Tugas b.arab
OLEH :
·
KELOMPOK VI :
Ø SITI NURSA’ADAH
Ø SATRIANI
Ø UMI NASIROH
Ø NAFIA IZHATI
Ø SITI NUR HAYATI
Ø ENTIN DEWI SARI
Ø IKA RAMDANI
Ø AYU MIRANTI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sorotan terhadap rendahnya
mutu pendidikan di indonesia, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kepada
perguruan tinggi, baik pendidikan umum maupun kejuruan, menjadi perhatian yang
cukup serius para pengamat, pakar dan praktisi pendidikan masalah mutu
pendidikan di indonesia yang begitu rendah. Perubahan besar yang terjadi pada
masyarakat dan bangsa indonesia khususnya serta masyarakat serta bangsa-bangsa
di dunia pada umumnya menuntut adanya penyesuaian-penyesuain tertentu dalam
bidang pendidikan. Pendidikan tidak cukup lagi di selenggarakan secara tradisional,
berjalan apa adanya tanpa adanya target yang jelas dan tidak adanya prosedur
pencapaian target yang terbukti efektif dan efisien.
Kurikulum berbasis kompetensi
yang merupakan ciri dari kurikulum 2004 di desain untuk menjamin berlangsungnya
proses pendidikan yang kondusif bagi perkembangannya potensi peserta didik,
sehingga mereka mampu hidup mandiri sekaligus mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat yang majemuk. Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami
perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas
pendidikan, salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum. Kualitas pendidikan
yang tinggi di perlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka, demokratis, dan mampu bersaing.
Khususnya dalam konteks
madrasah, agar lulusnya memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif, maka
kurikulum madrasah perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar
madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntunan desentrasi.
Dengan cara seperti ini, madrasah tidak akan kehilangan relevansi program
pembelajaran.
Rendahnya mutu pendidikan di
indonesia menurut W. Mantja disebabkan antara lain:
“Rendahnya kualitas tenaga pengajar,
sistem penyampaian instruksional, kepustakaan yang kurang memadai, kurangnya
sarana penunjang pembelajaran, rasio guru murid yang melebihi batas toleransi
dan kurangnya dukungan dana. Dari beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan tersebut, yang menjadi sorotan tajam adalah tingkat kompetensi
guru sebagai pendidik dan pengajar”.[1]
Guru sebagai pendidik menempati posisi yang sangat penting dan
strategis dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan aspek integral dalam
proses pendidikan serta merupakan tumpuan harapan siswa, untuk memperlancar
proses belajar mengajar di sekolah, maka guru harus membimbing anak didiknya
agar memiliki semangat belajar yang tinggi.
Proses belajar mengajar
merupakan hal yang brtalian dengan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa merupakan syarat dalam proses
belajar mengajar, bukan hanya sekedar hubungan murid dengan guru. Dalam hal ini
menanamkan nilai sikap, kognitif dan psikomotor pada diri siswa yang
bersangkutan.
Guru di harapkan mampu berperan dalam meningkatkan proses belajar
siswa, karena dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka tujuan dari
pendidikan dapat tercapai. Prestasi dan mutu pengajaran sangat di harapkan oleh
siswa dan yang terpentig seluruh stoke holderPendidikan mengharapkan
adanya proses kendali mutu dan prestasi bagi peserta didik.
Dalam kerangka manajemen peningkatan mutu pendidikan, keberadaan
guru yang profesional menempati posisi yang sangat fital dan strategi. Oleh
karena itu para aktor pendidikan baik kepala sekolah, guru maupun masyarakat
bahu-membahu dalam upaya meningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka memiliki guru yang profesional, sangat tergantung
kepada proses rekrutnya. Menyangkut hal tersebut di atas, Dr. Ibrahim Bafadal,
M.Pd berpendapat bahwa: “semakin baik prosesnya,semakin besar pula kemungkinan
untuk mendapatkan calon guru yang memenuhi kualifikasi (mots qualified dan
oustanding)”.2
Guru yang notabenya memiliki profesi kependidikan yang didapatkan
pada lembaga pendidikan formal, sehingga menjadi seorang guru bukanlah
perbuatan atau tindakan yang mudah untuk dilakukan dan bukan sembarang orang
yang di tunjuk untuk mengajar di sekolah.
Setiap guru seharusnya memiliki kompetensi atau kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikandan penelitian.3 Kompetensi guru yang dimaksud adalah:
a.
Kompetensi
pribadi,
b.
Kompetensi
profesional,
c.
Kompetensi
kemasyarakatan.4
Dari
ketiga kompetensi guru yang dimiliki oleh guru tersebut skripsi ini oleh
penulis memfokuskan pada kajian kompetensi profesional guru, yaitu kemampuan
dalam penguasaan akademik (mata pelajaran) yang di ajarkan dan terpadu dengan
kemampuan mengajarnya.5
Dengan
adanya kompetensi profesional yang oleh guru diharapkan dapat membantu para
siswa untuk meraih prestasi yang tinggi, serta pendidik juga dapat membantu
siswa kearah peningkatan kualitas diri sehingga siswa tersebut senantiasa
belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Seperti yang di firmankan Allah
dalam (QS. Az-Zumar, [39]:9)
ôö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôèt tûïÏ%©!$#ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$#
Terjemahannya:
“Katakanlah adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya
orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar
[39]:9).6
Berdasarkan ayat di atas
dapat dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentunya
mempergunakan akalnya sedangkan orang-orang kurang atau tidak berilmu tentunya
tidak mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Agar manusia tidak termasuk orang
yang berilmu (bodoh) maka dia harus berusaha untuk mencari ilmu dan selalu
mengajarkan ilmu yang dimilikinya, salah satunya jalan adalah dengan menjadi
guru. Adapun tugas dan tanggung jawab guru itu sangatlah berat, karena
disamping menanamkan nilai-nilai moral juga harus mampu membangkitkan semangat
belajar siswa agar memiliki prestasi yang memuaskan.
B. Rumusan msalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
kompetensi profesional guru pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairat Pusat Palu?
2.
Sejauhmana
hubungan antara kompetensi profesional guru dengan motivasi peserta didik
belajar pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairat Pusat Palu?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
Dalam rangka mengarahkan pelaksanaan penelitian ini dan ungkapan
pembahasan yang di kemukakan para uraian terdahulu, penulis perlu merumuskan beberapa
tujuan yang ingin di capai dalam penelitian:
1.
Tujuan
penelitian
Sebagai suatu karya ilmiah, skripsi ini bertujuan untuk:
a.
Mengungkapkan
data tentang kompetensi guru Madrasah Tsanawiyah Al-khairat palu.
b.
Mengetahui
gambaran umum motivasi peserta didik belajar siswa Madrasah Tsanawiyah
Al-khairaat Pusat Palu.
c.
Mengetahui
seberapa jauh hubungan antara kompetensi guru yang di miliki oleh guru dan
motivasi peserta didik belajar bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah Al-khairaat
Pusat Palu.
