BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehidupan manusia
tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi
mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum mereka ketahui.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.
Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai
prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang.
Manusia memperoleh
sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu
peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati,
diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang
dikembangkan melalui belajar yaitu ketrampilan intelektual, informasi verbal,
strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Dalam
pembelajaran matematika selama ini, siswa mengalami kesulitan matematika
dikelas, akibatnya siswa kurang memahami konsep-konsep matematika. Salah satu
karakteristik matematika adalah yang besifat abstrak. Sifat abstrak ini
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Untuk itu Pendidik
dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat
penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi,
atau merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk
menyediakan kondisi untuk belajar.
Untuk itu, agar
aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau
proses belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan
spesifik sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang
diberikan. Meskipun pengajar sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit
untuk peserta didik dalam mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh
karena itu pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik
mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar
matematika ?
2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran
matematika ?
3. Apa saja tujuan dalam pembelajaran
matematika ?
4. Bagaimana model, strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dalam matematika ?
5. Bagaimana kriteria pembelajaran
yang efektif dalam matematika ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari
belajar matematika dan pembelajaran matematika serta perbedaan dari keduanya.
2. Untuk mengetahui tujuan dalam
pembelajaran matematika.
3. Untuk memahami model, strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dalam matematika.
4. Untuk memahami kriteria
pembelajaran yang efektif dalam matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar Matematika
Menurut Vernon
S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic
Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa “Belajar adalah
perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati.
Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil
yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”.
Sedangkan
Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai “suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Menurut Slameto
(2003: 5) menyatakan “Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35) menyimpulkan
bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu”.
Dengan demikian
dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar
itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya. Belajar merupakan kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan
belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain
seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar.
Sedangkan
matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2003: 19) sebagai
pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat. Matematika menurut Erman Suherman
(2003:253) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika,
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Johnson dan Myklebust
yang dikutip olah Mulyono Abdurrahman (2002:252) matematika adalah bahasa
simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir.
Soedjadi (2000:
1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika
berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
·
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak
dan terorganisisr secara sistematik
·
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan
dan kalkulasi
·
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logik dan berhubungan dengan bilangan.
·
Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
·
Matematika adalah pengetahuan tentang
struktur-struktur yang logic
·
Matematika adalah pengetahuan tentang
aturan-aturan yang ketat.
Meskipun terdapat beraneka ragam definisi
matematika, namun jika diperhatikan secara seksama, dapat terlihat adanya
ciri-ciri khusus yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum.
Selanjutnya Soedjadi (2000: 13) mengemukakan beberapa ciri-ciri khusus dari
matematika adalah:
·
Memiliki objek kajian yang abstrak
·
Bertumpu pada kesepakatan
·
Berpola pikir deduktif,
·
Memiliki simbol yang kosong dari arti,
·
Memperhatikan semesta pembicaraan,
·
Konsisten dalam sistemnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat
dikatakan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat
abstrak, terstruktur dan hubungannya diatur menurut aturan logis berdasarkan
pola pikir deduktif.
Belajar matematika tidak ada artinya jika hanya
dihafalkan saja. Dia baru mempunyai makna bila dimengerti. Orton (1991: 154)
mengemukakan bahwa hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan
menerima dan menghafalkan saja, tetapi harus belajar secara bermakna, belajar
bermakna merupakan suatu cara belajar dengan pengertian dari pada hafalan.
Soedjadi (1985) menyatakan bahwa untuk
menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan, setapak demi
setapak dan bersinambungan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hudojo (1988:
4) yang mengatakan bahwa untuk mempelajari matematika haruslah bertahap,
berurutan, serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu. Lebih lanjut
dikatakan bahwa proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila
belajar itu dilakukan secara kontinu.
Uraian di atas menunjukkan bahwa belajar
matematika memerlukan pengertian dan dalam mempelajari proses pembelajarannya
haruslah dilakukan secara bertahap, berurutan dan berkesinambungan.
Pengertian
Belajar Matematika Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar
berlangsung dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu
fase ke fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.
Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga
dengan belajar matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari
konsep-konsep tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya. Ros Effendi, (
1980 : 148 ). Belajar matematika berarti mempelajari fikiran-fikiran manusia,
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3
). Belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar menjumlah,
mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan
geometri.
