuk mencari matriks A yang memenuhi persamaan ini,
misalkanlah V adalah ruang berdimensi
n dengan basis B = {u1, u2, ..., un}, dan W adalah
ruang berdimensi m dengan basis B’ = {v1, v2, ...,
vm}. Selanjutnya, kita
akan mencari matriks m × n dengan
A =
sehingga (5.16) memenuhi untuk
semua vektor x di V. Khususnya, kita
ingin agar persamaan ini dapat memenuhi vektor basis u1, u2,
..., un, yakni
A[u1]B = [
B’ , A[u2]B = [
B’ ,
..... , A[un]B = [
B’ (5.17)
Tetapi
[u1]B =
, [u2]B =
,
... , [un]B =
sehingga
A[u1]B
=
=
A[u2]B =
=
.
.
.
A[un]B =
=
Dengan menyulihkan hasil ini ke
dalam (5.17) menghasilkan
= [
B’ ,
= [
B’ , ... ,
= [
B’
yang menunjukkan bahwa kolom A yang berurutan merupakan matriks
koordinat dari
T(u1), T(u2), ..., T(un)
yang bertalian dengan basis B’. Dengan melanjutkan cara ini kita
peroleh matriks unik A yang kita
namakan matriks untuk T yang bertalian
dengan basis B dan B’. Secara simbolis kita dapat menyatakan matriks ini
dengan
A
=
= [
B’|
[
B’|
| [
B’
Matriks A tersebut pada umumnya dinyatakan dengan simbol [
T ]B, B’
[ T ] B, B’ =
= [
B’|
[
B’|
| [
B’ (5.18a)
|
di
mana B = {u1, u2,
..., un}.
Dalam
kasus khusus di mana V = W (sehingga dengan demikian T : V
W
adalah operator linear x)
biasanya untuk mengambil B = B’ apabila kita membentuk matriks untuk T. Jika hal ini dilakukan, maka matriks
yang dihasilkan kita namakan matriks
untuk T yang bertalian dengan basis B. Untuk menyederhanakannya, kita akan
menulis
[ T ]B
dan bukan [ T ]B, B’.
Jadi, untuk operator linear T, kita
peroleh
[ T ] B =
= [
B
| [
B
|
| [
B (5.18b)
|
di
mana B = {u1, u2,
..., un}.
Contoh 1:
Misalkan T : P1
P2 adalah transformasi linear
yang didefinisikan oleh
T
(p(x)) = xp(x). Carilah matriks untuk T yang bertalian dengan basis
B
= {u1, u2} dan B’
= {v1, v2, v3}
di mana u1 = 1, u2
= x
; v1 = 1, v2
= x, v3 = x2
Penyelesaian:
Dari rumus T kita peroleh T(u1) = T(1) = (x)(1) = x
T(u2) = T(x) = (x)(x) = x2
Dengan pemeriksaan,
kita dapat menentukan matriks koordinat untuk T(u1) dan T(u2)
relatif terhadap B’, yakni
[T(u1)]B’ =
,
[T(u2)]B’ =
Jadi, matriks untuk T yang bertalian dengan basis B dan B’, adalah
[
T ]B, B’
= [
B’
| [
B’
=
Contoh 2:
Jika B = {u1, u2, ...,
un} adalah sebarang basis untuk ruang vektor V berdimensi berhingga dan I
: V
V adalah operator identitas pada V, maka I(u1) = u1, I(u2) = u2, ..., I(un) = un. Maka
[I(u1)]B =
, [I(u2)]B =
, ... ,
[I(un)]B
=
Jadi,
[I]B
=
= In
Akibatnya, matriks
operator identitas yang bertalian dengan sebarang basis adalah matriks
identitas n × n.
Contoh 3:
Jika T : Rn
Rm adalah transformasi linear
r dan jika B dan B’ merupakan basis
baku untuk Rn dan Rm maka matriks untuk T yang bertalian dengan B dan B’ adalah matriks baku untuk T
yang telah di bahas sebelumnya.