2.
Kegunaan
penelitian
Bahwa hasil penelitian ini
terbentang suatu di harapkan, yaitu:
a.
Dijadikansebagai
bahan rujukan bagi peneliti berikutnya, terutama bagi mereka yang mengambil
kajian pada bidang pendidikan atau yang relevan dengan judul skripsi ini.
b.
Dapat
memperkaya dan menambah bahan bacaan mahasiswa, terutama yang meliputi pada
bidang pendidikan.
c.
Dapat
dijadikan sebagai landasan unti membentuk kebijakan yang harus di ambil dalam
mengelola Madrasah Tsanawiyah Al-khairaat Pusat Palu.
D.Hipotesis
Menurut Drs.H.Cece Wijaya, Hipotesis adalah perkiraan yang
beralasan atau jawaban sementara untuk menerangkan kejadian atau pengamatan
tetentu.7
1.
Di
duga bahwa kompetensi profesional guru pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairaat
Pusat Palu sangat rendah, hal ini di sebabkan oleh faktor pembagian tugas
mengajar guru pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairat Pusat Palu masih ada yang
mengajar tidak sesuai dengan di siplin keilmuannya, serta masih adanya guru
pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairaat Pusat Palu yang strata pendidikannya yang
alumni D2 (diploma dua).
2.
Di
duga bahwa ada korelasi yang cukup signifikan antara prestasi belajar siswa
dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru pada Madrasah Tsanawiyah Al-khairaat
Pusat Palu dalam proses belajar mengajar.
E. Pengertian judul
Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap penelitian ini, maka
ada beberapa kata yang di anggap penting untuk di berikan pengertian-pengertian
agar tidak terjadi interprestasi yang berbeda-beda. Skripsi ini yang
berjudul : “Studi Tentang Hubungan
Kompetensi Guru dengan Motivasi Peserta Didik Blajar Bahasa Arab di Madrasah
Tsanawiyah Al-khairaat Pusat Palu”.
1.
Kompetensi
profesional guru
Kata “profesional” merupakan kata sifat yang artinya pencaharian
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang memiliki keahlian. Dengan kata
lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat di
lakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan pekerjaan yang di
lakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan atau tugas
tersebut. Memaknai kata di atas, bahwa kompetensi profesional guru adalah
kemapuan atau keahlian khusus yang dimiliki oleh seseorang guru dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal.
Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, maka
profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut :
a.
Menurut
adanya keterampilan yang berdasarkan konsep, dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.
b.
Menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
c.
Menurut
adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d.
Adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
e.
Kemungkinan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Atas persyaratan di atas, bahwa jelas jabatan profesional guru
harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan tugas dan
jabatan tersebut.
2.
Motivasi
belajar
Motivasi adalah sesuatu yang erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang ingin dicapai. Di dalam mencapai tujuan tersebut dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab adalah motivasi
itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong.
Berdasarkan hal tersebut, maka menurut Sadirman AM, “ motivasi
belajarmerupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang
khas adalah menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar ”.8 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, akan mempunyai banyak energi
untuk melakukan kegiatan belajar. Begitu juga peserta didik yang memiliki
intelegensi tinggi, boleh jadi gagal dalam belajar karena kekurangan motivasi.
Jadi hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat dalam diri siswa.
Berdasarkan hal tersebut,maka kegagalan belajar siswa jangan begitu
saja mempersalahkan pihak siswa, karena mungkin bisa saja guru tidak berhasil
dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa
untuk belajar. Jadi tugas guru adalah mendorong para peserta didik agar didalam
dirinya tumbuh motivasi.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, peran guru sangat penting
dalam melakukan usaha-usaha atau tindakan yang dapat menumbuhkan dan memberikan
motivasi agar peserta didik melakukan kegiatan dengan baik. Untuk dapat belajar
dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik pula.Itulah maka para
ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan soal motivasi yang baik. Karena
motivasi tidak akan pernah di katakan baik jika, apabila tujuan yang diinginkan
juga tidak baik. Sebagai contoh jika motivasi yang timbul untuk belajar karena
rasa takut atau hukuman, maka faktor-faktor yang kurang baik itu akan
menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang efektif dan hasil belajarnya pun
kurang maksimal. Jika di banding dengan kegiatan belajar yang di lakukan atas
motivasi yang baik dan menyenangkan. Sehingga dalam kegiatan itu, kalau tidak
melalui proses yang didasari dengan motivasi yang baik, atau mungkin karena
rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial, maka kegiatan belajar akan
menghasilkan hasil yang semu, tidak otentik, dan tidak tahan lama.
Jadi, maksud dari penelitian ini adalah keterkaitan antara
kemampuan guru dalam mengajarkan pembelajaran bahasa arab dengan motivasi
peserta didik untuk belajar bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat Pusat
Palu.
F.TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan
Kompetensi Profesional guru
Istilah kompetensi memiliki banyak makna, Broke dan Stone
menjelaskan bahwa kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku guru yang sangat berarti. Kompetensi tersebut mengacu kepada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang di peroleh dari pendidikan.
Drs.Sulchan Yasyin, mengartikan kompetensi sebagai kewenangan atau
kekuasaan untuk melakukan sesuatu.[2]Pengertian
yang hampir sama, juga dikemukakan oleh W.J.S poerwadarmita dalam kamus umum
bahasa indonesia,dimana istilah kompentensi diartikan sebagai kewenangan
,kekeuasaan,untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.[3]
Kompentensi atau kompeten adalah ungkapan kemampuan untuk melakukan
sesuatu dengan cara-cara yang pada akhirnya memberikan kepuasaan. Kompentensi
adalah usaha untuk mengeambarkan apa yang di harapkan,di kehendaki, didambakan,
diantisipasi, dilatih, dan sebagainya.dan kopentensi mengarah kepada
prilaku-prilaku khusus dengan cara-cara relevan dengan tugas
tertentu.kompentensi menggambarkan prilaku-prilaku yang dikaitkan dengan
penampilan yang diinginkan dan yang juga mengambarkan tautan dimana
prilaku-prilaku itu diunjukerjakan serta suatu kumpulan prilaku mengandung pila
penampilan yang spesifik yang mengambarkan pelaksanaan tugas yang relevan.[4]
Adapun kompentensi guru adalah “ The Ability Of A Teacer To
Responsibility Perform Has Or Duits Appropriately”. Kompentensi guru adalah
kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertangung jawab dan layak.[5]
Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa kompentensi guru
merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.kompentensi yang dimiliki oleh seorang guru seperti yang di
jelaskan pada latar belakang masalah terdiri dari tiga aspek yakni:
a.
kompentensi
pribadi
b.
kompentensi
profesional
c.
kompentensi
kemasyarakatan
Namun yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah para dimensi
atau aspek kompentensi profesional guru.