Jadi
belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses
dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep
yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi.
2.2 Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna
membelajarkan siswa (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 43). Erman Suherman (2003:
8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut
Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005: 167) pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik
adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir,
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang
optimal.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah
proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola
berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika
tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar
secara efektif dan efisien.
Selain
interaksi yang baik antara guru dan siswa tersebut, faktor lain yang menentukan
keberhasilan pembelajaran matematika adalah bahan ajar yang digunakan dalam
proses pembelajaran tersebut.
2.3
Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah Lanjutan
Matematika
sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di SMP dan MTs mempunyai tujuan
pengajaran tersendiri yang disebut tujuan kurikuler matematika. Untuk
menjelaskan tujuan pengajaran matematika di SMP dan MTs, maka alangkah
lebih baik jika terlebih dahulu kita harus memahami tujuan mempelajari
matematika seperti dikemukakan oleh Andi Hakim Nasution, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika
dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam.
2. penggunaan
metode matematika dapat diperhitungkan segala sesuatu dalam pengambilan
keputusan.
3. Matematika
penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa.
4. Matematika
dapat digunakan dalam lapangan kerja.
5. Matematika
dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas kepada orang lain.
Adapun tujuan umum pengajaran matematika di SMP dan MTs adalah seperti
tercantum dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah tahun 2004 adalah sebagai
berikut:
1.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
2.
Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba – coba.
3.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4.
Mengembangkan kemampuan meyampaikan informasi
atau meng-komunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Sementara itu tujuan khusus pengajaran
matematika di SMP dan MTs adalah:
Agar siswa memiliki kemampuan yang dapat digunakan melalui kegiatan
matematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah serta
mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari
matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
mempunyai pandangan yang dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan
disiplin serta menghargai kegiatan matematika.
Di samping kurikulum keberhasilan proses
belajar mengajar tidak terlepas dari persiapan peserta didik dan persiapan
tenaga pengajar dibidangnya, dan keberhasilan tersebut terjadi apabila ada
sesuatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Keberhasilan belajar seorang anak tergantung
pada sejauh mana ia mampu mencapai tujuan belajarnya. Tujuan belajar yang
dicapai akan berhasil apabila pengajaran dan proses belajar mengajar
berlangsung dengan baik. Jadi pengajaran sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar seorang anak.
Pengajaran sebagai salah satu desain untuk mencapai tujuan pendidikan yang
selalu berubah, oleh karena itu perlu bimbingan yang terus menerus baik
mengenai dasar, kerangka, maupun hal-hal praktis yang menunjang suatu
pengajaran.
Dengan kata lain supaya tujuan pengajaran
matematika itu tercapai, maka semua komponen-komponen yang ada didalamnya harus
diorganisir sedemikian rupa sehingga antara komponen-komponen tersebut dapat
bekerja sama dengan harmonis. Oleh karena itu mengembangkan suatu sistem
pembelajaran, guru tidak boleh hanya memperhatikan bahwa sesungguhnya pengajaran
itu adalah sebagai suatu sistem.
Secara lebih spesifik, tujuan pembelajaran
matematika tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA)
terdapat dalam standar kompetensi mata pelajaran matematika SMA dan MA
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006) yaitu sebagai berikut.
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4.
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran
matematika tersebut, maka pembelajaran matematika difokuskan pada
kecakapan sebagai berikut.
1.
Kemampuan menggunakan konsep dan keterampilan
matematis untuk memecahkan masalah (problem solving).
2.
Menyampaikan ide/gagasan (communication).
3.
Memberikan alasan induktif maupun deduktif
untuk membuat, mempertahankan, dan mengevaluasi argumen (reasoning).
4.
Menggunakan pendekatan, keterampilan, alat, dan
konsep untuk mendeskripsikan dan menganalisis data (representation).
5.
Membuat pengaitan antar ide matematik, membuat
model, dan mengevaluasi struktur matematika (conection).
Lima elemen ini dikenal dengan ”Standar Proses
Daya Matematika” atau NCTM menyebutnya dengan istilah mathematical power
process standards.
2.4
Berbagai Istilah Pembelajaran: Model, Strategi,
Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendekatan
Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach)
2.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach)
Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran.
Strategi
Pembelajaran
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya:
1.
Ceramah
2.
Demonstrasi
3.