Contoh 4:
Misalkan T : R2
R2 adalah operator linear
yang didefinisikan oleh
T
Carilah matriks untuk T yang bertalian dengan basis B = {u1, u2} di
mana
(a) u1 =
, u2
=
(basis baku)
(b) u1 =
, u2
=
Penyelesaian:
(a)
Karena
B adalah basis baku untuk R2, berikutnya dari contoh 3
bahwa [T]B adalah matriks baku untuk T. Tetapi
T(u1)
=
dan T(u2) =
sehingga
[
T ]B =
=
[T(u1) | T(u2)] =
Karena
B adalah basis baku untuk R2, berikutnya bahwa T(u1) = [T(u1)]B
dan T(u2) = [T(u2)]B, sehingga dengan demikian matriks yang sama akan
menghasilkan jika menggunakan rumus (5.18b).
(b)
Dari
definisi T
T(u1) =
=
2u1 dan T(u2)
=
=
3u2
Maka
[T(u1)]B =
dan
[T(u2)]B =
Akibatnya
[ T ]B
= [
B
| [
B =
Pernyataan:
Amatilah
bahwa basis pada bagian (b) dari contoh terakhir menghasilkan matriks
tersederhana untuk T dibandingkan
dengan basis baku pada bagian (a). Sebagaimana akan kita lihat nanti, satu
masalah yang paling penting dalam aljabar linear adalah mencari basis untuk
ruang vektor yang menghasilkan “penyederhanaan” yang memungkinkan matriks untuk
operator linear diberikan pada ruang tersebut.
Contoh 5:
Misalkan
T :
R2
R3 merupakan transformasi
linear yang diberikan oleh
T
Carilah matriks untuk T yang bertalian dengan basis B = {u1, u2} untuk
R2 dan B’ = {v1, v2,
v3} untuk R3,
di mana
u1
=
, u2 =
, v1 =
Penyelesaian:
Dari rumus untuk T,
T (u1)
=
, T (u2) =
Dengan
menyatakan vektor-vektor ini sebagai kombinasi linear dari v1, v2,
dan v3 kita peroleh (Buktikan):
T(u1)
=
, T(u2) = 3
Jadi,
[T(u1)]B’
=
, [T(u2)]B’ =
Sehingga
[
T ]B, B’
= [
B’
| [
B’ =
Jika T
: V
W adalah transformasi linear, maka
dengan notasi (5.18a), rumus (5.16) dapat kita tulis sebagai
[ T ]B, B’ [x]B
= [T(x)]B’
|
(5.19a)
|
dan
jika T : V
V adalah operator linear, maka dari
(5.18b) dan (5.16)
[ T ]B [x]B
= [T(x)]B
|
(5.19b)
|
Dengan
menggunakan frase informal, rumus ini menetapkan bahwa matriks T kali matriks koordinat x adalah matriks koordinat untuk T(x).
Jika T
adalah transformasi linear, maka sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1,
matriks [ T ]B, B’ dapat digunakan untuk menghitung T(x) dalam tiga tahap dengan menggunakan
prosedur taklangsung berikut:
(a) Hitunglah matriks koordinat [x]B’
(b) Kalikanlah [x]B pada bagian kiri dengan [ T ]B, B’ untuk
menghasilkan [T(x)]B’.
(c) Bentuklah kembali T(x) dari matriks koordinatnya [T(x)]B’.
Perhitungan
x langsung T(x)
(1)
(3)
Perkalian
dengan
[x]B [ T ]B,
B’ [T(x)]B’
(2)
Gambar 1
Ada
dua alasan utama mengapa prosedur taklangsung ini begitu penting, satu dan lain
hal untuk alasan praktis dan teoretis:
1.
Prosedur
ini memungkinkan untuk menghasilkan transformasi linear pada komputer dengan
menggunakan perkalian matriks.
2.
Prosedur
tersebut menunjukkan bahwa apabila kita mengerjakannya dengan vektor koordinat,
maka semua transformasi linear pada ruang vektor berdimensi berhingga dapat direpresentasikan
sebagai transformasi matriks. Jadi, jawaban mengenai pertanyaan teoretis
terhadap transformasi linear yang umum pada ruang vektor berdimensi berhingga
sering dapat dihasilkan hanya dengan menelaah transformasi matriks.