2) Pengertian kompentensi profesional guru
Kata”profesional”merupakan kata sifat yang artinya pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang memiliki keahlian.dengan kata lain
pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan atau tugas
tersebut.memaknai kata diatas,bahwa kompentensi profesional guru adalah
kemampuan atau keahlian khusus yang di miliki oleh seseorang guru dalam bidang
keguruaan sehinga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal
Mengingat
tugas dan tangung jawab guru yang begitu kompleks,maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus antara lain sebagai berikut:
a.
menurut
adanya keterampilan yang berdasarkan konsep,dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam
b.
menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
c.
Menurut
adanya tingkat pendidikan keguruaan yang memedai
d.
Adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang di laksanakanya.
e.
Kemungkinan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Atas persyaratan diatas,jelas bahwa jabatan profesional guru harus
di tempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan tugas dan
jabatan tersebut.
2) Macam-macam kompentensi
profesional guru
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa jabatan guru adalah
jabatan profesional yang bersifat menuntut kecakapan keguruaan secara
berkesinambungan,memiliki integritas diri,serta kecakapan keguruan selalu
ditumbuhkembangkan,dan sekaligus selaras dengan arahan etik fungsi keguruan
nya.hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa tingkat kwalitas guru
merupakan faktor utama dalam usaha meninkatkan kwalitas pendidikan di sekolah ,yang
pada giliranya sanggat mempengaruhi tingkat kemajuan masyarakat dan bangsa
indonesia yang semankin rasional dan tehnologi membuhtukan jasa sekolah dan
atau guru yang berkwalitas yang di harapkan dapat melakukan cetak biru pradaban
bangsa dan masyarakat.
Pada bagian ini akan di paparkan profesi profesional guru, agar
menjadi lebih jelas apa yang mesti di usahakan oleh guru dalam meniti serta
mengambangkan karirnya.yang di maksud adalah sebagai berikut:
1.) guru menguasai landasan kependidikan
Landasan pendidikan adalah sejumlah disiplin ilmu yang wajib
didalami oleh seorang guru,yang mendasari asas-asas kebijakan pendidikan (baik
di dalam sekolah maupun di luar sekolah).yang tergolong kajian landasan
kependidikan adalah mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional,mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat serta mengenal
prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan dalam proses
belajar mengajar.
Dengan penguasaan landasan kependidikan yang mantap,tentunya akan
memberikan jaminan bahwa sisiwanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang
bersangkutan.
2.) Guru menguasai bahan pengajaran
Dalam proses interaksi belajar megajar, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik. Sedangkan anak
didik adalah subyek atau yang menerima pelajaaran atau ilmu pengetahuan dari
guru. Ilmu pengetahuan adalah alat yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar.
Tanpa ilmu pengetahuan proses tersebut tidak akan berlangsung,
sebab ilmu pengetahuan adalah substansi dari proses belajar mengajar. Oleh
karena itu,guru hendaknya menyadari bahwa ilmu adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai dan memenuhi tujuan pendidikan
nasional, guru harus menguasai bahan pelajaran sebelum masuk di kelas, sebab
kualitas penguasaan bahan ajar sangat menetukan keberhasilan seorang guru serta
dapat menjaga imetc dan prestisinya di depan siswa. Bagi guru yang tidak
menguasai bahan ajar akan menemukan kesulitan dalam berintegrasi dengan siswa
terlebih lagi dalam mentransfer pengetahuan yang di ajarkan.
Dengan penguasaan bahan pengajaran, seorang guru dapat melaksanakan
dan menyampaikan bahan pelajaran serta dinamis dan terstruktur. Penguasaan
bahan pengajaran bagi seorang guru meliputi, penguasaan dan pengajaran
kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengayaan.5
Menguasai bahan pengajaran dalam kurikulum di maksudkan bahwa guru
harus menguasai bahan pengajaran sesuai dengan atau cabang ilmu pengetahuan
yang di embannya, sesuai yang tertera dalam kurikulum sekolah, sebagai contoh
pelajaran PPKn ,Sejarah, Alquran hadist dan alain sebagainya. Agar guru dapat
menyampaikan atau mentransfer pengetahuan lebih mantap dan terstruktur, guru
harus menguasai bahan pengajaran yang lain yang dapat memberi pengayaan dari
bahan bidang studi yang di pegang oleh guru yang bersangkutan. Misalnya, untuk
mengajar bidang studi geografi, seorang guru juga harus menguasai bahan-bahan
ajar yang lain seperti PPKn, Sejarah dan seterusnys ( konsep ling and mauch
dalam pendidikan ).
3.) Guru mampu menyusun program pengajaran
Penyusunan program pengajaran merupakan kompetensi profesional guru
yang perlu di perhatikan dalam pengajaran. Untuk menyusun program pengajaran
ada beberapa langkah yang harus di tempuh oleh seorang guru, yaitu :
A.
Merumuskan
tujuan pembelajaran
Sebelum mulai mengajar, seorang guru perlu merumuskan tujuan yang
akan di capai, yakni tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran, hal ini
sangat penting untuk di lakukan karena dapat menjadi pedoman atau petunjuk
praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar tersebut hendak di arahkan. Dengan
perumusan pembelajaran secara baik dan benar akan memberi pedoman atau arah
bagi sisiwa dalam menyelesaikan kegiatan materi belajarnya. Tujuan pembelajaran
merupakan hasil atau perubahan tingkah laku, kemampuan dan keterampilan yang di
peroleh setelah siswa mengikuti kegiatan belajar. Oleh karena itu tugas guru
harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan benar.
B.
Mengenal
dan menggunakan metode mengajar
Mengenal
dan menggunakan metode mengajar merupakan indikator kemampuan guru yang utama
khususnya dalam proses belajar mengajar. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak menguasai metode mengajar
mengkorelasikan penerapan metode dengan materi ajar di kelas. Dalam proses
belajar mengajar guru tidak harus terpaksa terfokus kepada satu metode saja
tetapi harus mampu menggunakan berbagai macam metode yang berfariasi agar
proses belajar mengajar tidak membosankan atau menjenuhkan, tetapi menggunakan
metode yang berusaha menarik perhatian anak didik serta menyenangkan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Menggunakan metode yang berfariasi
juga harus di sesuaikan situasi, kultur pendidikan fasilitas dan tingkat
kematangan anak didik, namun tetap berorientasi pada pencapaian tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
4.)Guru
melakukan media dan sumber belajar
Media pengajaran adalah alat penyalur pesan pengajaran, baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung. Prnggunaan media di harapkan agar anak
didik mudah di pahami bahan pelajaran yang di sajikan. Penggunaan media harus di sesuaikan dengan pencapaian
tujuan pendidikan, sehingga guru harus memahami dan terampil menggunakan dan
memilih media yang relevan dengan bahan ajar agar tidak kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
5.)Guru mampu melaksanakn
pengajaran
Dalam melaksanakan program pengajaran guru hanya tidak sekedar
mentransefer ilmu pengetahuannya, tetapi guru hanya mampu menananmkan
nilai-nilai moral kepada anak didik sebagai
subjek belajar. Oleh karna itu dalam pelaksanaan program pengajaran
metode bukanlah satu-satunya, tetapi faktor anak didik, guru alatm san lingkungan juga turut
menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar.