Diskusi
4.
Simulasi
5.
Laboratorium
6.
Pengalaman
lapangan
7.
Debat
8.
Simposium
dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran
dijabarkan kedalam teknik dan gaya pembelajaran.
Teknik
Pembelajaran
Teknik Pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, pengunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda pengunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan pengunaan metode diskusi perlu digunakan tekhnik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti – ganti tekhnik
meskipun dalam koridor metode yang sama.
Metode-Metode
Pembelajaran
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat
dilaksanakan dengan berbagai metode.
Kaidah yang berlaku dalam penerapan standar,
pembelajaran dinyatakan efektif jika menggunakan metode yang bervariasi. Hal
ini memang beresiko karena perlu ada sistem penjaminan bahwa kebervariasian
menggunakan metode itu benar-benar mengarah pada pencapaian tujuan. Jika tidak
maka kebervariasian itu tidak menjamin berkembangnya motivasi dan minat siswa
belajar.
Jika
kebervariasian metode mengajar menjadi ciri efektifnya guru mengajar, maka guru
yang profesional harus ditandai dengan menguasai sejumlah metode dan mampu
mengaplikasikannya. Pekerjaan itu baru sempurna dinyatakan efektif jika
benar-benar memfasilitasi siswa belajar untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Adapun beberapa metode pembelajaran efektif yang dapat kita
terapkan sebagai berikut :
·
Metode Debat
·
Metode Role Playing
·
Metode Pemecahan Masalah
·
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
·
PAKEM
·
PAIKEM
·
Cooperative Script
·
Picture and Picture
·
Numbered Heads Together
·
Metode Investigasi Kelompok ( Group
Investigation)
·
Metode Jigsaw
·
Metode Team GameS Tournament (TGT)
·
Model Student Teams-Achievement Divisions
(STAD)
·
Model Examples Non Examples
·
Model Lesson Study
·
Metode Ceramah
·
Metode Course Review Horay
·
Metode Snowball Throwing
·
Metode Student Facilitator and Explaining
·
Metode Bertukar Pasangan
·
Metode Talking Stick
·
dll.
Taktik
pembelajaranmerupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang
sama – sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor, tetapi yang
satunya lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu.
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
2.5
Kriteria Pembelajaran yang Efektif
Menyelenggarakan pembelajaran efektif merupakan
impian setiap guru dan sekolah. Pembelajaran efektif adalah kegiatan
pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Secara managerial-administratif dan berlaku secara
kedinnasan, ukuran keberhasilan tersebut adalah pencapaian kriteria ketuntasan minimal oleh
setidaknyaa 85% siswa.
Mewujudkan pembelajaran
efektif bukan hal mudah bagi kebanyakan guru, bahkan yang pernah mengajar
berpuluh tahun sekalipun. Hal ini dikarenakan efektivitas pembelajaran
merupakan proses yang kompleks, baik dipengaruhi oleh kondisi siswa, lingkungan
maupun kompetensi pengajarnya.
Di antara sekian faktor penentu efektivitas
pembelajaran, kemampuan pengajar merupakan faktor paling dominan. Pada sebagian
orang pembelajaran efektif dipengaruhi oleh ketrampilan bawaan dalam mengajar.
Sekalipun demikian, pembelajaraan efektif merupakan ketrampilan yang dapat
dipelajari, dengan memperhatikan :
1.
Pengendalian Kelas
Pembelajaran efektif pertama-tama membutuhkan
kemampuan pengajar untuk mengendalikan kelas, yaitu mengkondisikan siswa agar
dengan antusias bersedia mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksi
pengajar. Pengendalian kelas merupakan kunci pertama keberhasilan pembelajaran.
Kegagalan ataupun pengendalian kelas yang kurang maksimal akan berakibat
kegagalan atau minimal keberhasilan pembelajaran kurang optimal. Intinya,
pengendalian kelas merupakan upaya membuat siswa secara mental siap untuk
dibelajarkan.
2.
Membangkitkan minat eksplorasi.
Setelah siswa secara
mental siap belajar, tugas guru adalah meyakinkan siswa-siswinya betapa materi
pembelajaran yang tengah mereka pelajari penting dan mudah dipelajari, sehingga
menggugah minat mereka untuk mempelajarinya. Ibarat makan, setelah anak mandi, berganti
pakaian dan duduk di meja makan, sajian yang akan mereka santap memang
membangkitkan selera. Anak tahu makanan itu enak, bermanfaat dan tak sabar
untuk segera melahapnya.