Contoh 6:
Misalkan
T :
P1
P2 , B, dan B’ adalah basis
dalam Contoh 1, dan misalkan
x
= 1 -
2x
Gunakanlah
matriks [ T ]B, B’ yang diperoleh dari Contoh 1 untuk menghitung T(x) menurut prosedur taklangsung pada
Gambar 1.
Penyelesaian:
Menurut
pemeriksaan, matriks koordinat dari x pada B
adalah
[x]B =
sehingga,
dari (5.19a), kita peroleh
[T(x)]B
= [ T ]B, B’[x]B
=
=
Jadi,
T(x) = 0v1 + 1v2
-
2v3 = 0(1) + 1(x) -
2(x2) = x -
2x2
Contoh 7:
Misalkan
T :
R2
R2 adalah operator linear
yang didefenisikan dengan
T
=
dan
B = {u1, u2}
basis untuk R2 dengan
vektor
u1
=
dan u2
=
Gunakan
prosedur taklangsung dalam Gambar 1 (dengan B’
= B dan [ T ]B, B’
≠ [ T ]B) untuk
mencari T(x), dimana x =
Penyelesaian:
Matriks
koordinat untuk x yang bertalian dengan B
adalah (Buktikan):
[x]B
=
Sehingga,
dengan menggunakan rumus (5.19b) dan matriks [ T ]B yang
dicari dalam bagian (b) dari Contoh 4, kita peroleh
[T(x)]B
= [ T ]B[x]B
=
=
Jadi,
T(x)
=
6
+
18
=
Anda
diminta memeriksa hasil ini dengan menyulihkan x ke dalam rumus untuk T secara langsung.
Pernyataan:
Contoh
terakhir sengaja diperluas sebagai suatu latihan agar lebih memahami konsep
ini. Prosedur untuk menghitung T(x)
tidak segampang yang dipikirkan. Sebaliknya, menghitung T(x) dengan prosedur langsung akan lebih gampang ketimbang
menggunakan prosedur taklangsung.
5.5 KESURUPAN
matriks sebuah operator linear T : V
→ V bergantung pada basis yang dipilih untuk V. Satu masalah mendasar dari aljabar linear adalah perlunya
memilih basis untuk V yang membuat
matriks T sesederhama mungkin.
Masalah ini sering ditangani dengan terlebih dahulu mencari dengan beberapa
matriks T relatif terhadap basis
“sederhana” seperti basis baku. Biasanya, pilihan ini tidak mnegahislkan
matriks T yang paling sederhana,
sehingga kita mencari suatu cara untuk mengubah basis tersebut supaya
menyederhanakan matriksnya. Untuk memecahkan masalah seperti ini, maka kita
harus mengetahui bagaimana perubahan basis akan mempengaruhi matriks operator
lain.
Teorema
8
Misalkan T:V→V adalah operator linear pada
ruang vektor V berdimensi
berhingga. Jika A adalah matriks T terhadap basis B, dan A adalah matriks T terhadap
basis B, maka:
A’=P
-1AP
(5.20)
di mana P adalah matriks transisi dari B’ ke B
|
Bukti:
Untuk membuktikan teorema ini, maka
akan memudahkan untuk menjelaskan hubungan Au = v
kita dapatkan menuliskannya dalam
bentuk gambar
u
|
v
|
Karena A adalah matriks T terhadap B, dan A’ adalah matriks T terhadap B’, maka
hubungan berikut berlaku untuk semua x dalam V.