6.)Guru harus mampu prestasi mengajar
Yang pertama-tama perlu di pahama adalahbahwa penilain merupakan
bagian integrasi dari sitem pengajaran. Penilaian harus di lakukan oleh guru
untuk mengetahuisejauh mana penguassaan anak didik terhadap bahan yang telah di
sajikan dalam proses belajar mengajar dan untuk mengetahui efektifitas dan
efesiensi pengajaran yang telah di sajikan. Dengan mengetahui prestasi belajar
siswa, maka selanjutnya guru-guru mengambil langkah-langkah intruksional. Guru
yang bijaksana dan mampu memahami kareakteristik siswa akan maenciptakan
kegiatan belajar mengajar yang lebih berfariasi serta akan memberikan kegiatan
belajar antara siwa yang berprestasi tinggi dan siswa yang memilki prestai
rendah. Dalm melakukan penilaian guru dapat mengambil langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Pengumpulan
data hasil belajar siswa
a.
Setiap
kali ada usaha mengevaluasi selam pelajaran berlangsung.
b.
Melakukan
evaluasi pada akhir pelajaran
2.
Menganalisis
data hasil belajar anak didik
3.
Menggunakan
hasil belajar aanak didik, yang meliputi :
a.
Lahirnya
umpan balik dari masing-masing anak didik dan hal ini harus diketahui oleh
guru.
b.
Dengan
umpan balik ini guru dapat menganalisis dengan tepat tindakan atau
kegiatan-kegiatan berikutnya.
Kompotensi
profesional guru di kembangkan berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus di
laksanakan oleh guru .
B.Pengetian Motivasi Belajar Guru
Banyak
sekali, bahkan sudah umum di dengar oleh telinga kita orang menyebut kata
motiv, misalnya apa motivnya Aco melakukan tindakan kejahatan atau apa motivnya
hasan rajin membaca, begitu seterusnya . belawal dari kata motiv, maka motivasi
di dalam kamus besar bahasa indonesia di artikan sebagai “dorongan yang timbul
pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu”.6
Menurut
Mc donald sebagai mana sikutif sardirman AM,” motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelingdan di
dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan“.7 Dari pengertian tersebut, maka menurut
sadirnan AM ada tiga elemen penting yang berkaitan dengan motivasi, yaitu:
a.
Motivasi
menawali terjadinya perubahan energi pad diri setiap individu manusia.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem
neurophiysulogikal yang ada pada organisme manusia karna menyangkut perubahan
energi manusia. Walaupu motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, nmaun
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b.
Motivasi
di tandai dengan munculnya rasa atau feeling, efeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi sangat relefan denga
persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah
laku manusia.
c.
Motivasi
akan dirangsang karna adanya tujuan. Jadi motivasi disini merupakan respondari
suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang munculnya dari dalam, tetapi kemunculannya karena terangsang atau
terdorong dengan adanya unsur lain dari luar, dalam hal ini tujuan yang
menyangkut soal kebutuhan.8
Dengan ketiga elemen
tersebut, maka dapat di katakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada padsa diri
seseorang, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, persaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini di
dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam proses
pembelajaran, motivasi sangat di perlukan karena seorang siswa yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
balajar. Misalnya, ada seorang peserta didik yang tidak mau mengerjakan sesuatu
yang sebenarnya harus dia kerjakan. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesutu
yang akan di kerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan perlu di cari
penyebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin karena sisw yang
bersangkutan tidak senang, mungkin sakit, mungkin lapar, atau problem pribadi
dan lain sebagainya.
Kondisi seperti
ini menunjukkan bahwa pada diri peserta tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang efeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau
kebutuhan belajar. Keadaan seperti ini perlu di lakukan daya upaya yang dapat
menemukan sebab musababnya. Kemudian mendorong peserta didik tersebut mau
melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain,
siswa tersebut perlu di berikan rangsangan agar tumbuh motivasi dalam dirinya.
Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.
Motivasi
juga dapat di katakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.
Jadi motivasi itu berasal dari dalam diri, akan tetapi dapat di rangsang oleh
faktor dari luar. Menurut Oemar Hamalik :
“Motivasi ada dua macam yakni
motivasi inttinsi dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yakni motivasi
yang berasal dari dalam diri individu, dan tidak perlu mendapat ransangan dari
luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalah motivasi yang berasal dari luar diri
individu dan perlu mendapat rangsangan dari luar.”9
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka seseorangn siswa yang
melakukan kegiatan belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar
dirinya merupakan contoh motivasi instrinsik. Sedangkan peserta didik yang
tidak mempunyai keinginan belajar, namun karena dorongan dari luar misalnya
untuk mendapat nilai yang bagus, maka ini merupakan contoh motivasi ekstrinsik.
Dengan demikian maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik dapat
tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang
bersama-sama menggerakan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan hal
tersebut, maka menurut sardirman AM,” Motifasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual.peranan khas adalah menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangan dan untuk belajar”.10
Pengertian tersebut menunjukan bahwa siwa yang memiliki motivasi yang
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Begitu juga peserta didik yang memiliki inteligensi
tinggi, boleh jadi gagal dalam belajar karena kekurangan motivasi. Jadi hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat dalam diri siswa.
Berdasarkan hal
tersebut, maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak
siswa karna mungkin bisa saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi
yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugaas
guru adalah mendorong para peserta didik agar di dalam dirinya tumbuh
motivasi.
Dalam kaitannya dengan kegiatan
belajar, peran guru sangat penting dalam
melakukan usaha-usaha atau tindakan yang dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi
agar peserta didik dapat melakukan kegiatan dengan baik.Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan
proses dan dan motivasi yang baik pula. Maka dari itulah para ahli psikologi
pendidikan mulai memperhatikan soal motivasi yang baik. Karena motivasi tidak
akan pernah baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sebagai
contoh, jika motivasi yang timbul untuk belajar karena rasa takut atau hukuman,
maka faktor-faktor yang kurang baik itu akan menyebabkan kegiatan belajar
menjadi kurang efektif dan hasil belajarnyapun kurang maksimal jika
dibandingkan dengan kegiatan belajar yang dilakukan atas motivasi yang baik dan
menyenangkan. sehingga dalam kegiatan belajar itu, kalau tidak melalui proses
yang didasari dengan motivasi yang baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa
atau atau sekedar seremonial, maka kegiatan belajar akan menghasilkan hasil
yang semu, tidak otentik, dan tahan lama.
1.