3. Penguasaan konsep dan prosedur mempelajarinya
Seenak
apapun makanan, pasti ada cara paling tepat untuk menikmatinya. Kesalahan cara
menikmati tak jarang membuat anak kehilangan selera, misalnya makan satu ayam
tetapi dari sambalnya lebih dulu. Itu sebabnya, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memperkenalkan hakekat makanan yang akan mereka santap, serta
dari bagian mana atau dengan cara seperti apa menikmatinya.
Tugas
inti seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar dari
materi pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan paling
menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti menemukan
banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi pelajaran, dan bila
perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak.
4.
Latihan
Pemahaman
dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh berbagai aktivitas lain
siswa. Memberikan latihan demi latihan baik berupa latihan di kelas, PR atau
pemberian tugas-tugas tertentu merupakan wahana untuk memperkuat penguasaan
materi yang telah dipelajari. Pemberian tugas dan latihan mutlak diberikan agar
siswa berlatih secara terstruktur, sekalipun secara mandiri mereka mungkin saja
mempelajarinya.
Hal
yang harus diperhatikan dalam pemberian latihan meliputi ketercakupan materi
pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi pelajaran harus disusun sejelas
mungkin, sehingga dalam pemberian latihan dan penugasa benar-benar meluas dan
mendalam.
5.
Kendali Keberhasilan
Tugas guru tidak cukup hanya menyampaikan
materi pelajaran, tetapi lebih dari itu guru harus memastikan seluruh siswa
menguasainya. Penjajagan terhadap penguasaan materi pelajaran oleh siswa harus
dilakukan baik selama proses pembelajaran, latihan maupun penugasan.
Selama kegiatan pembelajaran guru perlu mulai
menjajagi penguasaan materi pelajaran semisal melalui kuis, snap shot,
atau pertanyaan acak lainnya. Hal yang harus diperhatikan saat memberikan kuis
atau pertanyaan penjajagan adalah jawaban siswa yang selama ini dikenal paling
lemah daya tangkapnya. Meminta siswa yang dikenal paling lemah dan sedang daya
tangkapnya menjadi indikator awal keberhasilan
Tujuan pembelajaran
matematikan antara lain sebagai berikut :
1.
Matematika dapat digunakan untuk mengetahui
gejala-gejala alam.
2.
penggunaan metode matematika dapat
diperhitungkan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan.
3.
Matematika penting sebagai sains untuk
perkembangan budaya bangsa.
4.
Matematika dapat digunakan dalam lapangan
kerja.
5.
Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara
benar, tepat dan jelas kepada orang lain.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Belajar adalah proses atau
usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang
positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang
telah dipelajari
2. Belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan
ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari
konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi.
3. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005:
167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4. pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan
siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu
lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode
agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.
5. Tujuan pembelajaran
matematikan antara lain sebagai berikut :
1.
Matematika dapat digunakan untuk mengetahui
gejala-gejala alam.
2.
penggunaan metode matematika dapat
diperhitungkan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan.
3.
Matematika penting sebagai sains untuk
perkembangan budaya bangsa.
4.
Matematika dapat digunakan dalam lapangan
kerja.
5.
Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara
benar, tepat dan jelas kepada orang lain.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah sederhana yang mungkin
jauh dari sempura ini kami harapkan semoga bisa menambah ilmu bagi pembacanya,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ahkmad Sudrajat, 2008. Pendekatan strategi,
metode, teknik, dan model pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com (Diakses 7 februari 2016)
·
Dunia pelajar, 2014. Pengertian matematika
menurut para ahli. www.dunia pelajar.com (Diakses 7 Februari 2016)
·
Ichaledutech, 2013. Pengertian belajar dan
pembelajaran. http:// ichaledutech.blogspot.com (Diakses 7 Februari 2016)
·
Mutaqin hasyim, 2009. Tujuan pendidikan dan
pengajaran. http:// mutaqinhasyim.wordpress.com (Diakses 7 Februari 2016)
·
Nyachya, 2011. Tujuan pembelajaran matematika
tingkat SMA. http:// nyachya.blogspot.com (Diakses 7 Februari 2016)
No comments:
Post a Comment