dan
A
|
dan (5.21)
A’
|
Untuk melihat bagaimana
matriks A dihubungkan dengan A’,
maka misalkan P adalah matriks
transisi dari basis B’ ke B, sehingga P -1 adalah matriks transisi dari B ke B’. Jadi,
dan
P
|
P -1
|
Untuk mendapatkannya, maka hubungan (5.21) dan (5.22) dapat
dikaitkan bersama-sama dalam sebuah gambar sebagai berikut:
A
|
[x]B [T(x)]B
P P
-1
A’
|
[x]B’ [T(x)]B’
Gambar 2
Gambar ini melukiskan bahwa ada dua cara
untuk mendapatkan matriks
dan matriks
. Kita dapat mengambil jalan bawah
menyeberang gambar, yakni
(5.23)
atau kita dapat menaiki sisi kiri,
menyeberang atas, dan menuruni sisi kanan, yakni
(5.24)
Jelaslah
dari (5.23) dan (5.24) bahwa
(5.25)
untuk semua x pada V. Jelaslah dari (5.25) dan bagian (b) dari Latihan 11 bahwa
Ini membuktikan teorema 8. ■
Peringatan:
Bila anda menerapkan teorema 6, maka hal
yang
mengingat apakah P adalah matriks transisi dari B
ke B’ (takbetul) atau dari B’ ke B (betul). Mungkin akan
menolong bila kita namakan B sebagai
basis lama, B’ basis baru, A matriks lama, dan A’ matriks baru. Karena P
adalah transisi dari B’ ke B, maka P -1 adalah matriks transisi dari B ke B’. Jadi (5.20)
dapat dinyatakan sebagai:
matriks
baru = P
-1 (matriks lama) P
dimana P adalah matriks transisi dari basis baru ke basis lama.
Untuk lebih menotasikan
cara tersebut agar mengingat rumus ini, kita dapat menggambarkan notasi
dan
yang diperkenalkan pada bagian akhir.
Dengan notasi ini (5.20) dapat dinyatakan sebagai berikut:
|
Contoh
8:
Misalkan
didefenisikan oleh
Carilah matriks baku untuk T, yakni matriks T relatif terhadap basis
, dimana
dan kemudian gunakanlah Teorema 8 untuk
mentransformasikan matriks ini ke dalam matriks T relatif terhadap basis
,
dimana
dan
Penyelesaian:
Dalam bagian (a) dari Contoh 4, kita cari
matriks T relatif terhadap basis baku
B menjadi
Selanjutnya kita
memerlukan matriks transisi dari B’ ke
B. Untuk matriks transisi ini kita
memerlukan matriks koordinat untuk vektor-vektor basis B’ yang relatif terhadap basis B.
Dengan pemeriksaan,
sehingga
dan
Jadi, matriks transisi dari B’ ke B adalah
Anda dapat memeriksa bahwa
sehingga menurut Teorema 8 matriks T relatif terhadap basis B’ adalah
Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh
dalam bagian (b) dari Contoh 4.
Contoh ini melukiskan
bahwa basis baku untuk ruang vektor tidak perlu menghasilkan matriks yang
paling sederhana untuk sebuah operator linear, kita lihat bahwa matriks baku
adalah
mempunyai struktur yang tidak sesederhana
matriks
(5.26)
relatif terhadap basis B’. Matriks (5.26) adalah sebuah contoh matriks diagonal, yakni matriks kuadrat
yang semua entri takdiagonalnya sama dengan nol. Matriks diagonal mempunyai
banyak sifat yang diinginkan. Misalnya pangkat ke-k dari matriks diagonal
adalah
Jadi, untuk menaikkan matriks diagonal
hingga pangkat ke-k, maka kita hanya
perlu menaikkan setiap entri diagonal sampai pangkat ke-k. Untuk matriks takdiagonal maka lebih banyak lagi perhitungan
yang terlibat untuk mendapatkan pangkat ke-k.
Matriks diagonal juga mempunyai sifat lain yang berguna.
Pada bab selanjutnya
kita bahas permasalahan untuk mencari basis yang menghasilkan matriks diagonal
untuk operator linear.
Teorema 8 memotivasi
definisi berikut.
Definisi:
Jika A dan B adalah matriks kuadrat maka kita sebut bahwa B sama dengan A jika terdapat
matriks P yang dapat dibalik
sehingga B = P-1AP
|
Perhatikan bahwa persamaan B = P-1AP dapat dituliskan kembali sebagai
A
= BPP-1
dan A = (P-1)-1BP-1
Dengan memisalkan Q = P-1 maka akan menghasilkan
A
=Q-1BQ
yang menyatakan bahwa A serupa dengan B. Maka, B serupa dengan A jika dan hanya jika A serupa dengan B, akibatnya, kita biasanya akan mengatakan saja bahwa A dan B serupa.
Dalam terminologi ini, Teorema 8
membuktikan bahwa dua matriks yang
diberikan sama dengan operator linear T : V→V yang bertalian dengan basis
yang berlainan adalah serupa.
No comments:
Post a Comment