Fungsi motivasi belajar
Dalam setiap kegiatan belajar, sering kali
ditemukan yang malas berpartisipasi dalam belajar, sementara siswa yang lain
aktif berpartisipasi. Misalnya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru
bahkan sampai menunggu temannya yang sedang aktif belajar. Sedikitpun tidak ada
keterkaitannya dalam kegiatan pembelajaran seperti mendengarkan penjelasan guru
atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Kondisi seperti ini menggambarkan
bahwa siswa tersebut tidak memiliki motivasiuntuk belajar. Ketiadaan motivasi
untuk belajar menjadi pangkal penyebab kenapa siswa tidak bergeming untuk
mencatat apa yang disampaikan oleh guru.
Kemiskinan motivasi belajar merupakan
masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Oleh karena itu,
guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk terus belajar. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, ada tiga motivasi dalam belajar yaitu:” yaitu:“pertama, motivasi sebagai pendorong perbuatan. Kedua, motivasi sebagai penggerak perbuatan. Ketiga, motivasi sebagai
pengarah perbuatan”.11 perbuatan maksudnya, pada mulanya siswa
tidak ada minat untuk belajar, tetapi ada sesuatu yang dicari maka munculah
minat untuk belajar. Sesuatu yang dicari itu, akhirnya mendorong siswa untuk
belajar dalam rangka mencari tahu. Siswapun mengambil sikap, seiring dengan
minatnya terhadap suatu objek. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong kearah
sejumlah perbuatan dalam belajar. Disinilah fungsi motivasi sebagai pendorong,
yang mempengaruhi sikap apa yang seharusnya dilakukan siswa.
Motivasi sebagai penggerak perbuatan
maksudnya, doronga psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa merupakan
suatu kekuatan yang tidak terbendung yang kemudian terjelma dalam bentuk
gerakan psikofisik. Disini siswa melakukan aktivitas belajar dengan segenap
jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk
dengan kehendak perbuatan pelajar.
Motivasi sebagai pengarah perbuatan
maksudnya, siswa yang mempunyai motivasi, dapat menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus di abaikan. Seorang siswa yang
ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran tertentu, tidak mungkin
dipaksakan untuk mempelajari yang lain. Pasti siswa akan mempelajari mata
pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari
siswa merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar inilah
sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
2.
Bentuk-bentuk motivasi belajar
Didalam kegiatan pembelajaran peran
motivasi, baik instinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi,
siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunandalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan
hal tersebut, maka seorang guru perlu mengetahui cara dan jenis menumbuhkan
motivasi dalam belajar. Guru hendaknya hati-hati dalam menumbuhkan dan
memberikan motivasi bagi kegiatan belajar siswa, karena bisa jadi maksudnya
memberikan motivasi kepada siswa tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan
belajar siswa. Sardiman AM, mengatakan:
Ada sebelas bentuk dan cara guru untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar peserta didik yaiti: 1. Memberikan
angka, 2. Hadiah, 3. Saingan /kompetisi, 4. Ego-involvement, 5. Memberi
ulangan, 6. Mengetahui hasil, 7. Pujian, 8. Hukuman, 9. Hasrat untuk belajar,
10. Minat, 11. Tujuan yang diakui.12
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut:
a. Memberi angka, angka yang dimaksud adalah
simbol atau nilai dari hasil kegiatan belajar siswa. Angka yang diberikan
kepada setiap siswa biasanya bervariasi tergantung hasil belajar yang di
peroleh. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan pengaruh atau
rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan
hasil belajarnya dimasa datang. Pemberian angka atau nilai yang baik mempunyai
potensi besar untuk memotivasi siswa, agar lebih giat lagi belajar. Namun guru
harus menyadari bahwa angka atau nilai, bukanlah merupakan hasil belajar yang
sejati, karena hanya menyentuh aspek kognitif, psikomotor dan efektif.
b. Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, akan tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan bagi siswa yang tidak senang terhadap pekerjaan tersebut.
c. Saingan atau kompetisi. Saingan atau kompetisi dapat di gunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar mau belajar, baik persaingan atau individual maupun kelompok.
d. Ego-Involvement. Maksudnya menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi. Artinya siswa akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik demi menjaga harga diri.
e. Memberi ulangan. Artinya para siswa akan
rajin belajar, jika mengetahui akan ada ulangan. Itulah cara untuk menumbuhkan
motivasi belajar.
f. Mengetahui hasil. Artinya dengan mengetahui hasil belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan, maka siswa akan terdorong untuk lebih giat belajar.
g. Pujian. Artinya apabila ada seseorang
yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, guru perlu memberikan pujian atau penghargaan.
Karena
dangan pujian akan membangkitkan motivasi bagi siswa untuk belajar.
h. Hukuman. Artinya jika ada seseorang yang
tidak mau melakukan kegiatan belajar, hendaknya seorang guru memberikan hukuman
yang bernilai edukatif, sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar.
i.
Hasrat untuk belajar. Artinya pada diri siswa ada
keinginan untuk belajar sehingga menimbulkan motivasi untuk melakukan kegiatan
belajar.
j.
Minat. Minat sangat erat dengan motivasi, karena bisa
jadi motivasi muncul karena adanya minat. Karena tepat jika minat merupakan
salah satu alat motivasi.
k. Tujuan yang di akui. Artinya dengan memahami tujuan pembelajaran
yang harus dicapai, dan dirasa sangat berguna, maka akan timbul motivasi atau gairah untuk terus belajar.
Disamping bentuk-bentuk atau cara memotivasi yang telah dijelaskan tersebut, sudah barang tentu masih banyak bentuk atau cara yang dapat dimanfaatkan.
Namun yang paling penting bagi guru adalah bermacam-macam motivasi itu hendaknya dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang
bermakna bagi siswa,
sehingga hasilnya pun
akan bermakna bagi kehidupan siswa dimasa datang.
Menurut De Decce dan Grawford sebagaimana
yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah bahwa:
Ada empat fungsi guru sebagai upaya pengajar
yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa yaitu:
1. Menggarahkan siswa
2. Memberikan harapan realistis
3. Memberikan inisiatif
4. Mengarahkan perilaku siswa.13
Pertama, menggairahkan siswa maksudnya
dalam kegiatan rutin dikelas sehari-hari, guru harus berusaha menghindari
hal-hal yang bersifat monoton dan membosankan. Guru harus selalu berupaya
memberikan dan menyajikan sesuatu dengan menarik perhatian siswa, sehingga
mereka betah dan gembira melakukan kegiatan pembelajaran. Kedua, memberikan harapan
realistis maksudnya bila siswa telah banyak mengalami kegagalan, maka guru
harus memberikan sebanyak mungkin harapan keberhasilan kepada siswa. Ketiga,
memberikan inisiatif maksudnya bila siswa mendapat suatu keberhasilan atau
kesuksesan dalam belajar, maka guru diharapkan dapat memberikan hadiah berupa
pujian, penghargaan, nilai yang baik dan sebagainya. Keempat, mengarahkan
perilaku siswa
maksudnya guru dapat dituntut memberikan respon terhadapa siswa yang tidak
terlihat langsung dalam kegiatan belajar. Misalnya siswa yang memlakukan
keributan di dalam kelas, harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana,
dengan perkataan yang ramah dan baik.
Dari berbagai uraian diatas, maka sangatlah jelas betapa motivasi
sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang dilakukan siswa tidak akan
dapat melakukan kegiatan belajar sebagaimana yag diharapkan
C. Pembelajaran
Bahasa Arab
1. Pelaksanaan
Pembelajaran Bahasa Arab
Untuk
mencapai hasil belajar arab yang efektif
dan maksimal, lembaga-lembaga pendidikan harus melakukan dua kegiatan,
pembelajaran, learning, dan
pemerolehan bahasa, Langguage Acquiston. Pembelajaran membentuk
keterampilan berbahasa secara formal, sedangkan pemerolehan membentuk pemakaian
bahasa secara non formal. Karena dua cara ini menuntut pengajaran dan tugas
untuk mempersiapakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang bermutu, yaitu
pembelajaran yang terukur dan terkontrol serta adanya komitmen dari semua
komponen terkait.14
Minat
dan motivasi siswa akan tumbuh jika materi ajar di desain dengan baik dan
gurunya profesional.Guru tidak boleh mengajar sebelum ada pembekalan yang di
inginkan oleh komitmen lembaga.Sebab keterampilan siswa dalam berbahasa dan
berpengetahuan bahasa berhubung dengan keterampilan gurunya.
Pendekatan
pembelajaran yang efektif mencakup empat pendidikan, yaitu pendekatan
humanistik,komunikatif,kontekstual,dan struktural.15
a.
Pendektan
humanistik melihat bahwa pembelajaran
bahasa arab memerlukan keaktifan pembelajaran, bukan pengajar.Pembelajaran yang
aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator,
administrator, disebut. Pengajar harus memanfaatkan semua potensi yang di
miliki siswa.
b.
Pendekatan komunikatif
melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah komunikasi. Hal ini berarti materi
ajar bahasa Arab harus materi yang
praktis dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat di komunikasikan
oleh pemelajar secara lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif
akan kurang efektif dan membuang waktu
saja.
c.
Pendekatan kontekstual
melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai dengan kebutuhan pemelajar dan
setingnya, di sini, rancangan materi ajar harus berdasarkan kebutuhan lembaga,
kebutuhan pemelajar hari ini dan kedepan.
d.
Pendekatan struktural
melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu,
struktur bahasa (qawaid) harus mendapat perhatian dalam merancang materi ajar. Namun
struktur harus fungsional agar komunikatif dan praktis.
2. Metode pembelajaran bahasa arab
a).
Metode Qowa’id dan terjemah
Penerapan
metode ini lebih cocok jika tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai
kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki
kemampuan kongnitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa
yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku teks, terutama buku bahasa Arab
klasik. Ciri metodi ini adalah siswa di ajarkan membaca secara detail dan
mendalam tentang teks-teks atau nasakah pemikiran yang di tulis oleh para tokoh
dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa syair, naskah
(prosa), kata mutiara (Al-hikam),
maupun kiasan-kiasan (Amtsal).16
a.
Penghayatan yang
mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan
konektifitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa
Arab- bahasa ibu ).
b.
Menitik beratkan
perhatian pada kaidah gramatika (Qoawa’id Nahwi /Sharaf) untuk menghafal dan
memahami isi bacaan.
c.
Memberikaqn perhatian
besar terhadap kata-kata kunci dan menerjemah, seperti kata bentuk kiasan,
sinonim dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang
sudah di ajarkan (mampu menerjemahkan bahasa ibu ke dalam bahasa Arab).
b.)
Metode langsung (At-thariiqatu Al
Mubaasyarah)
Penekanan
pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus menerus antara guru dan sisiwa
dengan menggunakan bahasa Arab tanpa menggunakan bahasa ibu, baik dalam
menjelaskan makna kosakata maupun menerjemahkan (dalam hal ini di butuhkan
sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung,
adalah bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan
pada aspek penuturan yang benar (Al-Nutqu
Al-Shahiih), Oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut:
a.
Materi pengajar dalam
tahap awal berupa latihan moral (Syafawiyah).
b.
Materi di lanjutkan
dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda (Isim) atau kata kerja (Fi’il) yang sering di dengar oleh
peserta didik.
c.
Materi di lanjutkan
dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang
merupakan aktifitas siswa sehari-hari.
d.
Siswa diberikan
kesempatan untuk berlatih dengan cara tanya jawab dengan guru /sesamanya.
e.
Materi Qiro’ah harus di sertai diskusi dengan
bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan
ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
f.
Materi gramatika di
ajarkan di sela-sela pengajaran, namun tidak secara mendetail.
g.
Materi menulis di
ajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah di kenal / di
ajarkan pada peserta didik.
h.
Selama proses
pengajaran hendaknya di bantu dengan alat praga / media yang memadai.
Seseorang
guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip-prinsip dasar pengajaran bahasa arab
di atas sebagai bahasa asing yang menggunakan metode yang memudahkan peserta
didik dan tidak memaksakan siswa ke arah kemandengan berbahasa. Adapun bagi seorang
siswa, belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan
banyak mencoba.17
c.)
Metode elektrik (Tariqah Al Intiqoiyah)
Pendekatan
pembelajaran di atas memerlukan metode tepat.Pilihan yang tepat adalah metode
elektrik,yaitu gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari
keterampilan maupun pengetahuan bahasa,sehingga mencapai tujuan dan hasil
pembelajaran yang maksimal. Metode elektrik di maksud mencakup metode
percakapan, membaca ,latihan, dan tugas.
3.Tujuan pembelajaran bahasa arab
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang
hendak di capai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus di miliki
siswa. Menurut Oemar Hamilik, “ Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran
yaitu merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak
dalam merancang sistem yang efektif”.18
Adapun tujuan umum dalam pembelajaran bahasa
arab adalah:
a.
Untuk memahami dan
memahamkan ajaran islam.
b.
Untuk memahami ilmu dan
keterampilan bahasa.
c.
Sebagai alat untuk
mempelajari dan memperdalam penegetahuan islam, seperti sejarah masa
lalu,berita-berita,naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah
manusia, kebudayaan dan adat istiadat serta perkembangan bahasa itu sendiri.
d.
Membentuk tenaga-tenaga
ahli bahasa Arab untuk menghasilan alumni yang mampu menggunakan bahasa Arab
secara aktif sebagai alat komunikasi untuk berbagai keoerluan.
e.
Untuk kepentingan
profesi, praktis atau prakmatis, seperti mamapu berkomunikasi lisan dalam
bahasa Arab untuk bisa menjadi TKI,diplomat, turis, atau untuk melanjutkan
studi di Timur Tengah, dan lain sebagainya.19
Selain itu,
pembelajaran bahasa diperlukan agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik
dan benar dengan sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun secara
tulisan. Tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan
kemahiran berbahasa arab, seperti, uthhala’ah, muhamaddatsah, insya’, nahwu dan sharaf, sehingga memperoleh kemahiran
berbahasa. Empat aspek kemahiran berbahasa, yaitu: “kemahiran menyimak,
kemahiran berbicara, kemahiran membaca, dan kemahiran menulis” .
Oleh karena itu, untuk
tercapainya tujuan tersebut, guru harus memikirkan materi/bahan yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa serta mencari metode atau tehnik pengajaran ilmu
bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, dan melatih siswa dalam kehidupan
sehari-hari, baik kemahiran menyimak, berbicara, dan menulis.20
G. METODE
PENELITIAN
1.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kependidikan. Artinya
pembahasan skripsi ini dibahas dalam kerangka teori-teori pendidikan. Sedangkan
jenis penelitiannya adalah menggunakan metode kualitatif, karena didukung oleh
data lapangan yang dianggap cukup memadai dalam menguraikan dan menganalisis
hasil penelitian. Penelitian kualitatif pada prinsipnya merupakan salah satu
upaya untuk menemukan teori yang dapat menunjang hasil peelitian dan hal itu
dilakukan melalui pendekatan induktif.
Menurut Bogdan dan Tailor, sebagaimana dikutip
Maleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai “ prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.”1 Sehubungan dengan devinisi tersebut,
Krik dan Miller sebagaimana dikutip Maleong mendefinisikan penelitian
kuantitatif adalah “ tradisi ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.“2 Di
samping itu menurut Sugiono, karena penelitian kualitatif:
a.
Dilakukan pada kondisi
yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti merupakan instrumen kunci.
b.
Lebih bersifat
deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata, sehingga tidak menekankan
pada angka-angka.
c.
Lebih menekankan pada
proses dari pada produk atau outcome.
d.
Dilakukan analisis data
secara induktif
e.
Lebih menekankan makna.3
Alasan
menggunakan pendekatan kualitatif:
Pertama,
karena lebih muda menggunakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi
ganda, kedua, lebih mudah menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian, ketiga, memiliki kepekaan dan daya
penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang
dihadapi.4
Penggunaan pendekatan
kualitatif juga didasarkan pada data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar atau dokumen lain dan bukan angka-angka, sehingga dalam hasil penelitian
nanti uraian hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran yang berkaitan pada masalah hubungan kompetensi guru dengan motivasi
peserta didik belajar bahasa Arab di Madrasah Stanawiyah Alkhairat Pusat Palu.
2.
Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian ini
adalah di Madrasah Stanawiyah Alkhairat Pusat Palu di jalan Sis-Aljufrie kota
palu. Dipilihnya madrasah stanawiyah alkhairat pusat palu sebagai lokasi
penelitian didasarkan pada pertimbangan:
a. Kegayutan,
artinya penulis meruakan salah seorang calon guru, sehingga merasa bertanggung
jawab atas keberhasialan siswa melalui proses pembelajaran. Karena selama ini,
berdasarkan pengamatan Penulis bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa masih
terbatas, sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan penyebab
dari keterbatasan ini.
b. Kemenarikan,
artinya masalah kopetensi guru dan motivasi peserta didik belajar bahasa arab
merupakan tantangan tersendiri bagi guru, sehingga melalui penelitian ini
diharapkan dapat ditemukan konsep baru dalam upaya meningkatkan kemampuan atau
kopetensi guru dalam upaya meningkatkan motivasi dan disiplin belajar siswa.
c. Keunikan,
artinya masalah ini belum pernah diteliti di Madrasah Tsanawiyah Alkhairat
Pusat Palu.
3.
Kehadiran
Penelitian
Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa peneliti
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kuantitatif, maka kehadiran
peneliti merupakan sesuatu yang penting dan mutlak, pada lokasi yang dijadikan
objek penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan secara resmi yakni dengan cara
peneliti mendapat terlebih dahulu surat izin peelitian dari pihak STAIN
DatoKarama Palu. Dengan izin tersebut, meneliti melaporkan maksud kehadirann
pada kepala sekolah madrasah stanawiyah alkhairat pusat palu, yang diawali
surat izin penelitian. Dan berdasarkan izin tersebut diharapkan peneliti
mendapat izin dan diterima sebagai peneliti oleh Kepala Sekolah madrasah
tsanawiyah alkhairat pusat palu, untuk melakukan penelitian terhadap pokok
masalah sesuai data yang diperlukan.
4.
Data
dan Sumber Data
Data dan sumber data
merupakan faktor penentu keberhasilan suatu penelitian. Tidak dapat dikatakan
suatu penelitian bersifat ilmiah, bila tidak ada data dan sumber data yang
dapat dipercaya. Karena jenis penelitian ini kualitatif, maka menurut Lofland,
yang dikutip Malaeong, mengemukakan bahwa “sumber data utama dalam penelitian
kuantitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.”5
Sedangkan menurut S.
Nasution, sumber data dalam suatu penelitian ini dikatagorikan dalam dua bentuk
yaitu: “Data primer dan data skunder”6
Data primer yaitu “jenis data yang diperoleh lewat pengamatan langsung
dilapangan”.7 Sedangkan data skunder
adalah: “data penunjang yang merupakan data pelengkap yang diperoleh melalui
literatur-literatur, didikumen-dokumen dan lain-lain, seperti dua data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi data
keperluannya”.8 Berkaitan dengan hal
tersebut, maka sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kategori
yaitu:
a. Kata-kata
dan tindakan; maksudya kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau
diwawancarai. Hal ini merupakan data utama, yang dicatat melalui catatan
tertulis, perekam vidio atau tape, dan pengmbilan foto. Pencatatan ini
dilakukan melalui wawancara bersama Kepala Sekolah Madrasah Stanawiyah
Alkhairat Pusat Palu, para guru dan siswa yang dianggap kompeten dengan
permasalahan yang akan diteliti.
b. Sumber
tertulis; merupakan bahan tambahan bahan tambahan atau sumber kedua, yang
berasal dari berbagai buku, majalah ilmiah, arsip, dan dokumen misalnya buku
raport, dan daftar nilai siswa.
c. Foto;
misalnya data tentang lokasi penelitian, dan letak geografis.
d. Data
statistik; merupakan sumber data tambahan, misalnya data tentang guru, dan data
tentang siswa seperti data tentang kelulusan siswa.
5.
Tehnik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian
penggunaan metode yang tepat yang amat diperlukan untuk menentukan tehnik dan
alat pengumpul data yang akurat dan relevan. “penggunaan tehnik dan alat
pengumpulan data yang relevan memungkinkan diperolehnyadata yang objektif.”
Selanjutnya untuk memperoleh data yang objektif,9
maka dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Tehnik
observasi
Observasi adalah
“pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian.”10
Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
tempat berlangsungnya peristiwa. Dalam hal ini, peneliti ada bersama objek yang
diselidiki, sehingga memperoleh data yang akurat, valid fan memadai.
Hal yang diobservasi
atau yang diamati meliputi kondisi Fisik Stanawiyah Alkhairat Pusat palu,
seperti keadaan sarana dan perasarana, suasana pembelajaran dan kegiatan guru
dan siswa.
b. Tehnik
Wawancara
Tehnik
Wawancara yaitu “ cara pengumpulan data melalui kontak atau hubungan pribadi
antara pengumpulan data dengan sumber data.”11
Dalam pelaksanaannya, tehnik wawancara dapat dibedakan kedalam tehnik wawancara
langsung dan tehnik wawancara tidak langsung. Tehnik wawancara langsung, yaitu
tehnik pengumpulan data dengan mempergunakan pedoman wawancara sebagai alatnya,
sedangkan tehnik wawancara tidak langsung yaitu menggunakan alat pengumpulan
data berupa cek list. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kedua tehnik
tersebut yang dilakukan dalam waktu terpisah atau tidak bersamaan sehingga
diharapkan penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efesien dalam
menjaring atau memperoleh data-data yang diperlukan dan dianggap sesuai dengan
rancangan awal penelitian.
Adapun
yang penulis wawancara adalah Kepala Sekolah Stanawiyah Alkhairat p usat palu,
para guru dan beberapa siswa yang dianggap kompeten dengan masalah yang
diteliti.
c. Dokumentasi,
yaitu cara pengumpulan data melalui dokumentasi atau gambar. Dokumentasi yang
dimaksudkan dalam pembahasan skripsi ini adalah berupa, foto tentang suasana
pembelajaran, dan foto tentang keadaan sekolah secara fisik serta foto peneliti
bersama para responden pada saat meneliti atau pengumpulan data.
6.
Tehnik
Analisis Data
Setelah sejumlah data
dan keterangan penulis kumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Adapun tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri
dari tiga jenis, yaitu:
a. Reduksi
Data, Menurut Mattew B. Millesbdan Amichael Huberman sebagaimana dikutip
Tjeptjep Rohendi:
“Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusutan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan, sebagaimana kita ketahui reduksi data berlangsung terus
menerus selama proyek yang berorentasi kualitatif berlangsung”.12
Jadi, yang
penulis maksudkan dengan reduksi data adalah kegiatan merangkum data yang ada
dilapangan, kemudian mengambil dari beberapa data yang dianggap mewakili untuk
dimasukkan dalam pembahasan ini.
b.
Penyajian Data,
menyajikan data yang telah direduksi dalam model-model tertentu untuk
menghindari adanya kesalahan penafsiran terhadap data tersebut. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Mattew B Milles dan A. Michael Huberman, sebagaimana
dikutip Tjeptjep Rohendi: “Alur penting kedua dari analisis adalah penyajian
data, yakni sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemunkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.”13
Verifikasi
data, yaitu adanya suatu pengambilan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap data tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Mathew B.
Milles,et.al, yakni: “kegiatan analisis ketiga yang paling penting adalah
menarik kesimpulan atau verifikasi.”14
Artinya, setelah semua kegiatan menganalisis data selesai (reduksi dan
penyajian), maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menarik kesimpulan
(verifikasi).
7.
Pengecekan
Pengabsahan Data
Untuk
menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik
pemeriksaan didasarkan pada sejumlah kriteria. Ada empat kriteria keabsahan
data yang bisa digunakan yaitu “Drajat keperjayaan (credibility), keteralihan
(transferability) kebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability).”15 Untuk
lebih jelasnya, penulis akan menguraikannya sebagai berikut:
a. Drajat
keperjayaan maksudnya peneliti mempertunjukan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian pada kenyataan yang sedang diteliti.
b. Keteralihan
maksudnya generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua
konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel
yang secara refresentatif mewakili populasi.
c. Kebergantungan
maksudnya reliabilitas atau dapat diukir, artinya penelitian yang dilakukan
berulang-ulang tetapi secara esensi hasilnya sama.
d. Kepastian
maksudnya ada kesepakatan-kesepakatan antara subjek yang diteliti.
Selanjutnya
untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh maka dilakukan melalui cara
Triangulasi yaitu ” tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain, diluar data itu. Menurut Denzin, ada empat macam triangulasi sebagai
tehnik pemeriksaan yaitu “ triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan
metode, triangulasi dengan penyidik, dan triangulasi dengan teori.”16
Triangulasi
dengan sumber, maksudnya membandingkan dan mengecek balik, derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan ala yang brbeda. Hal ini dapat
diperoleh dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara. Triangulasi dengan metode, maksudnya pengecekan derajat kepercayaan
melalui beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan
penyidik, maksudnya memanfaatkan peneliti atau pengamat lain, untuk membantu
mengurangi kemencengan atau kekeliruan dalam pengumpulan data. Triangulasi
dengan teori, maksudnya membandingkan suatu teori dengan teori yang lain.
[1]W. Mantja,Manajemen
Pendidikan dan Pengajaran:Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi (Malang,:Wineka
Media Indonesia,2002), h.155.
2Ibrahim Bafadal, Peningkatan
Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (Cet. 1, Jakarta: Bumi Akasara, 2003) h.20.
3Pietpiet A. Sahertin, supervisi Pendidikan,
(Jakarata: Rineka Cipta, 1990), h.4.
4Ibid., h.6.
5Ibid.,h.6.
6Departemen Agama RI, AL-Qur’an
dan Terjemah, Edisi Revisi, (Bandung: Lubuk Album.1989). h.747.
7CeceWijaya, PendidikanRamedial, (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2001),h.8.
[3]W.J.S. Poerwadarmita, KamusBesarBahasa Indonesia, (Jakarta,
BalaiPustaka, 1984), h. 581.
[4]W. Mantja, Op.Cit, h. 192.
[5]Moh. Uzer Usman, Op. Cit, h. 14.
5Ibid., h.17.
6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990) h. 593.
7Sardiman AM, instraksi dan motivasi belajarmengajar,
(jakarta rajawali 2007), h. 73.
8Ibid, h. 74.
9Oemar Hamalik, Psikolog Belajar dan Mengajar
(Bandung: Sinar Baru 2002) h. 173.
10Sardiman AM., Op.Cit., h.75.
12Sardiman AM., Op.Cit., h. 92.
13SyaifulBahriDjamarah, Op.Cit. h. 134
14 Muhammad Jawwad, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam(Perspektif
sosiologi-pilosofis). (Yogyakarta: Tiara Wacaa, 1992) h.22
15 Kamal
Ibrahim Badri dan MahmudNurddin, Nadzkarah
Asas al-Ta’lim al-Lughah Al-Ajnubiyah, (Lipia,
Jakarta, 1406 H), h.65
3 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: alfabetaa, 2008) h. 22
11 Ibid, h. 165
12 Mattew B. Milles dan A Michael
Huberman, Quanntitative Data Analisis.
Diterjemah oleh Tjeptjep Rohendi Analisis Kuantitatif (Cek. I; Jakarta:
UI-Pers 1992), h. 16
13 Ibid, h. 17
14 Ibid., h. 19
15 Lexy J. Maleong, Op. Cit, h. 173
16 Ibid, h. 178
No comments:
Post a Comment